Tampilkan postingan dengan label sosbud. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sosbud. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Mei 2017

Kaesang #BapakMintaProyek, Kritik Nepotisme dan Intoleransi

Kaesang Pengarep, anak ragil/bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama ini dikenal rajin ber-media sosial (medsos). Selain rajin menulis di blog pribadinya, Kaesang terhitung sering membuat video blog (vlog) yang diunggah di situs You tube. Dengan gaya anak muda yang kocak, santai, ceria, Kaesang sering menyapa pengikutnya, salah satunya dengan mengunggah vlog tentang kegiatannya.


Kali ini, Kaesang kembali membuat vlog yang  di unggah di You Tube dengan tema kritik sosial yang cadas dan mantap.  Kaesang  mengkritik praktik nepotisme dan intoleransi dalam satu tayangan.
Video  yang berdurasi 2.40 detik tersebut  berjudul #BapakMintaProyek, diunggah akun 'Kaesang' pada Sabtu (27/5/2017) kemarin.  Dengan mengenakan topi bertuliskan ‘Kolektor Kecebong’ , Kaesang yang kali ini tampil tanpa kacamata minusnya, melakukan dialog  monolog, berperan sebagai dirinya sendiri dan pak Jokowi. Ia mengawali percakapan dengan adegan merayu pak Jokowi. Dengan kocaknya ia minta kepada pak Jokowi agar memberinya  proyek.


"Halo Bapak, Bapak! Mbok Kaesang minta proyek triliunan yang ada di pemerintah," kata Kaesang.
Terdengar jawaban yang kira-kira dimaksudkan pak Jokowi,
"Opo toh, le? Mau sukses sama kaya, ya kerja keras toh. Mosok pengin penake thok? Sana ngurusin Markobar sana (Apa sih nak? kalau mau sukses dan kaya, ya kerja keras lah. Masa mau enaknya saja? Sana urus Markobar sana)," tanggap si bapak.
Mendengar jawaban bapaknya, Kaesang  menjawab dengan kocak  bahwa Markobar bukanlah usaha kepunyaannya.
"Oh bukan to?" tanya si bapak memastikan. Dan berpesan untuk diisikan pulsanya,” Bapak minta pulsa ya. Pulsa bapak habis."
"Opo to Pak, Pak? Nggak cetho ," jawab  Kaesang mendengar pesan bapaknya.
Adegan selanjutnya, kritik sosial meluncur dari bibir Kaesang, yang intinya  praktek nepotisme tidak lagi  boleh dilakukan di Indonesia.  Ia mengungkapkan bahwa tidak  boleh seorang anak yang sekolah tinggi-tinggi hanya minta proyek pemerintahan kepada bapaknya.
"Malu dong sama embel-embel gelar dari kuliah yang kalian dapat. Apalagi kuliahnya di luar negeri. Balik ke Indonesia bukannya membangun lebih baik malah ngehancurin. Dasar ndeso!" kata Kaesang.
"Dasar ndeso!" adalah makiannya untuk orang-orang yang dia kritik.
Dasar Ndeso merupakan ungkapan yang sudah biasa dalam percakapan sehari-hari kami di Solo. Ungkapan ini  memang kerap di sematkan untuk seseorang  yang cenderung menjengkelkan, tidak tahu aturan,  kampungan, yang tidak sopan , melakukan hal yang bertentangan dengan norma .Kira-kira seperti itulah.

"Katanya mau berbakti buat nusa dan bangsa, tapi yang ada apa? Malah ngehancurin semuanya. Bukan begini caranya untuk membangun Indonesia yang lebih baik," kata Kaesang lagi.
Kaesang juga mengkritik soal intoleransi yang akhir-akhir ini marak dan semakin tidak terkendali. Cupilkan video pawai obor anak-anak sambil berteriak untuk membunuh Basuki Tjahaja Purnama  (Ahok)  sempat diperlihatkan. 

Ia dengan serius mengatakan prihatin karena anak kecil sudah belajar menebarkan kebencian. Kaesang juga menjelasakan bahwa ia tidak  bermaksud membela (Ahok). Tetapi ia  teramat prihatin  karena  anak seusia mereka bersikap dan berucap demikian. Dia juga mempertannyakan siapa yang mengajari mereka bertindak demikian.
"Sangat disayangkan kenapa anak kecil seperti mereka itu sudah belajar untuk menyebarkan kebencian. Apaan coba itu? Dasar ndeso! Ini ajaranya siapa coba? Dasar ndeso. Ndak jelas banget," ungkapnya.
Kaesng protes terhadap orang yang telah mengajari anak-anak generasi penerus bangsa sampai   bisa melakukan intimidasi dan teror  kepada orang  lain.
"Untuk membangun Indonesia yang lebih baik, kita itu harus kerja sama, ya, kerja sama (sambil memegang jempol tangan kirinya dengan tangan kanan), bukan malah saling menjelek-jelekkan, mengadu domba, mengkafir-kafirkan orang lain. Bukan malah tadi ada kemarin tuh, yang nggak mau mensalatkan padahal sesama muslim karena cuma perbedaan dalam memilih pemimpin. Apaan coba? Dasar ndeso!"
Dalam akhir tayangan Kaesang juga berpesan, "Kita itu Indonesia, kita itu hidup dalam perbedaan."

Pentingnya melawan , tidak lagi bungkam
Kritik sosial yang disampaikan Kaesang sangat menarik dan menjadi penting untuk terus memberikan semangat ‘perlawanan’  bagi orang-orang yang masih waras ini untuk melawan intoleransi dan radikalisme. Jelas sekali  Kaesang memilih untuk bersuara  menyampaikan kebenaran tanpa takut intimidasi.
Apa yang disampaikan Kaesang,   saya rasa untuk menyemangati   kita yang akhir-akhir ini  sudah mulai mengurangi intensitas melakukan kritik di media sosial karena  takut dengan intimidasi yang massif dari kelompok  garis keras. Tentunya semangat dari putra bungsu Pak Jokowi ini juga diharapkan mampu  mendorong kita untuk berani bersuara lagi tanpa ada rasa takut di intimidasi.  Perlawanan terhadap derasnya sikap intoleransi dan intimidasi tidak harus dilakukan dengan melawan dengan senjata tetapi dengan bahasa kritikan yang santun, tidak penuh caci maki dan kebencian. Ini menjadi hal yang penting dilakukan karena para kaum intoleran selama ini mengunakan media sosial untuk terus  mendapatkan simpati dan dukungan. Semoga kita tidak akan bungkam lagi, tidak menyerah sampai kapanpun.
Terimakasih mas Kaesang , telah mengingatkan kita semua.
Salam

https://news.detik.com/berita/3513509/kritik-kaesang-terhadap-nepotisme-dan-intoleransi-dasar-ndeso

Kamis, 06 April 2017

Sandiaga Uno Permalukan Rhoma Atas Kasus Penangkapan Ridho Rhoma ?

Tidak hanya kali ini  artis tertangkap karena kasus  barang haram narkoba. Kali ini publik kembali terhenyak setelah Pangeran Dangdut, Ridho Rhoma (28 tahun)  ditangkap oleh petugas Polres Jakarta Barat karena  memiliki narkoba jenis sabu pada Sabtu (25/3/2017) di sebuah area  sebuah hotel di Jakarta Barat.

Berdasarkan pengakuan kepada polisi, anak dari Raja Dangdut, Rhoma Irama tersebut  mengaku sudah menjadi pemakai narkoba selama dua tahun terakhir.  Atas kasusnya tersebut, pelantun lagu ‘Mengapa’   itu dijerat  pasal 112 ayat (1) sub pasal 127 Jo pasal 132 ayat (1) UU no 35 tahun 2009 tentang Narkotika.  Pasal 112 sendiri diketahui ancaman hukumannya paling cepat 4 tahun penjara, sementara itu ancaman hukuman yang diatur Pasal 127 paling lama adalah 4 tahun, dan pasal 132 ancaman hukuman paling sedikit 20 tahun penjara serta paling berat adalah hukuman seumur hidup hingga pidana mati.
Seperti diketahui, Rhoma Irama, pedandhut senior yang juga ketua Partai  Idaman  menyatakan dukungannya  kepada pasangan nomor urut 3 dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.  Rhoma Irama atau biasa dipanggil Bang Haji tersebut menyatakan alasan mendukung pasangan Anies-Sandi karena  pertimbangan yang rasional, psikologis dan sosiologis.  Rasional karena ia menilai Anies sukses memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) . Pertimbangan psikologis karena  ia  mengakui mempunyai hubungan  dekat dengan Anies dan Sandi. Sosiologis karena sebagai sesama muslim diwajibkan memilih yang seiman.



Sandiaga Uno  permalukan Rhoma Irama?
Sandiaga Uno sebagai  calon Wakil Gubernur DKI Jakarta yang diberi dukungan oleh Rhoma Irama, memberikan respon  terhadap penangkapan Ridho Rhoma.  Yang mengelitik,  sebelum ada pernyataan polisi tentang apakah  Ridho sebagai penguna/pemakai saja atau sebagai pengedar, Sandiaga telah mendahului kewenangan pihak kepolisian. Ia mengatakan  bahwa  Ridho hanyalah korban dari pergaulannya selama ini.
Saya yakin Mas Ridho bisa direhabilitasi karena beliau korban, bukan pengedar, justru korban yang mungkin gaya hidup yang ada di sekelilingnya, terperosok di kasus ini, saya doakan badainya segera berlalu dan Mas Ridho pulih,” kata Sandiaga di kawasan Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (25/3/2017).
Padahal saat ini status hukum anak bungsu Rhoma Rhoma  belum ditetapkan masih bergantung hasil penilaian penyidik.
Lebih lanjut  Sandi juga menilai bahwa akar pemasalahannya  kasus narkoba adalah pendidikan dan ekonomi.
Masalah akar itu di pendidikan dan ekonomi. Itu yang harus kita bersihkan masalah tersebut, dan lingkungan yang bersih dimulai dari keluarga. Pendidikan harus masuk, dari basis sekecil mungkin dari keluarga,” ujarnya.
Menyitir pernyataan Sandiaga, kok sepertinya  ia telah melakukan  sangkaan miring  nggak hanya satu tapi double tripple ya. Kenapa? Karena ia jelas menganggap soal pendidikan, ekonomi dan lingkungan(keluarga) menjadi faktor  Ridho terjerumus narkoba.
Sandiaga seperti menyindir  Rhoma Irama dan keluarganya ‘seolah-olah’ tidak mampu memberikan pendidikan  yang baik kepada anaknya sehingga terjerumus kedalam jeratan narkoba.  Sandi seperti menganggap  jika Bang Haji telah lalai dalam mendidik Ridho. Duh, teganya..teganya…teganya …sungguh TERLALU! TERLALU!
Bukankah mestinya Sandiaga tahu bahwa Raja Dangdut itu telah mendidik keluarganya, anaknya dengan baik. Tak mungkin kan sekelas  Rhoma Irama tidak memberikan didikan  yang benar kepada anaknya?
Pun ketika ia bilang masalah ekonomi. Duh, tega  banget ya. Sandi  menunjuk masalah ekonomi menjadi penyebab Ridho mengkonsumsi sabu. Karena tidak disebut dengan jelas, bisa  jadi soal ekonomi ini karena Sandi menganggap  keluarga ketua Partai Idaman tersebut   cukup berlimpah ekonominya  sehingga  anaknya cenderung hura-hura dan mengkonsumsi barang haram tersebut dalam kisaran 2 tahunan  ini . Rasanya nggak mungkin (soal ekonomi) karena Rhoma tidak cukup memberikan limpahan ekonomi kepada keluarganya  atau keluarganya dalam kondisi kekurangan .
Lingkungan yang  bersih di mulai dari  keluarga” , nah ini juga serasa menampar  muka Rhoma Irama. Sandi serasa telah menilai keluarga Rhoma Irama ini tidak bersih.  Karena keluarga Rhoma ‘kotor’ makanya anak kesayangannya terjerat narkoba. Di tarik lebih dalam lagi, mungkin karena  keluarga Rhoma tidak cukup harmonis, tidak cukup bahagia, sehingga  anaknya terjerat narkoba.
Meskipun  prihatin dan memberikan dukungan kepada Ridho Rhoma, tetapi di  sisi lain, penyataan   Sandiaga Uno tersebut  seolah-olah  juga   menuding dan mempermalukan Rhoma Irama dan keluarganya. Itu sih menurut  pendapat saya.
Salam Seword.