Minggu, 26 Oktober 2014

Daftar Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK

Inilah daftar Mentri  di Kabinet Kerja  Jokowi-JK:

1. Menteri Sekretaris Negara : Praktino (52 tahun)
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago (51 tahun)
3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo (59 tahun)
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan (51 tahun)
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti (49 tahun)
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya (53 tahun)
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said (51 tahun)
8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno (62 tahun)
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo (56 tahun)
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi (52 tahun)
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu (64 tahun)
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly (61 tahun)
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara (55 tahun)
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi (46 tahun)
15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil (61 tahun)
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro (48 tahun)
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno (56 tahun)
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga (49 tahun)
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin (51 tahun)
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel (52 tahun)
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman (46 tahun)
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri (53 tahun)
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono (59 tahun)
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya Bakar (49 tahun)
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan (53 tahun)
26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani (41 tahun)
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saifuddin (52 tahun)
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek (65 tahun)
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa (49 tahun)
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yambise (56 tahun)
31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan (45 tahun)
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir (54 tahun)
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi (41 tahun)
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja'far (43 tahun)

(sumber detik.com)

Selasa, 14 Oktober 2014

Menelaah Sapi TPA Putri Cempo Solo

Beberapa hari menjelang idul kurban, polemik hewan ternak sebagai hewan kurban kembali bergulir. Sapi dari Tempat Pembuangan Akhir(TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo kembali dipersoalkan.
Seperti diberitakan pada Harian Solo Pos, 29 September 2014, para pedagang sapi di pasar sapi Kliwonan Bekonang , Mojolaban, Sukoharjo  diminta tak memperjualbelikan sapi-sapi yang diternak di TPA Putri Cempo Solo. Alasan yang disampaikan karena sapi  dari  TPA tersebut mengandung logam  timbal  cukup banyak sehingga dikhawatirkan mengancam kesehatan.
Sementara itu sejumlah peternak sapi di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo,  sebagaimana diberitakan Solo Pos, 30 September 2014, bertekad memasarkan sapi mereka ke sejumlah Rumah Pemotongan Hewan Solo, Kalioso Karanganyar dan Sukoharjo.
Wajar kalau sebagian masyarakat menilai  sapi yang biasa berkeliaran di TPA Putri Cempo  mengandung logam timbal sehingga sebisa mungkin dihindari untuk dikonsumsi. Alasan tersebut tentunya berdasarkan informasi  yang berkembang dimasyarakat, karena TPA pada dasarnya berisi sampah, tidak hanya sampah sisa makanan tetapi juga sampah plastik, logam, besi, dll. Sulit untuk memastikan sapi tidak ikut makan sampah –sampah tersebut.

Keberadaan TPA Putri Cempo dan Sapi
Sebelum melakukan penilaian, ada baiknya perlu melihat  keberadaan sapi di TPA Putri Cempo terlebih dahulu.   Dahulu, Sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo, seperti sapi pada umumnya,  makan  rumput, jerami dan makanan ternak lainnya. Sejak Pemkot Solo memutuskan  pembuangan sampah akhir  di TPA Putri Cempo Mojosongo, pada tahun 1987, warga kehilangan tempat mengembalakan ternak mereka. Awalnya warga mencoba membiarkan sapi mereka di areal TPA, tempat yang sebelumnya menjadi lahan pengembalaan sapi. Lambat laun sapi-sapi beradaptasi dengan sampah dan mengkonsumi sampah TPA Putri Cempo.  Pemilik tidak terlalu khawatir dengan perilaku sapi ini, karena pada malam hari biasanya sapi mereka akan memuntahkan sampah plastik  yang tertelan saat pagi hingga siang hari. Disamping itu, harga jual sapi TPA Putri Cempo juga relative bagus sama dengan harga dipasaran. Bahkan menurut warga, sudah ada pembeli sapi yang secara rutin membeli sapi-sapi mereka.

Tidak mudah untuk menilai kondisi kelayakan  sapi di lahan TPA tersebut. Tetapi ada fakta yang menarik  dan bisa menjadi bahan pertimbangan terhadap polemik  sapi yang dibiarkan berkeliaran bebas di TPA Putri Cempo. Beberapa hal tersebut adalah:
Pertama, sekitar seribu lebih sapi yang berkeliaran di TPA Putri Cempo dimilik oleh warga Solo yaitu warga  Jatirejo, Randusari, dan warga sekitar. Hampir semua warga di Randusari mempunyai sapi, sementara di Jatirejo dan di Kepuhsari sebagian warga mempunyai sapi dari 2 ekor sampai puluhan ekor. Sapi tersebut selama ini menjadi investasi yang dipergunakan untuk keperluan besar seperti biaya sekolah, memperbaiki rumah, hajatan, dll. Sebagian sapi lainnya dimiliki warga  dari kabupaten Karanganyar yaitu dari dukuh Jengglong dan Suluhrejo, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo. Perkembangan sapi sangat pesat karena sapi dibiarkan berkembang biak di alam terbuka /tidak dikadangkan sehingga sapi relatif bebas. Lain ketika sapi dikandangkan, biasanya dalam 2 tahun baru mempunyai anak.

Kedua, tidak semua sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo di biarkan berkeliaran di areal TPA. Meskipun relative sedikit, tetapi ada sebagian warga yang tetap mengkandangkan sapi miliknya di rumah. Selain untuk mengantisipasi kesehatan sapi, juga untuk meminimalisir sapi terlindas alat berat. Alasan lain karena sapi tersebut termasuk mahal harganya sehingga sayang kalau dibiarkan berkeliaran di TPA.

Ketiga,  meskipun ada sejumlah pihak yang merasa khawatir dengan kesehatan sapi TPA Putri Cempo, tetapi  pada tahun 1994, Sapi di TPA Mojosongo  pernah memenangkan lomba sapi sehat yang diadakan Departeman Pertanian.  Pada waktu itu  Dinas Pertanian Kota Solo menunjuk sapi dari Kelompok Ternak Sapi Potong Bakti Mulya (KTSPBM) Randusari Mojosongo untuk menjadi peserta mewakili kota Solo. Sapi dari Mojosongo  tersebut berhasil meraih juara kedua. Hal itu yang menjadikan warga semakin nyakin dan nyaman untuk beternak sapi. Karena meskipun sapi diberikan pakan sampah tetapi sehat , bahkan memenangkan lomba sapi  tingkat nasional. Bahkan setelah melihat perkembangan populasi sapi yang pesat, pemerintah provinsi memberikan gaduhan sapi ke warga Jatirejo dan Randusari. Kemudian  pada tahun 1994/1995 Dispertan kota Solo juga memberikan bantuan gaduhan sapi sejumlah 224 ekor sapi yang berkembang sampai sekarang. Sampai saat ini bantuan sapi gaduhan dari Dispertan sudah mencapai 3 tahap. Tahap yang terakir tahun 2007/2008 Randusari mendapatkan gaduhan sebanyak 50 ekor.

Keempat,  kesehatan sapi di TPA Putri Cempo bisa dikatakan  cukup baik. Dari informasi warga, selama puluhan tahun belum ada kasus sapi terkena penyakit tertentu. Sapi yang pernah ditemukan mati bukan karena terserang penyakit tetapi karena terlindas alat berat di TPA.  Merujuk pada penelitian Dispertan Solo tahun 2006/2007 tentang keberadaan sapi TPA Putri Cempo,     pertama kebutuhan nutrisi sapi terpenuhi , kedua sapi sehat dan tak ada penyakit yang spesifik. Penyakit yang ada hanya tergolong rendah, misalnya cacingan dan obstruksi rumen (kembung pada perut besar_salah satu tempat pencernaan sapi) yang mengakibatkan perut sapi kembung.   Ketiga sapi mengandung timbal yang melebihi ambang batas.

Kelima, meskipun  ada temuan sapi mengandung timbal/residu, ada solusi yang tidak memberatkan warga pemilik sapi, yaitu untuk melakukan karantina terhadap sapi sekitar tiga bulan sebelum dijual/disembelih. Karantina dilakukan dengan mengandangkan sapi  dan memberikan pakan sapi dengan  rumput, sayuran selain sampah dari TPA. Proses karantina ini dilakukan untuk menghilangkan timbal. Selain itu sebelum memberikan  makanan sampah sebaiknya sampah organik dicuci terlebih dahulu untuk meminimalisir residu

Keenam, Dinas Peternakan dan Pertanian (Dispertan) Solo secara rutin melakukan vaksinasi sapi dengan memberikan suplemen, vitamin dan obat cacing. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya sapi yang berpenyakit. Hal ini memungkinkan kondisi sapi di TPA Putri Cempo terpantau secara rutin oleh Dispertan.

Dengan melihat temuan tersebut, masyarakat bisa menilai sendiri kelayakan ternak dari lingkungan TPA Putri Cempo Solo tanpa harus merugikan pemilik ternak yang bersangkutan
Dispertan pernah mengimbau warga untuk tidak mengembalakan ternak di TPA Putri Cempo. Tetapi tidaklah mudah untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat pemilik sapi di sekitar TPA Putri Cempo untuk tidak mengembalakan sapi di TPA. Selama ini sapi tersebut tetap laku terjual bahkan sapi bisa tumbuh dengan cepat dengan biaya yang sangat rendah karena pemilik tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk pemeliharaannya.  Selain itu, sapi di sekitar TPA Putri Cempo berkembang pesat karena selalu ada yang membutuhkan. Sehingga wajar jika warga membiarkan sapi disekitar TPA.
Secara tidak langsung Pemkot Solo ikut bertanggungjawab dengan keberadaan sapi yang mengkonsumi sampah di TPA Putri Cempo. Selama ini pengelolaan sampah di kota Solo masih menggunakan cara yang konvensional yakni sistem pembuangan terbuka atau open dumping dimana sampah dibuang ke tanah yang sudah di gali setelah itu sampah ditutup tanah lagi. Cara tersebut membuat timbunan sampah tidak bisa terkontrol lagi. Luapan sampah di sekitar tempat tinggal warga juga berpotensi menjadi santapan sapi yang setiap hari berkeliaran di sekitar TPA.
 Pemkot Solo mestinya ikut bertanggungjawab untuk memberikan kepastian bahwa sapi milik warga di sekitar TPA tersebut masih dalam kategori aman dan layak untuk dikonsumsi. Pemantauan terhadap   pendistribusian ternak dari kota Solo menjadi penting untuk ditingkatkan. Diharapkan  hal tersebut akan membantu peternak sapi di kawasan TPA Putri Cempo tetap bisa menjual sapi mereka dan  masyarakat umum  (pembeli ternak) tidak diliputi rasa khawatir saat mengkonsumsi hewan kurban tersebut. Sehingga polemik sapi dari TPA Putri Cempo tidak akan terulang lagi.***








Rabu, 11 Juni 2014

Jokowi Tak Perlu Manfaatkan Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo

Beredarnya surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tentang pertimbangan pemberhentian Prabowo dari ABRI yang beredar di media massa beberapa hari yang lalu membantu masyarakat untuk menilai  capres yang akan dipilih pada tanggal 9 Juli nanti.

Rekam jejak capres Prabowo yang selama ini menjadi perbincangan, kasak kusuk di masyarakat perlahan mulai menemukan titik terang. Bagi masyarakat (terutama aktivis 98) yang selama ini menyakini keterlibatan Prabowo semakin merasa mantap karena kenyakinan mereka telah diperkuat dengan surat keputusan DKP tersebut. Meskipun selama ini mereka tahu keterlibatan Prabowo terutama dari berbagai diskusi antara sesama aktivis angkatan 98 yang mengalami penculikan, tetapi bukti otentik sulit untuk didapat. Bagi masyarakat yang selama ini tidak nyakin dengan keterlibatan Prabowo, sedikit banyak mulai terbuka pikiran dan hatinya untuk melihat lebih jelas rekam jejak sang capres. Bagi masyarakat yang selama ini tidak mau tahu, paling tidak menjadi tergerak hatinya untuk lebih tahu.

Soal surat DKP tersebut, sebagian berpendapat kalau surat dimunculkan menjelang Pilpres karena kepentingan politis. Masuk akal juga, kenapa tidak sejak dulu surat keputusan DKP tersebut beredar luas di media massa? Kenapa menjelang Pilres baru diedarkan? Apakah momentum ini dipilih untuk menjatuhkan capres tersebut? Sebagai orang awam, menurut saya sangat mungkin hal itu terjadi. Entah siapa pelakunya tetapi sangat mungkin tujuan surat tersebut untuk mengancurkan kepercayaan warga yang selama ini mendambakan Mr P sebagai presiden mereka. Tetapi bisa juga dipahami, justru surat tersebut diedarkan menjelang pilpres karena justru untuk meluruskan jalan gelap yang selama ini dilalui para pengidola Mr P. Kenapa? Karena di moment-moment krusial kurang lebih dari sebulan Pilpres ini, ada jalan terang yang dibukakkan sehingga mereka tidak terlanjur salah pilih. Surat tersebut dimaksudkan agar masyarakat tidak sesat pikir dalam mengambil keputusan yang akan mempengaruhi pemerintahan Indonesia selama lima tahun ke depan.

Beredarnya surat DKP tersebut mau tidak mau memberikan keuntungan bagi pihak Jokowi-JK. Satu point berhasil mereka dapatkan dari rekam jejak Prabowo di masa lalu. Meskipun melihat perkembangan selama ini, tanpa surat DKP itupun dukungan kepada pasangan capres Jokowi-JK semakin hari semakin banyak. Artinya peluang Jokowi-Jk sebenarnya cukup besar untuk memenangi Pilpres. Meskipun di sana-sini masih saja ada masyarakat yang merasa kuatir jika Jokowi terpilih menjadi Presiden tidak akan menyelesaikan tanggungjawabnya selama lima tahun melihat rekam jejak ketika meninggalkan jabatan Walikota Solo dan sekarang bersiap meninggalkan amanah menjadi Gubernur DKI Jakarta., untuk mengejar jabatan Presiden RI.

Sebagai warga biasa yang beberapa kali berinteraksi langsung dengan Jokowi ketika menjadi Walikota Solo, saya berharap beliau tidak akan memanfaatkan moment surat DKP yang menjadi pukulan telak Prabowo untuk kepentingan beliau. Biarkan masyarakat yang menilai sendiri, pak Jokowi tidak usah terjebak untuk ikut mengomentari soal dugaan pelanggarahn HAM Prabowo di masa lalu. Sebagai orang jawa, pak Jokowi mestinya tidak melupakan falsafah Menang Tanpa Ngasorake (menang tanpa meremehkan/merendahkan lawannya). Tetaplah menjadi Jokowi seperti yang dulu yang kami kenal, yaitu seorang yang kalem, rendah hati, sabar, nrimo, dan pekerja keras . Itulah Jokowi yang sebenarnya.***

Demam Capres

              Udara panas menyengat, rasanya tidak ada angin yang bertiup.

Sungguh panas sekali.  Gerah.
Debu-debu  tebal memenuhi jalanan. Daun-daun   di pot bunga yang tertata rapi di pinggir trotoar  tampak kotor berselimut debu. Sebagian besar debu dari letusan gunung Kelud belum sepenuhnya hilang.  Hujan yang diharapkan datang sudah lama tidak turun. Sesekali Karyo dan tukang becak lainnya harus membersihkan debu di jok becaknya dengan lap bekas kaos yang sudah tidak terpakai lagi.
                Karyo menghela nafas panjang.  Siang-siang seperti ini tidak banyak orang yang membutuhkan jasa tukang becak seperti dirinya. Apalagi semakin lama semakin sedikit orang yang mau naik becak.  Terutama sejak  sepeda  motor  di jual dengan sangat mudah. Hanya dengan uang muka limaratus ribu saja orang sudah bisa membawa motor pulang. Cicilan perbulan juga bisa memilih sendiri, mau yang tigaratusribu, empatratusribu, sampai yang sejuta. Tergantung kemampuan. Yang jelas mempunyai sepeda motor sangatlah mudah.  Pilihan membeli sepeda motor selain lebih hemat juga lebih menghemat waktu. Daripada untuk membayar upah naik becak , lebih baik untuk membeli bensin. Lebih irit. Itulah mengapa akhir-akhir ini bekerja sebagai pengayuh becak sudah tidak mampu untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.  Karyo masih tetap bertahan karena dia tidak mempunyai kemampuan selain mengayuh becak yang sudah ditekuni sejak limabelas tahun silam.
                Karyo mengubah posisi duduknya sambil mengipasi badannya dengan selembar  kardus  kumal yang biasa membantu mengurangi hawa panas saat tidak membawa penumpang seperti saat ini.  Pandangan matanya  tertuju kepada Slamet, temannya yang duduk diatas becak  sambil membaca koran .Beberapa teman yang lain ada yang tidur-tiduran diatas becak, ada pula yang duduk di kursi kayu dibawah pohon sambil gobrol .  Semua  bertujuan sama, mengisi kejenuhan  sambil menunggu calon penumpang. Pangkalan becak  yang terletak di seberang hotel berbintang tiga ini memang  cukup strategis. Terletak di pojok sebuah pusat grosir terbesar di kota Solo, depan jalan utama dan persis di pinggir perempatan jalan. Tak heran  sampai saat ini  masih ada sepuluh tukang becak yang masih bertahan di pangkalan. Meskipun jauh berkurang karena lima tahun yang lalu masih ada tigapuluh dua   tukang becak yang mengais rejeki .
                “Wah, hebat. Benar-benar hebat nich pak Gubernur . Ck…ck…ck….” Decakan kagum Slamet mengusik  lamunan Karyo . Beberapa kali terdengar  gumaman Slamet.
                “Memang lagi baca apa, Met?” tanya Karyo penasaran.
                “Ini, pak Gubernur DKI. Pak Jokowi semakin populer saja. Banyak survey yang menempatkan dirinya di atas Prabowo. Hehehehe,” jawab Slamet tak lepas dari korannya.
                “Ach, nggak usah percaya dengan survey. Itu khan bisa dipesan. Huahahahahaha. “
                “Maksudmu?” tanya Slamet sambil mengeryitkan alisnya.
                “Ya kalau yang survey kubu Jokowi ya dia yang teratas. Tapi kalau yang pesen survey Prabowo , ya pasti Prabowo yang diatas Jokowi,” jawab Karyo mantap. Meskipun hanya tukang becak tetapi Karyo tidak ketinggalan untuk mengikuti perkembangan politik di tanah air. Terutama saat ini menjelang pilihan presiden. Dimana-mana orang memperbincangkan soal calon presiden Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Karyo tidak pernah absen ikut mendengarkan obrolan tetangga di pos kamling saat malam hari sambil melihat berita di televisi. Jadi Karyo sedikit banyak tahu informasi seputar Pilpres.
                “Memang kenyataannya Jokowi lebih mumpuni dibanding Prabowo. Selain punya pengalaman menjadi walikota dan gubernur juga  lebih sederhana dan merakyat,” kata Slamet tak bisa menutupi kebanggaan terhadap calon presiden yang dia dukung.
                “Hahahahahahahaha. Mumpuni gimana? Jelas lebih mumpuni Prabowo dong. Tegas, disiplin! Pasti mampu memimpin bangsa Indonesia ke depan.”
                Slamet meradang. Koran dibanting dengan keras.
                “Lihat rekam jejaknya dong. Prabowo itu masih diragukan soal kewarganegaraan, soal pelanggaran HAM. Itu yang akan kamu dukung jadi presiden?” ejek Slamet  . Tanggannya menunjuk kea rah Slamet dengan kesal.
                “Heh, itu semua belum tentu benar. Fitnah tau.  Pokoknya Prabowo saja. Hidup Prabowo-Hatta!”seru Karyo  keras.
“Sekali Jokowi tetap Jokowi! Jokowi- JK  adalah kita !” mantap suara Slamet  menirukan tagline pasangan Jokowi-Jusuf Kalla  sambil mengepalkan tangan kanannya.
                “Nggak bisa. Jokowi itu lembek,nggak tegas. Lain dengan Prabowo, dong. Tegas, disiplin, orator yang baik. Dialah calon presiden Indonesia.  Pokoknya Prabowo-Hatta. Titik!” balas Karyo berapi-api.
                “Apa? “ Slamet  melompat dari becak. Tangannya mengepal dengan  keras. Wajahnya merah tak bisa lagi menyembunyikan kemarahan.
                “Dasar geblek. Pilih pemimpin kok gak lihat rekam jejaknya.Pelanggar HAM.” Teriak Slamet marah.
                Karyo bangun dari duduknya, berjalan menghampiri Slamet dengan kemarahan yang tidak bisa di tahan.
                “Jangan asal ngomong. Dasar kamu yang bebal! Kenthir! “
                Tanpa bisa dicegah Slamet dan Karyo sudah  berhadap-hadapan dan saling mencacimaki.  Tangan mereka berkacakpinggang, sesekali   saling tuding . Banyak kata-kata tak pantas keluar dari mulut mereka, saling membanggakan capresnya , saling mengejek capres lawan .  Suasana memanas. BAK..BUK…BAK..BUK… entah siapa yang memulai tahu-tahu tangan mereka sudah  saling pukul dan hantam.  Jeritan mbak Sumi pedangan wedangan yang  baru datang dengan sepedha onthelnya membuat para tukang becak lain terkejut dan berlarian mendatangi Karyo dan Slamet.  Perkelahian Karyo juga membangunkan tidur tukang becak yang lain. Segera saja mereka melerai Karyo dan Slamet sambil melihat mereka berdua dengan pandangan penuh tanda tanya.  Butuh empat orang untuk memegang Karyo dan Slamet agar tidak meneruskan bakuhantam. Meskipun sempat di cegah, tetapi adu mulut masih terdengar jelas. Makian kasar tidak juga berhenti. Beberapa pengendara sepeda motor menjadi tertarik dan berhenti melihat keributan yang terjadi.
                “Sudah, CUKUP! “ bentak mbah Atmo, tukang becak tertua yang juga ditunjuk sebagai sesepuh tukang becak di pangkalan.  Mata tuanya menatap Karyo dan Slamet bergantian dengan kesal. Seketika suasana hening. Karyo dan Slamet diam membisu, tidak berani lagi angkat bicara. Meskipun mbah Atmo sudah tua tetapi badannya kekar dan kuat karena sudah puluhan tahun mengayuh becak. Tutur katanya tegas dan bisa ngemong tukang becak yang lain. Selama ini mbah Karyo menjadi panutan Karyo dan teman-temannya.
                “Kalian ini seperti anak kecil saja. Ora isin, ora pekewuh. Udur-uduran barang sing ra ngenah.” Mbak Atmo  bisa menangkap bahan pertengkaran Karyo dan Slamet. “ Kalau suka dan mendukung capres  itu boleh saja, tapi mbokyao yang masuk akal. Jangan turuti  emosi. Jangan membiarkan  soal dukungan menjadi bahan pertengkaran.”
                Suara-suara bersahut-sahutan terus terdengar bagai degungan lebah. Sebagian geleng-geleng kepala,  ada yang bilang ya ampun, juga ada yang komentar ada-ada saja. Tanpa di komando banyak nasehat  yang bermunculan dari tukang becak. Sebagian menyesalkan  pertengkaran yang terjadi dan sebagian lagi minta Karyo dan Slamet untuk menahan diri. Bahkan ada diskusi mendadak yang membicarakan soa  kedua capres.
                “SUDAH!” bentak mbak Atmo kesal. “Kalian malah memperburuk keadaan. Nggak usah bikin panas. Tidak ada gunanya kalian membela mati-matian capres kita. Memangnya kalau yang jadi presiden Jokowi Indonesia akan hancur? Kiamat? Memangnya kalau yang terpilih Prabowo kita akan hancur juga? Wealah, semua sama-sama berpeluang menjadi presiden. Biarkan saja , tunggu tanggal 9 nanti. Kita tidak usah terlalu ngoyo mendukung dan saling menjelekkan. Mau milik no 1 atau 2 ya monggo saja. Itu hak kalian. Tetapi ya harus menghormati hak orang lain juga. “ kata mbah Atmo panjang lebar.
                Karyo menundukkan muka sambil mengusap wajahnya yang terasa perih. Pukulan Slamet mendarat mulus di mukanya  lebih dari satukali.  Ada rasa sesal dan malu tidak mampu mengontrol emosinya.  Padahal Slamet adalah sahabatnya sejak lama. Kenapa hanya karena pilihan yang berbeda dia menjadi emosi dan kalap? Karyo meringis sambil mendengarkan nasehat mbah Atmo .
                Sementara Slamet masih berdiri di sebelah kiri mbah Atmo dengan sesekali meringis memegangi perutnya. Beberapa tendangan kaki Karyo tepat mengenai perutnya. Rasanya melilit sekaligus nyeri. Hatinya diliputi perasaan penyesalan telah membuat Karyo marah dan mereka berkelahi. Selama bertahun-tahun bersahabat mereka berdua selalu rukun bahkan sesekali mereka saling membantu. Saat Karyo sedang membutuhkan uang banyak untuk keperluan tertentu, Slamet dengan ikhlas membiarkan rejekinya untuk Karyo.  Demikian juga sebaliknya. Sungguh persahabatan yang baik diantara mereka. Slamet tidak rela jika persabahatan mereka selama ini hancur hanya karena masing-masing mempunyai pilihan yang berbeda.
                “Nah, lebih baik kalian segera berbaikan. Tidak baik  memelihara permusuhan. Kita ini sama-sama orang kecil. Kalau tidak kompak, gimana mau cari rejeki buat anak istri? Ayo, salaman!” kata mbah Atmo dengan nada memerintah.
                Karyo  dan   Slamet tanpa disegaja saling pandang  dalam waktu yang bersamaan.  Ada keraguan di mata Slamet, tetapi segera terhapus ketika melihat senyum Karyo. Reflek mereka saling berpelukan dan tanpa menunggu lama kemarahan segera mencair. Tak ada lagi permusuhan dan dendam yang memenuhi hati mereka. Pelukan Slamet  mengendor saat Karyo menjerit kesakitan karena tanpa segaja  Slamet telah memegang pipi Karyo yang  biru menghitam. Mereka berdua tertawa bersama-sama menyadari wajah dan badan berantakan.  Mau nomer satu atau dua yang terpilih, yang penting rakyat kecil sejahtera, batin Karyo lega. ***















Jumat, 25 April 2014

Kalau Memang Jujur, Kenapa Takut?

Jujur..jujur...jujur....kalimat yang mudah diucapkan tetapi tidak gampang dilakukan.
“HP yang selalu ditenteng dan tidak pernah tergeletak di dalam rumah adalah HP yg mencurigakan…
WaSPadaLah!
!!!!” Kalimat tersebut saya copy dari wall FB teman. Saya hanya merasakan ada ketidaknyamanan dari salah satu pasangan dengan sikap pasangannya. Saya pikir ada kecurigaan, dan itu tentunya tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi pasti ada alasan tertentu sehingga muncul statment seperti itu.

Jika memang   jujur  kepada pasangan dan tidak ada yang disembunyikan, kenapa marah dan tidak terima ketika HP dan barang pribadi di buka pasangan?

Kalimat tersebut seringkali menjadi perdebatan antara pasangan.  Yang merasa marah disebabkan  karena merasa privasinya terganggu. Meskipun sudah menjadi pasangan bahkan pasangan suami istri tetapi masing-masing pihak merasa tetap berhak  mempunyai privasi. Dompet, HP, email, tas menjadi wilayah pribadi yang tak seorang pun boleh membukanya, tak terkecuali pasangan.

Di pihak lain, merasa bahwa sudah menjadi pasangan , kenapa harus  punya rahasia? Bukannya setiap pasangan mestinya saling terbuka, jujur, tidak menyimpan rahasia dan urusanmu menjadi urusanku?
Masing-masing mempunyai alasan tersendiri, merasa argumentasinya benar.  Dan saya rasa tak ada yang berhak menyalahkan, karena itu menjadi urusan  pasangan tersebut.  Artinya terserah pasangan tersebut, apakah merasa nyaman dengan hal itu atau tidak. Apakah akan bersikap seperti itu terus atau tidak. Apakah pihak  yang marah  akan membiarkan pasangan atau memberikan ultimatum atau tidak.

Membuka HP, dompet, email,  pasangan bukan berarti tidak percaya diri atau  menyimpan ketidak percayaan kepada pasangan. Bisa jadi karena memang ada alasan kuat sehingga pasangan berbuat seperti itu misalnya memergoki pasangan yang ketahuan  tidak setia  dan itu sudah berulang kali terjadi sehingga memang perlu sesekali di cek isi HP nya.


Kalau memang jujur, menurut saya tidak ada salahnya pasangan mengetahui isi HP, dompet, tas,  email kita. Dengan mempersilahkan pasangan mengetahui barang-barang pribadi kita, bisa menambah rasa percaya pasangan terhadap kita.
Kalau memang jujur, kenapa takut??????

Kampanye Terbuka Menyesatkan Anak-Anak

Kampanye terbuka menjadi salah satu cara untuk meraih simpati dan dukungan massa. Biasanya berbagai acara dilakukan dalam ajang kampanye terbuka, dari  acara inti seperti orasi, penyampaian visi misi parpol, ajakan untuk tidak lupa mencoblos parpol yang bersangkutan, sampai acara tambahan seperti pembagian doorprize dan hiburan. Kemasan hiburan dibuat semenarik mungkin, sekali lagi untuk menarik simpati massa. Biasanya parpol mengundang penyanyi band sampai penyangi dangdut untuk memeriahkan acara kampanye terbuka. Untuk urusan hiburan, dangdutan lebih ramai dan lebih laku dibandingkan aliran musik lainnya.
Hiburan dangdutan memang diharapan mampu menarik perhatian massa sehingga massa mau bergabung untuk bersenang-senang.  Tidak peduli massa calon pemilih yang sesungguhnya atau hanya massa bohong-bohongan.

Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut  ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah  parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.

Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.

Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi   dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan.  Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut  mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk  melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**