Sabtu, 16 Maret 2013

Kuret pilihan menyedihkan.........

Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah...........



Tidak ada seorangpun terutama bagi seorang ibu yang menginginkan anaknya 'hilang' atau harus melakukan proses kuret. Barangkali suamipun/bapak  juga  tidak mudah setuju dengan  proses kehilangan calon  buah hatinya. Menurut bahasa medis Kuret  atau kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, atau sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan. Kuret perlu dilakukan supaya rahim bersih dari jaringan yang tidak semestinya berada bahkan tumbuh di dalamnya. Jika tidak dibersihkan, akan memunculkan gangguan seperti nyeri dan perdarahan. 
Arti lain dari Kuretase adalah tindakan untuk melepaskan jaringan yang melekat pada dinding rahim (kavum uteri), dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen berupa sendok kuret ke dalam dinding rahim. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematik.

Tindakan kuret merupakan pilihan pahit, menyakitkan dan tak mudah di hilangkan dari ingatan, bahkan selalu saja menghantui. Kuret biasanya terpaksa dilakukan karena berbagai alasan, seperti karena kecelakaan, janin tidak berkembang , akibat tindakan abortus, dll. Tetapi terkadang tak ada pilihan lain yang lebih baik lagi.

Dua tahun  yang lalu yaitu tahun 2011, saya pernah mengalami sendiri harus di kuret karena janin yang saya kandung tidak berkembang dengan baik sebagaimana mestinya. Untungnya (masih sedikit beruntung meskipun sedih kehilangan) janin yang saya kandung calon anak ke -4 saya. Memang, sebenarnya si calon buah hati kami tidak kami rencanakan, artinya kami tidak berencana mempunyai  anak lagi pada saat itu.

Saat janin saya berusia menginjak 7 minggu, saya baru mengetahui kalau saya sedang hamil. Saya tidak terlalu perhatian mengalami keterlambatan bulan karena siklus mentruasi saya memang tidak selalu teratur. Kebetulan pada waktu itu, kami juga mengunakan kontrasepsi kondom, sehingga tidak pernah kepikiran kalau akan hamil lagi.
Singkatnya, iseng-iseng suatu pagi saya melakukan test pack dan ternyata hasilnya positif. Berbekal  itu saya dan suami pergi konsultasi ke dr kandungan langganan kami, dan saat itu berdasarkan hasil pemeriksaan, saya positif hamil dan usia janin sekitar 7 minggu. Tetapi yang membuat saya semakin kaget karena kondisi janin yang saya kandung tidak begitu baik, dalam usia janin yang 7 minggu ternyata janin tidak sebesar usia yang seharusnya. Dr memberi pilihan untuk melihat dalam waktu 1 munggu untuk observasi dan kalau tidak berkembang ,opsinya janin haraus di kuret.
Soal informasi kehamilan sebenarnya pada saat itu, kami belum siap, karena anak ketiga kami baru berumur setahun lebih. Kami agak trauma dengan kelahiran anak pertama dan kedua kami yang hanya berselang 15 bulan , pada waktu itu kami sangat kerepotan.  Bahkan dalam kondisi hidup yang masih belum teratur, kami harus mengambil dua asisten rumah tangga untuk mnegasuh kedua anak kami yang masih bayi. Tak ada pilihan lain, karena kami berdua bekerja. 

Tetapi  mendapatkan rejeki amanah anak juga sebuah keberuntungan, sehingga 'akan' kehilangan seorang anak juga membuat kami galau. 

Singkatnya, dari observasi, kami memutuskan untuk mengambil janin dan itu kemudian  dilakukan  oleh dr kandungan langganan kami yang juga bertugas di beberapa RS dan membuka klikin bersalin di rumahnya.

Proses menunggu kuret, selain membuat perasaan tidak nyaman, galau, deg-degan juga resah. Saya masuk ke rumah bersalin pagi sesuai jadwal kuret. Karena kuret akan dilakukan dengan pembiusan total, maka saya diminta untuk berpuasa. 

Sebelum kuret, ada obat berupa pil yang dimasukkan ke jalan lahir( maaf ) untuk melenturkan jalan lahir. Nah, yang bikin deg-degan dan kuatir karena menunggu ini lama sekali. Saya masuk, baru siangnya kondisi jalan lahir lentur dan kuret siap untuk dikerjakan. Kuret ini menurut saya layaknya sebuah  proses operasi besar , karena melalui  proses pembiusan total.  Ada dua dokter yang menangani yaitu dr kandungan dan dr anastesi.

Setelah masuk ke ruang operasi, saya  mengunakan baju operasi dan siap di meja operasi. Dokter kandungan  mengajak saya berbincang untuk memberikan support dan menanyakan kesiapan mental saya,  dokter anastesi  memberikan sebuah suntikan. 

Sesaat kemudian dr kandungan meminta saya untuk mengucapkan Allohuakbar 6 x, dan saya ingat betul baru dua kali mengucapkan  Allohuakbar selanjutnya saya tidak ingat apa-apa lagi. 

Saya terbangun ketika mendengar sayup-sayup suara anak kedua dan suami saya  yang memanggil nama saya,” mama..mama..mama.....” Saat itu saya ingin sekali membuka mata dan mengerakkan tangan, kaki, badan saya. Tetapi ternyata saya sama sekali tidak mampu untuk melakukan itu, meskipun hanya  sekedar mengerakkan jari. Meski dengan sekuat tenaga, saya tak mampu melakukannya. Saya hanya mampu bicara dengan lemah,”Pa, apakah sudah selasai kuretnya?’
“Sudah ma,” jawab suami saya
“Aduh mama lemas sekali, mau membuka mata tidak bisa,”keluh saya.
“Mama jangan  membuka mata dulu nanti pusing, pesan dokter jangan membuka mata dan jangan bergerak dulu, nanti bisa m untah,”tambah suami
“Aduh, lemasnya...”keluh saya lagi. Saya penasaran karena terus terang takut kalau tiba-tiba lumpuh, karena benar-benar tidak mampu  mengangkat jari . Dengan sekuat tenaga saya membuka mata, dan memang bisa. 

Saya lihat suami tersayang dan putri kami sedang duduk di samping saya. Putri kami memijat-mijat tangan saya, dan memanggil, mama ..mama...
“Duh, mama khan nggak boleh membuka mata dulu,” kata suami.
Dan benar, tiba-tiba saya perut saya mual sekali, keinginan untuk muntah tidak bisa saya bendung lagi, dengan cekatan suami memberikan  wadah untuk muntahan setelah saya minta. Saya benar-benar muntah dan badan terasa semakin lema, kepala pusing berkunang-kunang.  Saya mencoba memejamkan mata untuk menghilangkan  rasa pusing dan kepala yang berputar-putar. Sekitar 15 menit kemudian saya baru merasa lebih enak, dan badan mulai bisa digerakkan. Sekitar 15 menitan kemudian saya baru merasa benar-benar sadar, dan setelah istirahat di meja operasi , saya minta diantar ke kamar untuk proses pemulihan.

Menurut informasi suami saya, proses kuret berlangsung singkat sekitar 15 menit, yang lama adalah menungu proses saya sadar kembali yaitu sekitar 1 jam. Setelah proses pemulihan, saya sorenya minta pulang untuk istirahat di rumah saja. Sebenranya saya bisa beriistirahat sampai besok, tetapi saya pilih pulang saja karena merasa lebih baik dan harus di rumah bersalin. Jadi saya melakukan proses kuret tidak sampai menginap di rumah bersalin. Di rmahpun, setelah istirahat sebentar saya bisa beraktivitas kembali. Biaya kuret  waktu itu lumayan  yaitu Rp  2.250.000.

Meskipun proses kuret berjalan lancar dan tidak ada masalah kesehatan selanjutnya, tetapi sampai saat ini sebenarnya perasaan kehilngan ‘anak’itu masih ada, apalagi kalau anak2 kami  mengatakan  kepada kami kalau pingin punya adik lagi***



4 komentar:

Unknown mengatakan...

Bagi kebanyakan ibu hamil, keguguran adalah sebuah tragedi. Namun anda perlu melakukan kuret, namun kuret itu apa cba cek info kuret atau kuretasi hanya di tanyadok.com portal informasi layanan kesehatan

ratih mengatakan...

kuret menjadi hal enakutkan bagi para wanita, dan jangan sampai itu terjadi sama keluarga saya.. terima kasih informasinya

Unknown mengatakan...

nunggu kuret lumayan lama ya.. dari jam 9 sampe jam 10.54 belum keluar juga

risma mengatakan...

btw ini di rumah bersalin mana ya ? makasih mohon infonya