Jumat, 25 April 2014

Kalau Memang Jujur, Kenapa Takut?

Jujur..jujur...jujur....kalimat yang mudah diucapkan tetapi tidak gampang dilakukan.
“HP yang selalu ditenteng dan tidak pernah tergeletak di dalam rumah adalah HP yg mencurigakan…
WaSPadaLah!
!!!!” Kalimat tersebut saya copy dari wall FB teman. Saya hanya merasakan ada ketidaknyamanan dari salah satu pasangan dengan sikap pasangannya. Saya pikir ada kecurigaan, dan itu tentunya tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi pasti ada alasan tertentu sehingga muncul statment seperti itu.

Jika memang   jujur  kepada pasangan dan tidak ada yang disembunyikan, kenapa marah dan tidak terima ketika HP dan barang pribadi di buka pasangan?

Kalimat tersebut seringkali menjadi perdebatan antara pasangan.  Yang merasa marah disebabkan  karena merasa privasinya terganggu. Meskipun sudah menjadi pasangan bahkan pasangan suami istri tetapi masing-masing pihak merasa tetap berhak  mempunyai privasi. Dompet, HP, email, tas menjadi wilayah pribadi yang tak seorang pun boleh membukanya, tak terkecuali pasangan.

Di pihak lain, merasa bahwa sudah menjadi pasangan , kenapa harus  punya rahasia? Bukannya setiap pasangan mestinya saling terbuka, jujur, tidak menyimpan rahasia dan urusanmu menjadi urusanku?
Masing-masing mempunyai alasan tersendiri, merasa argumentasinya benar.  Dan saya rasa tak ada yang berhak menyalahkan, karena itu menjadi urusan  pasangan tersebut.  Artinya terserah pasangan tersebut, apakah merasa nyaman dengan hal itu atau tidak. Apakah akan bersikap seperti itu terus atau tidak. Apakah pihak  yang marah  akan membiarkan pasangan atau memberikan ultimatum atau tidak.

Membuka HP, dompet, email,  pasangan bukan berarti tidak percaya diri atau  menyimpan ketidak percayaan kepada pasangan. Bisa jadi karena memang ada alasan kuat sehingga pasangan berbuat seperti itu misalnya memergoki pasangan yang ketahuan  tidak setia  dan itu sudah berulang kali terjadi sehingga memang perlu sesekali di cek isi HP nya.


Kalau memang jujur, menurut saya tidak ada salahnya pasangan mengetahui isi HP, dompet, tas,  email kita. Dengan mempersilahkan pasangan mengetahui barang-barang pribadi kita, bisa menambah rasa percaya pasangan terhadap kita.
Kalau memang jujur, kenapa takut??????

Kampanye Terbuka Menyesatkan Anak-Anak

Kampanye terbuka menjadi salah satu cara untuk meraih simpati dan dukungan massa. Biasanya berbagai acara dilakukan dalam ajang kampanye terbuka, dari  acara inti seperti orasi, penyampaian visi misi parpol, ajakan untuk tidak lupa mencoblos parpol yang bersangkutan, sampai acara tambahan seperti pembagian doorprize dan hiburan. Kemasan hiburan dibuat semenarik mungkin, sekali lagi untuk menarik simpati massa. Biasanya parpol mengundang penyanyi band sampai penyangi dangdut untuk memeriahkan acara kampanye terbuka. Untuk urusan hiburan, dangdutan lebih ramai dan lebih laku dibandingkan aliran musik lainnya.
Hiburan dangdutan memang diharapan mampu menarik perhatian massa sehingga massa mau bergabung untuk bersenang-senang.  Tidak peduli massa calon pemilih yang sesungguhnya atau hanya massa bohong-bohongan.

Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut  ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah  parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.

Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.

Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi   dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan.  Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut  mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk  melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**