Inilah daftar Mentri di Kabinet Kerja Jokowi-JK:
1. Menteri Sekretaris Negara : Praktino (52 tahun)
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago (51 tahun)
3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo (59 tahun)
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan (51 tahun)
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti (49 tahun)
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya (53 tahun)
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said (51 tahun)
8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno (62 tahun)
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo (56 tahun)
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi (52 tahun)
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu (64 tahun)
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly (61 tahun)
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara (55 tahun)
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi (46 tahun)
15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil (61 tahun)
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro (48 tahun)
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno (56 tahun)
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga (49 tahun)
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin (51 tahun)
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel (52 tahun)
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman (46 tahun)
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri (53 tahun)
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono (59 tahun)
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya Bakar (49 tahun)
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan (53 tahun)
26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani (41 tahun)
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saifuddin (52 tahun)
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek (65 tahun)
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa (49 tahun)
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yambise (56 tahun)
31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan (45 tahun)
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir (54 tahun)
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi (41 tahun)
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja'far (43 tahun)
(sumber detik.com)
Minggu, 26 Oktober 2014
Selasa, 14 Oktober 2014
Menelaah Sapi TPA Putri Cempo Solo
Beberapa hari menjelang idul kurban, polemik hewan ternak sebagai hewan kurban kembali bergulir. Sapi dari Tempat Pembuangan
Akhir(TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo kembali dipersoalkan.
Seperti diberitakan pada Harian Solo
Pos, 29 September 2014, para pedagang sapi di pasar sapi Kliwonan Bekonang ,
Mojolaban, Sukoharjo diminta tak
memperjualbelikan sapi-sapi yang diternak di TPA Putri Cempo Solo. Alasan yang
disampaikan karena sapi dari TPA tersebut mengandung logam timbal
cukup banyak sehingga dikhawatirkan mengancam kesehatan.
Sementara itu sejumlah peternak sapi di
TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo,
sebagaimana diberitakan Solo Pos, 30 September 2014, bertekad memasarkan
sapi mereka ke sejumlah Rumah Pemotongan Hewan Solo, Kalioso Karanganyar dan
Sukoharjo.
Wajar kalau sebagian masyarakat menilai sapi yang biasa berkeliaran di TPA Putri
Cempo mengandung logam timbal sehingga
sebisa mungkin dihindari untuk dikonsumsi. Alasan tersebut tentunya berdasarkan
informasi yang berkembang dimasyarakat,
karena TPA pada dasarnya berisi sampah, tidak hanya sampah sisa makanan tetapi
juga sampah plastik, logam, besi, dll. Sulit untuk memastikan sapi tidak ikut
makan sampah –sampah tersebut.
Keberadaan TPA Putri Cempo dan Sapi
Sebelum melakukan penilaian, ada baiknya
perlu melihat keberadaan sapi di TPA
Putri Cempo terlebih dahulu. Dahulu,
Sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo, seperti sapi pada umumnya, makan
rumput, jerami dan makanan ternak lainnya. Sejak Pemkot Solo
memutuskan pembuangan sampah akhir di TPA Putri Cempo Mojosongo, pada tahun 1987,
warga kehilangan tempat mengembalakan ternak mereka. Awalnya warga mencoba
membiarkan sapi mereka di areal TPA, tempat yang sebelumnya menjadi lahan
pengembalaan sapi. Lambat laun sapi-sapi beradaptasi dengan sampah dan
mengkonsumi sampah TPA Putri Cempo.
Pemilik tidak terlalu khawatir dengan perilaku sapi ini, karena pada
malam hari biasanya sapi mereka akan memuntahkan sampah plastik yang tertelan saat pagi hingga siang hari.
Disamping itu, harga jual sapi TPA Putri Cempo juga relative bagus sama dengan
harga dipasaran. Bahkan menurut warga, sudah ada pembeli sapi yang secara rutin
membeli sapi-sapi mereka.
Tidak mudah untuk menilai kondisi
kelayakan sapi di lahan TPA tersebut.
Tetapi ada fakta yang menarik dan bisa
menjadi bahan pertimbangan terhadap polemik sapi yang dibiarkan berkeliaran bebas di TPA
Putri Cempo. Beberapa hal tersebut adalah:
Pertama, sekitar seribu
lebih sapi yang berkeliaran di TPA Putri Cempo dimilik oleh warga Solo yaitu
warga Jatirejo, Randusari, dan warga sekitar. Hampir semua warga di Randusari
mempunyai sapi, sementara di Jatirejo dan di Kepuhsari sebagian warga mempunyai
sapi dari 2 ekor sampai puluhan ekor. Sapi tersebut selama ini menjadi
investasi yang dipergunakan untuk keperluan besar seperti biaya sekolah,
memperbaiki rumah, hajatan, dll. Sebagian sapi lainnya dimiliki warga dari kabupaten Karanganyar yaitu dari dukuh
Jengglong dan Suluhrejo, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo. Perkembangan
sapi sangat pesat karena sapi dibiarkan berkembang biak di alam terbuka /tidak
dikadangkan sehingga sapi relatif bebas. Lain ketika sapi dikandangkan,
biasanya dalam 2 tahun baru mempunyai anak.
Kedua,
tidak semua sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo di biarkan berkeliaran
di areal TPA. Meskipun relative sedikit, tetapi ada sebagian warga yang tetap
mengkandangkan sapi miliknya di rumah. Selain untuk mengantisipasi kesehatan
sapi, juga untuk meminimalisir sapi terlindas alat berat. Alasan lain karena
sapi tersebut termasuk mahal harganya sehingga sayang kalau dibiarkan
berkeliaran di TPA.
Ketiga, meskipun ada sejumlah pihak yang merasa
khawatir dengan kesehatan sapi TPA Putri Cempo, tetapi pada tahun 1994, Sapi di TPA Mojosongo pernah memenangkan lomba sapi sehat yang
diadakan Departeman Pertanian. Pada
waktu itu Dinas Pertanian Kota Solo menunjuk
sapi dari Kelompok Ternak Sapi Potong Bakti Mulya (KTSPBM) Randusari Mojosongo untuk
menjadi peserta mewakili kota Solo. Sapi dari Mojosongo tersebut berhasil meraih juara kedua. Hal itu
yang menjadikan warga semakin nyakin dan nyaman untuk beternak sapi. Karena
meskipun sapi diberikan pakan sampah tetapi sehat , bahkan memenangkan lomba
sapi tingkat nasional. Bahkan setelah melihat
perkembangan populasi sapi yang pesat, pemerintah provinsi memberikan gaduhan
sapi ke warga Jatirejo dan Randusari. Kemudian
pada tahun 1994/1995 Dispertan kota Solo juga memberikan bantuan gaduhan
sapi sejumlah 224 ekor sapi yang berkembang sampai sekarang. Sampai saat ini bantuan sapi gaduhan dari Dispertan sudah
mencapai 3 tahap. Tahap yang terakir tahun 2007/2008 Randusari mendapatkan
gaduhan sebanyak 50 ekor.
Keempat, kesehatan sapi di TPA Putri Cempo bisa
dikatakan cukup baik. Dari informasi
warga, selama puluhan tahun belum ada kasus sapi terkena penyakit tertentu.
Sapi yang pernah ditemukan mati bukan karena terserang penyakit tetapi karena
terlindas alat berat di TPA. Merujuk
pada penelitian Dispertan Solo tahun 2006/2007 tentang keberadaan sapi TPA
Putri Cempo, pertama kebutuhan nutrisi sapi terpenuhi ,
kedua sapi sehat dan tak ada penyakit yang spesifik. Penyakit yang ada hanya
tergolong rendah, misalnya cacingan dan obstruksi rumen (kembung pada perut
besar_salah satu tempat pencernaan sapi) yang mengakibatkan perut sapi
kembung. Ketiga sapi mengandung timbal
yang melebihi ambang batas.
Kelima,
meskipun ada temuan sapi mengandung
timbal/residu, ada solusi yang tidak memberatkan warga pemilik sapi, yaitu
untuk melakukan karantina terhadap sapi sekitar tiga bulan sebelum
dijual/disembelih. Karantina dilakukan dengan mengandangkan sapi dan memberikan pakan sapi dengan rumput, sayuran selain sampah dari TPA.
Proses karantina ini dilakukan untuk menghilangkan timbal. Selain itu sebelum
memberikan makanan sampah sebaiknya
sampah organik dicuci terlebih dahulu untuk meminimalisir residu
Keenam,
Dinas Peternakan dan Pertanian (Dispertan) Solo secara rutin melakukan
vaksinasi sapi dengan memberikan suplemen, vitamin dan obat cacing. Hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi adanya sapi yang berpenyakit. Hal ini
memungkinkan kondisi sapi di TPA Putri Cempo terpantau secara rutin oleh
Dispertan.
Dengan melihat temuan
tersebut, masyarakat bisa menilai sendiri kelayakan ternak dari lingkungan TPA
Putri Cempo Solo tanpa harus merugikan pemilik ternak yang bersangkutan
Dispertan pernah mengimbau
warga untuk tidak mengembalakan ternak di TPA Putri Cempo. Tetapi tidaklah
mudah untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat pemilik sapi di sekitar TPA
Putri Cempo untuk tidak mengembalakan sapi di TPA. Selama ini sapi tersebut
tetap laku terjual bahkan sapi bisa tumbuh dengan cepat dengan biaya yang
sangat rendah karena pemilik tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk
pemeliharaannya. Selain itu, sapi di
sekitar TPA Putri Cempo berkembang pesat karena selalu ada yang membutuhkan.
Sehingga wajar jika warga membiarkan sapi disekitar TPA.
Secara tidak langsung Pemkot
Solo ikut bertanggungjawab dengan keberadaan sapi yang mengkonsumi sampah di
TPA Putri Cempo. Selama
ini pengelolaan sampah di kota Solo masih menggunakan cara yang konvensional
yakni sistem pembuangan terbuka atau open dumping dimana sampah dibuang ke
tanah yang sudah di gali setelah itu sampah ditutup tanah lagi. Cara tersebut
membuat timbunan sampah tidak bisa terkontrol lagi. Luapan sampah di sekitar
tempat tinggal warga juga berpotensi menjadi santapan sapi yang setiap hari
berkeliaran di sekitar TPA.
Pemkot Solo mestinya ikut bertanggungjawab
untuk memberikan kepastian bahwa sapi milik warga di sekitar TPA tersebut masih
dalam kategori aman dan layak untuk dikonsumsi. Pemantauan terhadap pendistribusian ternak dari kota Solo
menjadi penting untuk ditingkatkan. Diharapkan
hal tersebut akan membantu peternak sapi di kawasan TPA Putri Cempo
tetap bisa menjual sapi mereka dan masyarakat umum (pembeli ternak) tidak diliputi rasa khawatir
saat mengkonsumsi hewan kurban tersebut. Sehingga polemik sapi dari TPA Putri
Cempo tidak akan terulang lagi.***
Rabu, 11 Juni 2014
Jokowi Tak Perlu Manfaatkan Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo
Beredarnya surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tentang pertimbangan pemberhentian Prabowo dari ABRI yang beredar di media massa beberapa hari yang lalu membantu masyarakat untuk menilai capres yang akan dipilih pada tanggal 9 Juli nanti.
Rekam jejak capres Prabowo yang selama ini menjadi perbincangan, kasak kusuk di masyarakat perlahan mulai menemukan titik terang. Bagi masyarakat (terutama aktivis 98) yang selama ini menyakini keterlibatan Prabowo semakin merasa mantap karena kenyakinan mereka telah diperkuat dengan surat keputusan DKP tersebut. Meskipun selama ini mereka tahu keterlibatan Prabowo terutama dari berbagai diskusi antara sesama aktivis angkatan 98 yang mengalami penculikan, tetapi bukti otentik sulit untuk didapat. Bagi masyarakat yang
selama ini tidak nyakin dengan keterlibatan Prabowo, sedikit banyak
mulai terbuka pikiran dan hatinya untuk melihat lebih jelas rekam jejak
sang capres. Bagi masyarakat yang selama ini tidak mau tahu, paling tidak menjadi tergerak hatinya untuk lebih tahu.
Soal surat DKP tersebut, sebagian berpendapat kalau
surat dimunculkan menjelang Pilpres karena kepentingan politis. Masuk
akal juga, kenapa tidak sejak dulu surat keputusan DKP tersebut beredar
luas di media massa? Kenapa menjelang Pilres baru diedarkan? Apakah
momentum ini dipilih untuk menjatuhkan capres tersebut? Sebagai orang awam, menurut saya sangat mungkin hal itu terjadi. Entah siapa pelakunya tetapi sangat mungkin tujuan surat tersebut untuk mengancurkan kepercayaan warga yang selama ini mendambakan Mr P sebagai presiden mereka. Tetapi bisa juga dipahami, justru surat tersebut diedarkan menjelang pilpres karena justru untuk meluruskan jalan gelap yang selama ini dilalui para pengidola Mr P. Kenapa? Karena di moment-moment krusial kurang lebih dari sebulan Pilpres ini, ada jalan terang yang dibukakkan sehingga mereka tidak terlanjur salah pilih. Surat tersebut dimaksudkan agar masyarakat tidak sesat pikir dalam mengambil keputusan yang akan mempengaruhi pemerintahan Indonesia selama lima tahun ke depan.
Beredarnya surat DKP tersebut mau tidak mau memberikan keuntungan bagi pihak Jokowi-JK. Satu point berhasil mereka dapatkan dari rekam jejak Prabowo di masa lalu. Meskipun
melihat perkembangan selama ini, tanpa surat DKP itupun dukungan kepada
pasangan capres Jokowi-JK semakin hari semakin banyak. Artinya peluang Jokowi-Jk sebenarnya cukup besar untuk memenangi Pilpres. Meskipun di sana-sini masih saja ada masyarakat
yang merasa kuatir jika Jokowi terpilih menjadi Presiden tidak akan
menyelesaikan tanggungjawabnya selama lima tahun melihat rekam jejak
ketika meninggalkan jabatan Walikota Solo dan sekarang bersiap
meninggalkan amanah menjadi Gubernur DKI Jakarta., untuk mengejar
jabatan Presiden RI.
Sebagai warga biasa yang beberapa kali berinteraksi
langsung dengan Jokowi ketika menjadi Walikota Solo, saya berharap
beliau tidak akan memanfaatkan moment surat DKP yang menjadi pukulan telak Prabowo untuk
kepentingan beliau. Biarkan masyarakat yang menilai sendiri, pak Jokowi
tidak usah terjebak untuk ikut mengomentari soal dugaan pelanggarahn
HAM Prabowo di masa lalu. Sebagai orang jawa, pak Jokowi mestinya tidak melupakan falsafah Menang Tanpa Ngasorake (menang tanpa meremehkan/merendahkan lawannya). Tetaplah menjadi Jokowi seperti yang dulu yang kami kenal, yaitu seorang yang kalem, rendah hati, sabar, nrimo, dan pekerja keras . Itulah Jokowi yang sebenarnya.***
Demam Capres
Udara panas menyengat, rasanya tidak ada angin yang bertiup.
Sungguh panas sekali. Gerah.
Sungguh panas sekali. Gerah.
Debu-debu
tebal memenuhi jalanan. Daun-daun di pot
bunga yang tertata rapi di pinggir trotoar
tampak kotor berselimut debu. Sebagian besar debu dari letusan gunung
Kelud belum sepenuhnya hilang. Hujan
yang diharapkan datang sudah lama tidak turun. Sesekali Karyo dan tukang becak
lainnya harus membersihkan debu di jok becaknya dengan lap bekas kaos yang
sudah tidak terpakai lagi.
Karyo menghela nafas
panjang. Siang-siang seperti ini tidak
banyak orang yang membutuhkan jasa tukang becak seperti dirinya. Apalagi
semakin lama semakin sedikit orang yang mau naik becak. Terutama sejak
sepeda motor di jual dengan sangat mudah. Hanya dengan uang
muka limaratus ribu saja orang sudah bisa membawa motor pulang. Cicilan
perbulan juga bisa memilih sendiri, mau yang tigaratusribu, empatratusribu, sampai
yang sejuta. Tergantung kemampuan. Yang jelas mempunyai sepeda motor sangatlah
mudah. Pilihan membeli sepeda motor
selain lebih hemat juga lebih menghemat waktu. Daripada untuk membayar upah
naik becak , lebih baik untuk membeli bensin. Lebih irit. Itulah mengapa
akhir-akhir ini bekerja sebagai pengayuh becak sudah tidak mampu untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari. Karyo masih tetap
bertahan karena dia tidak mempunyai kemampuan selain mengayuh becak yang sudah
ditekuni sejak limabelas tahun silam.
Karyo mengubah
posisi duduknya sambil mengipasi badannya dengan selembar kardus
kumal yang biasa membantu mengurangi hawa panas saat tidak membawa
penumpang seperti saat ini. Pandangan
matanya tertuju kepada Slamet, temannya
yang duduk diatas becak sambil membaca
koran .Beberapa teman yang lain ada yang tidur-tiduran diatas becak, ada pula
yang duduk di kursi kayu dibawah pohon sambil gobrol . Semua
bertujuan sama, mengisi kejenuhan
sambil menunggu calon penumpang. Pangkalan becak yang terletak di seberang hotel berbintang
tiga ini memang cukup strategis.
Terletak di pojok sebuah pusat grosir terbesar di kota Solo, depan jalan utama
dan persis di pinggir perempatan jalan. Tak heran sampai saat ini masih ada sepuluh tukang becak yang masih
bertahan di pangkalan. Meskipun jauh berkurang karena lima tahun yang lalu
masih ada tigapuluh dua tukang becak
yang mengais rejeki .
“Wah, hebat.
Benar-benar hebat nich pak Gubernur . Ck…ck…ck….” Decakan kagum Slamet
mengusik lamunan Karyo . Beberapa kali
terdengar gumaman Slamet.
“Memang lagi baca
apa, Met?” tanya Karyo penasaran.
“Ini, pak Gubernur
DKI. Pak Jokowi semakin populer saja. Banyak survey yang menempatkan dirinya di
atas Prabowo. Hehehehe,” jawab Slamet tak lepas dari korannya.
“Ach, nggak usah
percaya dengan survey. Itu khan bisa dipesan. Huahahahahaha. “
“Maksudmu?” tanya
Slamet sambil mengeryitkan alisnya.
“Ya kalau yang survey
kubu Jokowi ya dia yang teratas. Tapi kalau yang pesen survey Prabowo , ya
pasti Prabowo yang diatas Jokowi,” jawab Karyo mantap. Meskipun hanya tukang
becak tetapi Karyo tidak ketinggalan untuk mengikuti perkembangan politik di
tanah air. Terutama saat ini menjelang pilihan presiden. Dimana-mana orang
memperbincangkan soal calon presiden Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Karyo tidak
pernah absen ikut mendengarkan obrolan tetangga di pos kamling saat malam hari
sambil melihat berita di televisi. Jadi Karyo sedikit banyak tahu informasi
seputar Pilpres.
“Memang kenyataannya
Jokowi lebih mumpuni dibanding
Prabowo. Selain punya pengalaman menjadi walikota dan gubernur juga lebih sederhana dan merakyat,” kata Slamet
tak bisa menutupi kebanggaan terhadap calon presiden yang dia dukung.
“Hahahahahahahaha. Mumpuni gimana? Jelas lebih mumpuni Prabowo dong. Tegas, disiplin!
Pasti mampu memimpin bangsa Indonesia ke depan.”
Slamet meradang.
Koran dibanting dengan keras.
“Lihat rekam
jejaknya dong. Prabowo itu masih diragukan soal kewarganegaraan, soal
pelanggaran HAM. Itu yang akan kamu dukung jadi presiden?” ejek Slamet . Tanggannya menunjuk kea rah Slamet dengan
kesal.
“Heh, itu semua
belum tentu benar. Fitnah tau. Pokoknya
Prabowo saja. Hidup Prabowo-Hatta!”seru Karyo
keras.
“Sekali Jokowi tetap Jokowi! Jokowi- JK adalah kita !” mantap suara Slamet menirukan tagline
pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sambil
mengepalkan tangan kanannya.
“Nggak bisa. Jokowi
itu lembek,nggak tegas. Lain dengan Prabowo, dong. Tegas, disiplin, orator yang
baik. Dialah calon presiden Indonesia.
Pokoknya Prabowo-Hatta. Titik!” balas Karyo berapi-api.
“Apa? “ Slamet melompat dari becak. Tangannya mengepal
dengan keras. Wajahnya merah tak bisa
lagi menyembunyikan kemarahan.
“Dasar geblek. Pilih pemimpin kok gak lihat
rekam jejaknya.Pelanggar HAM.” Teriak Slamet marah.
Karyo bangun dari
duduknya, berjalan menghampiri Slamet dengan kemarahan yang tidak bisa di
tahan.
“Jangan asal
ngomong. Dasar kamu yang bebal! Kenthir!
“
Tanpa bisa dicegah
Slamet dan Karyo sudah berhadap-hadapan
dan saling mencacimaki. Tangan mereka
berkacakpinggang, sesekali saling
tuding . Banyak kata-kata tak pantas keluar dari mulut mereka, saling
membanggakan capresnya , saling mengejek capres lawan . Suasana memanas. BAK..BUK…BAK..BUK… entah
siapa yang memulai tahu-tahu tangan mereka sudah saling pukul dan hantam. Jeritan mbak Sumi pedangan wedangan yang baru datang dengan sepedha onthelnya membuat
para tukang becak lain terkejut dan berlarian mendatangi Karyo dan Slamet. Perkelahian Karyo juga membangunkan tidur
tukang becak yang lain. Segera saja mereka melerai Karyo dan Slamet sambil
melihat mereka berdua dengan pandangan penuh tanda tanya. Butuh empat orang untuk memegang Karyo dan
Slamet agar tidak meneruskan bakuhantam. Meskipun sempat di cegah, tetapi adu
mulut masih terdengar jelas. Makian kasar tidak juga berhenti. Beberapa
pengendara sepeda motor menjadi tertarik dan berhenti melihat keributan yang
terjadi.
“Sudah, CUKUP! “
bentak mbah Atmo, tukang becak tertua yang juga ditunjuk sebagai sesepuh tukang
becak di pangkalan. Mata tuanya menatap
Karyo dan Slamet bergantian dengan kesal. Seketika suasana hening. Karyo dan
Slamet diam membisu, tidak berani lagi angkat bicara. Meskipun mbah Atmo sudah
tua tetapi badannya kekar dan kuat karena sudah puluhan tahun mengayuh becak.
Tutur katanya tegas dan bisa ngemong
tukang becak yang lain. Selama ini mbah Karyo menjadi panutan Karyo dan
teman-temannya.
“Kalian ini seperti
anak kecil saja. Ora isin, ora pekewuh. Udur-uduran barang sing
ra ngenah.” Mbak Atmo bisa menangkap
bahan pertengkaran Karyo dan Slamet. “ Kalau suka dan mendukung capres itu boleh saja, tapi mbokyao yang masuk akal. Jangan turuti emosi. Jangan membiarkan soal dukungan menjadi bahan pertengkaran.”
Suara-suara
bersahut-sahutan terus terdengar bagai degungan lebah. Sebagian geleng-geleng
kepala, ada yang bilang ya ampun, juga
ada yang komentar ada-ada saja. Tanpa di komando banyak nasehat yang bermunculan dari tukang becak. Sebagian
menyesalkan pertengkaran yang terjadi
dan sebagian lagi minta Karyo dan Slamet untuk menahan diri. Bahkan ada diskusi
mendadak yang membicarakan soa kedua
capres.
“SUDAH!” bentak mbak
Atmo kesal. “Kalian malah memperburuk keadaan. Nggak usah bikin panas. Tidak
ada gunanya kalian membela mati-matian capres kita. Memangnya kalau yang jadi
presiden Jokowi Indonesia akan hancur? Kiamat? Memangnya kalau yang terpilih
Prabowo kita akan hancur juga? Wealah, semua sama-sama berpeluang menjadi
presiden. Biarkan saja , tunggu tanggal 9 nanti. Kita tidak usah terlalu ngoyo mendukung dan saling menjelekkan.
Mau milik no 1 atau 2 ya monggo saja.
Itu hak kalian. Tetapi ya harus menghormati hak orang lain juga. “ kata mbah
Atmo panjang lebar.
Karyo menundukkan
muka sambil mengusap wajahnya yang terasa perih. Pukulan Slamet mendarat mulus
di mukanya lebih dari satukali. Ada rasa sesal dan malu tidak mampu
mengontrol emosinya. Padahal Slamet
adalah sahabatnya sejak lama. Kenapa hanya karena pilihan yang berbeda dia
menjadi emosi dan kalap? Karyo meringis sambil mendengarkan nasehat mbah Atmo .
Sementara Slamet
masih berdiri di sebelah kiri mbah Atmo dengan sesekali meringis memegangi
perutnya. Beberapa tendangan kaki Karyo tepat mengenai perutnya. Rasanya
melilit sekaligus nyeri. Hatinya diliputi perasaan penyesalan telah membuat
Karyo marah dan mereka berkelahi. Selama bertahun-tahun bersahabat mereka
berdua selalu rukun bahkan sesekali mereka saling membantu. Saat Karyo sedang
membutuhkan uang banyak untuk keperluan tertentu, Slamet dengan ikhlas
membiarkan rejekinya untuk Karyo. Demikian juga sebaliknya. Sungguh persahabatan
yang baik diantara mereka. Slamet tidak rela jika persabahatan mereka selama
ini hancur hanya karena masing-masing mempunyai pilihan yang berbeda.
“Nah, lebih baik
kalian segera berbaikan. Tidak baik
memelihara permusuhan. Kita ini sama-sama orang kecil. Kalau tidak
kompak, gimana mau cari rejeki buat anak istri? Ayo, salaman!” kata mbah Atmo
dengan nada memerintah.
Karyo dan
Slamet tanpa disegaja saling pandang
dalam waktu yang bersamaan. Ada
keraguan di mata Slamet, tetapi segera terhapus ketika melihat senyum Karyo.
Reflek mereka saling berpelukan dan tanpa menunggu lama kemarahan segera
mencair. Tak ada lagi permusuhan dan dendam yang memenuhi hati mereka. Pelukan
Slamet mengendor saat Karyo menjerit
kesakitan karena tanpa segaja Slamet
telah memegang pipi Karyo yang biru
menghitam. Mereka berdua tertawa bersama-sama menyadari wajah dan badan berantakan. Mau nomer satu atau dua yang terpilih, yang
penting rakyat kecil sejahtera, batin Karyo lega. ***
Jumat, 25 April 2014
Kalau Memang Jujur, Kenapa Takut?
Jujur..jujur...jujur....kalimat yang mudah diucapkan tetapi tidak gampang dilakukan.
“HP yang selalu ditenteng dan tidak pernah tergeletak di dalam rumah adalah HP yg mencurigakan…
WaSPadaLah!!!!!” Kalimat tersebut saya copy dari wall FB teman. Saya hanya merasakan ada ketidaknyamanan dari salah satu pasangan dengan sikap pasangannya. Saya pikir ada kecurigaan, dan itu tentunya tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi pasti ada alasan tertentu sehingga muncul statment seperti itu.
Jika memang jujur kepada pasangan dan tidak ada yang disembunyikan, kenapa marah dan tidak terima ketika HP dan barang pribadi di buka pasangan?
Kalimat tersebut seringkali menjadi perdebatan antara pasangan. Yang merasa marah disebabkan karena merasa privasinya terganggu. Meskipun sudah menjadi pasangan bahkan pasangan suami istri tetapi masing-masing pihak merasa tetap berhak mempunyai privasi. Dompet, HP, email, tas menjadi wilayah pribadi yang tak seorang pun boleh membukanya, tak terkecuali pasangan.
Di pihak lain, merasa bahwa sudah menjadi pasangan , kenapa harus punya rahasia? Bukannya setiap pasangan mestinya saling terbuka, jujur, tidak menyimpan rahasia dan urusanmu menjadi urusanku?
Masing-masing mempunyai alasan tersendiri, merasa argumentasinya benar. Dan saya rasa tak ada yang berhak menyalahkan, karena itu menjadi urusan pasangan tersebut. Artinya terserah pasangan tersebut, apakah merasa nyaman dengan hal itu atau tidak. Apakah akan bersikap seperti itu terus atau tidak. Apakah pihak yang marah akan membiarkan pasangan atau memberikan ultimatum atau tidak.
Membuka HP, dompet, email, pasangan bukan berarti tidak percaya diri atau menyimpan ketidak percayaan kepada pasangan. Bisa jadi karena memang ada alasan kuat sehingga pasangan berbuat seperti itu misalnya memergoki pasangan yang ketahuan tidak setia dan itu sudah berulang kali terjadi sehingga memang perlu sesekali di cek isi HP nya.
Kalau memang jujur, menurut saya tidak ada salahnya pasangan mengetahui isi HP, dompet, tas, email kita. Dengan mempersilahkan pasangan mengetahui barang-barang pribadi kita, bisa menambah rasa percaya pasangan terhadap kita.
Kalau memang jujur, kenapa takut??????
“HP yang selalu ditenteng dan tidak pernah tergeletak di dalam rumah adalah HP yg mencurigakan…
WaSPadaLah!!!!!” Kalimat tersebut saya copy dari wall FB teman. Saya hanya merasakan ada ketidaknyamanan dari salah satu pasangan dengan sikap pasangannya. Saya pikir ada kecurigaan, dan itu tentunya tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi pasti ada alasan tertentu sehingga muncul statment seperti itu.
Jika memang jujur kepada pasangan dan tidak ada yang disembunyikan, kenapa marah dan tidak terima ketika HP dan barang pribadi di buka pasangan?
Kalimat tersebut seringkali menjadi perdebatan antara pasangan. Yang merasa marah disebabkan karena merasa privasinya terganggu. Meskipun sudah menjadi pasangan bahkan pasangan suami istri tetapi masing-masing pihak merasa tetap berhak mempunyai privasi. Dompet, HP, email, tas menjadi wilayah pribadi yang tak seorang pun boleh membukanya, tak terkecuali pasangan.
Di pihak lain, merasa bahwa sudah menjadi pasangan , kenapa harus punya rahasia? Bukannya setiap pasangan mestinya saling terbuka, jujur, tidak menyimpan rahasia dan urusanmu menjadi urusanku?
Masing-masing mempunyai alasan tersendiri, merasa argumentasinya benar. Dan saya rasa tak ada yang berhak menyalahkan, karena itu menjadi urusan pasangan tersebut. Artinya terserah pasangan tersebut, apakah merasa nyaman dengan hal itu atau tidak. Apakah akan bersikap seperti itu terus atau tidak. Apakah pihak yang marah akan membiarkan pasangan atau memberikan ultimatum atau tidak.
Membuka HP, dompet, email, pasangan bukan berarti tidak percaya diri atau menyimpan ketidak percayaan kepada pasangan. Bisa jadi karena memang ada alasan kuat sehingga pasangan berbuat seperti itu misalnya memergoki pasangan yang ketahuan tidak setia dan itu sudah berulang kali terjadi sehingga memang perlu sesekali di cek isi HP nya.
Kalau memang jujur, menurut saya tidak ada salahnya pasangan mengetahui isi HP, dompet, tas, email kita. Dengan mempersilahkan pasangan mengetahui barang-barang pribadi kita, bisa menambah rasa percaya pasangan terhadap kita.
Kalau memang jujur, kenapa takut??????
Kampanye Terbuka Menyesatkan Anak-Anak
Kampanye terbuka menjadi salah satu cara untuk meraih simpati
dan dukungan massa. Biasanya berbagai acara dilakukan dalam ajang
kampanye terbuka, dari acara inti seperti orasi, penyampaian visi misi
parpol, ajakan untuk tidak lupa mencoblos parpol yang bersangkutan,
sampai acara tambahan seperti pembagian doorprize dan hiburan. Kemasan
hiburan dibuat semenarik mungkin, sekali lagi untuk menarik simpati
massa. Biasanya parpol mengundang penyanyi band sampai penyangi dangdut
untuk memeriahkan acara kampanye terbuka. Untuk urusan hiburan,
dangdutan lebih ramai dan lebih laku dibandingkan aliran musik lainnya.
Hiburan dangdutan memang diharapan mampu menarik perhatian massa
sehingga massa mau bergabung untuk bersenang-senang. Tidak peduli massa
calon pemilih yang sesungguhnya atau hanya massa bohong-bohongan.
Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.
Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.
Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan. Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**
Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.
Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.
Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan. Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**
Langganan:
Postingan (Atom)