Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 September 2016

Stasiun Purwosari, Stasiun Tertua di Kota Solo

Tut...tut....tut.....
Suara nyaring Kereta Api (KA) menjadi 'makanan' kami sehari-hari. Meskipun rumah kami tidak berdekatan dengan rel KA, tetapi dengan jarak sekitar dua Km dari rela KA, suara nyaring bel dan derit roda KA sangat jelas terdengar.
Dalam sehari tidak terhitung, puluhan KA melitas dan menguarkan bunyi yang bagi kami terutama anak bungsu sangat dinanti. Ya, anak bungsu kami sangat menyukai KA, maka tidak jarang ia selalu minta diantar jakan-jalan ke dekat rel KA untuk melihat KA melintas.

KA menjadi sarana transportasi favorit kami, selain dengan biaya terjangkau, hampir pasti bebas macet, lebih cepat dan jarang sekali terlambat.

Sejak sepuluh tahun yang lalu, saya terbiasa mengunakan  Kereta Api (KA)  sebagai  sarana transportasi  ke tempat kerja.   Solo-Yogya jarak yang cukup jauh  jika berkendara dengan  kendaraan lain, tetapi hanya ditempuh dalam satu jam dengan KA. Saya biasa bepergian lewat  Stasiun Purwosari yang terletak di kelurahan Purwosari Solo, karena paling dekat dengan  tempat tinggal saya.

Stasiun Tertua di Kota Solo
Di Solo sendiir ada empat stasiun KA yaitu Stasiun Balapan (masuk kategori stasiun besar) , Stasiun Purwosari, Stasiun Jebres dan Stasiun Kota (Sangkrah). Stasiun Balapan merupakan stasiun besar , lebih banyak untuk KA bisnisn dan eksekutif. Hanya KA lokal Pramek (Solo-Yogya) dan KA Bhatara Kresna (Sol0- Wonogiri)  KA dengan tipe ekonomi yang berhenti di stasiun Balapan. Selebihnya KA bisnis dan eksekutif . Sementara Stasiuan  Purwosari dan Jebres merupakan stasiun  kategori kecil, tempat pemberhentian KA tipe ekonomi.
Kedua stasiun tersebut (Purwosari dan Jebres)  sejarahnya dimiliki oleh pihak  dua kerajaan yang ada di Surakarta . Stasiun Purwosari di miliki oleh pihak Yaitu  keraton Mangkunegaran sebagai pemilik Stasiun Purwosari dan keraton Kasunanan sebagai pemilik  stasiun Jebres . Jika di lihat dari letak kedua stasiun tersebut, memang Stasiun Purwosari lebih dekat dengan Mangkunegaran, sementara Stasiun Jebres lebih dekat dengan Kasunanan.
Dari keempat stasiun tersebut, Stasiun Purwosari adalah stasiun tertua di Kota Solo.  Stasiun yang dibangun sejak tahun 1875 ini, konon pembangunannya di kerjakan oleh  Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Renovasi Masih Mempertahankan Bangunan Asli
Sebagai stasiun tertua, Stasiun Purwosari masih jelas sekali menunjukkan ketuaan usianya.  Tiang-tiang penyangga atap yang terbuat dari besi kuat sangat menonjol dan berdiri dengan kuat. Atap yang tinggi dan lebar dengan bangunan terbuka kelihatan bangunan model jaman dahulu. 

Meskipun sudah mengalami renovasi besar-besaran, tetapi pihak pengelola tidak membongkar model bangunan aslinya.
Ruang tunggu masih dipertahankan dengan model sejak awal berdirinya Stasiun Purwosari. Yaitu dengan model bangunan terbuka, hanya ada tiang tinggi dengan plafon yang tinggi menjulang dan diatapi sejenis seng tebal.  Bangunan tanpa dinding ini membuat udara segar karena angina bisa berhembus dari segala penjuru dengan leluasa

Sementara  bangunan kantor masih  tetap bangunan  tempo dulu dengan dinding tinggi, dilengkapi dengan jendela dan pintu  kayu besar-besar. Struktur tembok tebal juga menguatkan model bangunan jaman dulu yang masih terlihat kuat dan kokoh tidak dimakan jaman.

Sepanjang rel KA yang memanjang  dari barat ke timur diatapi dengan atap dari sejenis seng dengan tiang tinggi dari besi. Seal saya kecil, sampai sekarang tidak ada perubahan sama sekali hanya semakin  dijaga kebersihan dan di tinggikan plesteran semen sepanjang sisi rel KA.

Stasiun ini juga sangat terjaga kebersihannya. Hampir bisa dipastikan tidak ada sampah sembarangan . Semua tertata dengan rapi dan teratur. Ruang pesan tiket yang termasuk bangunan baru (tahun ini) sangat luas dan bersih, demikian juga dengan ruang tunggu dalam yang luas, bersih dan rapi.
Tak lupa untuk kenyamanan penumpang , disediakan cashger hp dan sejumlah kipas angina di beberapa tempat.


Mudah Terjangkau dan Dekat dengan Beragam Fasilitas
Letak Stasiun Purwosari juga sangat terjangkau dan mudah di akses.  Stasiun ini persis di sebrang Hotel Swiss Bellin Hotel dan Robinson  juga di sebrang pasar buah Purwosari.
Bus umum (BST) melintas setiap beberapa menit sekali. Kemudian ojeg, becak juga tersedia. Jika kedatanagan  dari  Kabupaten Wonogiri , Sukoharjo menuju kota Solo, tinggal turun  di jalan sebrang  stasiun Purwasari. Tinggal menyeberang.
Di sekitar stasiun juga terdapat warung makan dan pertokoan juga tidak jauh terdapar pasar tradisional. Beberapa hotel juga ada tak jauh dari stasiun Purwosari.  Hotel  Swiss Bellin, Aston, View Hotel, Arini, HAP, Wiryo Martono, dll.  Tinggal pilih hotel bintang satu sampai bintang 4 tersedia lengkap. Sejumlah hotel tersebut bisa dijangkau dengan berjalan kaki tidak lebih  dari limabelas menit.

_Solo, 31 Agustus 2016_



Stasiun Purwosari, Stasiun Tertua di Kota Solo

Tut...tut....tut.....
Suara nyaring Kereta Api (KA) menjadi 'makanan' kami sehari-hari. Meskipun rumah kami tidak berdekatan dengan rel KA, tetapi dengan jarak sekitar dua Km dari rela KA, suara nyaring bel dan derit roda KA sangat jelas terdengar.
Dalam sehari tidak terhitung, puluhan KA melitas dan menguarkan bunyi yang bagi kami terutama anak bungsu sangat dinanti. Ya, anak bungsu kami sangat menyukai KA, maka tidak jarang ia selalu minta diantar jakan-jalan ke dekat rel KA untuk melihat KA melintas.

KA menjadi sarana transportasi favorit kami, selain dengan biaya terjangkau, hampir pasti bebas macet, lebih cepat dan jarang sekali terlambat.

Sejak sepuluh tahun yang lalu, saya terbiasa mengunakan  Kereta Api (KA)  sebagai  sarana transportasi  ke tempat kerja.   Solo-Yogya jarak yang cukup jauh  jika berkendara dengan  kendaraan lain, tetapi hanya ditempuh dalam satu jam dengan KA. Saya biasa bepergian lewat  Stasiun Purwosari yang terletak di kelurahan Purwosari Solo, karena paling dekat dengan  tempat tinggal saya.

Stasiun Tertua di Kota Solo
Di Solo sendiir ada empat stasiun KA yaitu Stasiun Balapan (masuk kategori stasiun besar) , Stasiun Purwosari, Stasiun Jebres dan Stasiun Kota (Sangkrah). Stasiun Balapan merupakan stasiun besar , lebih banyak untuk KA bisnisn dan eksekutif. Hanya KA lokal Pramek (Solo-Yogya) dan KA Bhatara Kresna (Sol0- Wonogiri)  KA dengan tipe ekonomi yang berhenti di stasiun Balapan. Selebihnya KA bisnis dan eksekutif . Sementara Stasiuan  Purwosari dan Jebres merupakan stasiun  kategori kecil, tempat pemberhentian KA tipe ekonomi.
Kedua stasiun tersebut (Purwosari dan Jebres)  sejarahnya dimiliki oleh pihak  dua kerajaan yang ada di Surakarta . Stasiun Purwosari di miliki oleh pihak Yaitu  keraton Mangkunegaran sebagai pemilik Stasiun Purwosari dan keraton Kasunanan sebagai pemilik  stasiun Jebres . Jika di lihat dari letak kedua stasiun tersebut, memang Stasiun Purwosari lebih dekat dengan Mangkunegaran, sementara Stasiun Jebres lebih dekat dengan Kasunanan.
Dari keempat stasiun tersebut, Stasiun Purwosari adalah stasiun tertua di Kota Solo.  Stasiun yang dibangun sejak tahun 1875 ini, konon pembangunannya di kerjakan oleh  Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Renovasi Masih Mempertahankan Bangunan Asli
Sebagai stasiun tertua, Stasiun Purwosari masih jelas sekali menunjukkan ketuaan usianya.  Tiang-tiang penyangga atap yang terbuat dari besi kuat sangat menonjol dan berdiri dengan kuat. Atap yang tinggi dan lebar dengan bangunan terbuka kelihatan bangunan model jaman dahulu. 

Meskipun sudah mengalami renovasi besar-besaran, tetapi pihak pengelola tidak membongkar model bangunan aslinya.
Ruang tunggu masih dipertahankan dengan model sejak awal berdirinya Stasiun Purwosari. Yaitu dengan model bangunan terbuka, hanya ada tiang tinggi dengan plafon yang tinggi menjulang dan diatapi sejenis seng tebal.  Bangunan tanpa dinding ini membuat udara segar karena angina bisa berhembus dari segala penjuru dengan leluasa

Sementara  bangunan kantor masih  tetap bangunan  tempo dulu dengan dinding tinggi, dilengkapi dengan jendela dan pintu  kayu besar-besar. Struktur tembok tebal juga menguatkan model bangunan jaman dulu yang masih terlihat kuat dan kokoh tidak dimakan jaman.

Sepanjang rel KA yang memanjang  dari barat ke timur diatapi dengan atap dari sejenis seng dengan tiang tinggi dari besi. Seal saya kecil, sampai sekarang tidak ada perubahan sama sekali hanya semakin  dijaga kebersihan dan di tinggikan plesteran semen sepanjang sisi rel KA.

Stasiun ini juga sangat terjaga kebersihannya. Hampir bisa dipastikan tidak ada sampah sembarangan . Semua tertata dengan rapi dan teratur. Ruang pesan tiket yang termasuk bangunan baru (tahun ini) sangat luas dan bersih, demikian juga dengan ruang tunggu dalam yang luas, bersih dan rapi.
Tak lupa untuk kenyamanan penumpang , disediakan cashger hp dan sejumlah kipas angina di beberapa tempat.


Mudah Terjangkau dan Dekat dengan Beragam Fasilitas
Letak Stasiun Purwosari juga sangat terjangkau dan mudah di akses.  Stasiun ini persis di sebrang Hotel Swiss Bellin Hotel dan Robinson  juga di sebrang pasar buah Purwosari.
Bus umum (BST) melintas setiap beberapa menit sekali. Kemudian ojeg, becak juga tersedia. Jika kedatanagan  dari  Kabupaten Wonogiri , Sukoharjo menuju kota Solo, tinggal turun  di jalan sebrang  stasiun Purwasari. Tinggal menyeberang.
Di sekitar stasiun juga terdapat warung makan dan pertokoan juga tidak jauh terdapar pasar tradisional. Beberapa hotel juga ada tak jauh dari stasiun Purwosari.  Hotel  Swiss Bellin, Aston, View Hotel, Arini, HAP, Wiryo Martono, dll.  Tinggal pilih hotel bintang satu sampai bintang 4 tersedia lengkap. Sejumlah hotel tersebut bisa dijangkau dengan berjalan kaki tidak lebih  dari limabelas menit.

_Solo, 31 Agustus 2016_



Inilah Alasan Berkunjung Museum Minyak Atsiri Tawangmangu

Ide mengembangkan sebuah museum di era sekarang mungkin bukan ide yang terlalu gaul dan menjanjikan. Bukan tanpa alasan, karena museum identik dengan tempat serius yang dipenuhi dengan sejarah, benda kuno, cerita lama dan tak lepas dari keilmuan. Jika bicara dari sisi bisnis, bisa jadi bukan bisnis yang menguntungkan .


Dan bagi seorang pebisnis murni, tentunya akan berpikir berulang kali manakala ingin membuka usaha dengan mendirikan sebuah museum. Rasanya sulit  membuka bisnis yang prosfeknya belum jelas bahkan tidak terlalu cemerlang. 

Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Ibu Julia Ekajati, seorang perempuan pebisnis yang mengelola beragam bisnis di Solo dan merambah di nusantara. Pemilik Rumah Atsiri tersebut mempunyai visi cemerlang, tidak hanya sekedar berbisnis dengan orintasi profit semata tetapi juga mempunyai sisi humanis yang layak diacungi jempol.

Mengambil alih bekas pabrik minyak Atsiri yang berlokasi di Plumbon Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, ia  tidak hanya ingin mengelola bisnis pabrik peninggalan mantan Presiden Soekarno, tetapi juga ingin memadukan konsep pendidikan yang dikemas dalam wisata menarik menjadi wahana edukasi.
Bekas pabrik minyak atsiri  terbesar di Asia Tenggara ini tidak hanya akan mengingatkan kembali keperkasaan dan kejayaan proyek mercusuar Soekarno di tahun 1963, tetapi juga akan menumbuhkan kecintaan pada warisan budaya dan tentunya menyemai pengetahuan bagi generasi bangsa.

Museum minyak atsiri  saat ini dalam tahap renovasi dan akan segera di buka untuk umum, sebagai bagian dari wisata edukasi yang menawarkan sesuatu yang berbeda.
Tentunya Museum Minyak Atsiri akan dikemas dengan menarik sehingga tidak akan membuat pengunjung kecewa, tetapi sebaliknya akan semakin membuka wawasan tentang sepenggal sejarah bangsa yang sempat terserak, dan tentunya menambah pengetahuan.

Kenapa  masyarakat harus mengagendakan untuk berkunjung ke Museum Minyak Atsiri Tawangmangu ?

Pertama,  Berkunjung ke museum sekaligus berwisata keluarga . Letak museum ini  lain daripada yang lain. Museum Minyak Atsiri Tawangmangu (MMAT) berada di  Tawangmangu, daerah pengunungan indah, segar dengan pemandangan yang memanjakan mata. Suasana pedesaan dan pengunungan akan menjadikan acara wisata keluarga menjadi lebih berkesan. Museum dengan luas lebih dari dua hectare ini juga dipenuhi dengan pemandangan indah. Pengunjung tidak hanya akan datang ke sebuah bangunan museum, tetapi juga bisa menikmati keindahan panorama yang membentang dari utara, selatan, barat dan timur, mengelilingi  MMAT.
Ditambah dengan fasilitas pendukung seperti  wisma/kamar keluarga, restaurant, coffe shop, liburan keluarga di jamin tidak akan mengecewakan.

Kedua, MMAT  menyediakan sejarah dan pengetahuan.  Musem ini menyajikan  sejarah tentang kejayaan pabrik  minyak atsiri  dari proses penelitian manafaat minyak atsiri, proses negosiasi presiden Soekarno sampai pendirian dan beroperasinya pabrik itu sendiri. Juga sejarah arsitektur.

Ketiga, MMAT  menyediakan wahana belajar bagi pengunjung terutama untuk anak-anak .  Menariknya, pengunjung bisa berkreasi   langsung, tidak hanya disuguhi dengan teori-teori tentang proses pembuatan minyak atsiri, tetapi bisa mencoba untuk meramu dan membuat minyak atsiri. Disediakan laboratorium  anak( kids lab) untuk menuntaskan rasa penasaran tersebut

Keempat, MMAT menyediakan pendidikan tanaman atsiri, pengolahan, pemanfaatan dan hilirisasinya sejak dini. Sekolah alam akan memfasilitasi keinginan untuk mengenal  rangkaian proses tersebut.

Kelima, MMAT  menyediakan pelatihan -pelatihan pengetahuan produksi minyak atsiri dan pemanfaatannya . Melalui Balai Latihan Ketrampilan  (BLK) produksi minyak atsiri dan pemanfaatnya ,Balai latihan budidaya tanaman atsiri , balai latihan peneliti dan pengembangan minyak atsiri.
Keenam, biaya masuk MMAT sangat terjangkau dan tidak memberatkan. Dengan tawaran wisata edukasi  yang dipadukan dengan wisata alam, pengunjung tidak akan merogoh kocek terlalu dalam. Kepuasan pengunjung menjadi hal utama yang dipegang oleh pengelola.

Ketujuh,  pilihan berwisata ke MMAT  adalah paket hemat dan seru.   Ke  MMAT sekaligus bisa mengunjungi  tempat wisata lainnya di Tawangmangu. Berkunjung ke MMAT bukan wisata yang sia-sia karena  pengunjung tidak  hanya akan merasakan berwisata ke MMAT saja tetapi juga bisa mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya di Tawangmangu. Grojongan sewu atau Candhi Cetho juga Pabrik gula Tasikmadu menjadi kawasan wisata alternative yang satu jalur menuju MMAT.
Menarik bukan? Jika masih belum jelas, bisa menghubungi pengelola di  Musium Atsiri Indonesia, Rumah Rempah Colomadu, atau menghubungi no telpon  62 271 697693, email info@rumahatsiri.com atau FB Rumah Atsiri.
Buruan, silahkan perdalam informasinya sambil menunggu Museum Minyak Atsiri Tawangmangu di buka untuk umum. **

_Solo, 30 Agustus 2016_



Selasa, 15 Desember 2015

Menelusuri Lekuk Tamansari Yogyakarta

Jalan-jalan, kali ini Kota Yogyakarta menjadi pilihan kami.
Banyak pilihan tempat wisata  saat jalan-jalan ke Kota Yogyakarta.  Keraton, Malioboro dan tempat wisata bersejarah lainnya bisa masuk daftar yang harus dikunjungi. Selain itu, tak salah kalau memasukkan Tamansari menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi.


Istana Air (water castle) julukan lain Tamansari karena di taman inilah ada bangunan dan kolam air yang konon menurut sejarah digunakan sebagai tempat pemandian oleh putri kerajaan. Cerita lainnya yang saya dengar dari pemandu wisata, ditaman inilah dahulu raja Mataram Yogyakarta mengunakan untuk mandi. Sementara versi lainnya menyebutkan jika taman air atau kolam air biasa digunakan untuk mandi para putri yang terpilih dan dijinkan mandi di kolam. Kemudian raja akan melihat  dan jika ada putri yang dikehendaki, maka putri  tersebut akan diajak masuk ke istana dan ke tempat pemandian raja.


Entahlah, versi mana yang lebih mendekati kebenaran, yang jelas taman ini memang terlihat artistic dengan bangunan tembok yang banyak ukiran  dan lekukan yang bernilai seni tinggi. Meskipun saya tidak terlalu paham dengan seni bangunan, tetapi Minggu (13/12/2015) lalu saya melihat  bangunan di Taman sari memang sangat indah mencerminkan pembuatnya atau pemesannya berjiwa seni tinggi. 

Tamansari buka dari jam 09.00 sampai 15.30 WIB dengan tiket masuk yang sangat terjangkau yaitu Rp 5000. Anda bisa sepuasnya menyusuri jejak sejarah di Tamansari. Selain pintu masuk resmi, penyusuran Tamansari bisa lewat perkampungan yang ada di  sekitar Tamansari. Tepatnya di perkampungan padat penduduk dengan gang sempit. Anda bisa menyusuri jalan gang dan jangan segan untuk banyak bertanya  kepada penduduk setempat  agar tidak  tersesat karena banyaknya gang kecil dan tidak ada papan petunjuk arah ke Tamansari.


Meskipun  terlihat kuno, tetapi kelihatan cukup  terawat dengan baik (menurut pengamatan saya) ,beberapa bangunan masih terlihat kokoh dan tetap memperlihatkan jejak sejarah. Selain bangunan sumur gemuling , di dekat pintu masuk masih berdiri kokoh Gedhong Gapura Hageng. Selain tentu saja Umbul Pasiraman atau kolam yang airnya terlihat jernih dan segar. Beberapa bangunan lainnya tampak masih kokoh  ada disekitar gang perkampungan. Salah satu yang cukup menarik adalah masjid di bawah tanah  dan lorong panjang yang kabarnya dulu sering digunakan para prajurit untuk sholat berjamaah.

Untuk mencapai Tamansari tidaklah sulit. Kalau naik kereta api, turun di stasiun Tugu kemudian bisa naik andong atau becak  minta diantar ke  Tamansari. Kalau mobil atau bus tidak bisa parkir di sekitar Maliobioro, ada parkir alternatif di Ngabean, dan dari sini bisa naik ojek, becak dengan ongkos Rp 10.000. Atau kalau bisa langsung ke lokasi, rute dari Solo yaitu lewat Prambanan  lurus kearah barat menuju Janti  -lurus arah Jogja Expo Center –ambil jalan ke Ngeksigondo-ambil jalan Perintis Kemerdekaan-jalan Mentri Supeno- ambil jalan colonel Sugiyono- jalan Sutoyo-ambil belok kanan terus –Jalan Gading –lewat Alun-Alun Selatan-Jalan Taman.

Monggo tindaj Yogyakarta.

Rabu, 28 Oktober 2015

Museum Sangiran, Menguak Misteri Kehidupan

Di tempat ini sejarah di torehkan perjalanan panjang nusantara terpampang jelas. Karya para peneliti yang dedikasikan hidupnya, kini harus jadi pelajaran bagi anak2 Indonesia dan dunia. (tandatangan) Anies Baswedan (26/2/2015).



Itulah kalimat yang ditulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, belum lama ini, tertanggal 12 Februari 2015, di satu satu sudut ruang pamer 3, diletakkan di dekat tembok sebelah barat, di bawah layar TV flat ukuran 21 inci yang memutar video proses pembuatan orang-orangan manusia purba. manRuang pamer 3 atau display area 3 adalah salah satu dari tiga ruang pamer yang ada di Museum Purbakala Sangiran.



Museum arkeologi ini terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Sebenarnya letak Museum Sangiran masuk dua wilayah Kabupaten penemuan yaitu Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Plupuh, Kalijambe dan Gemolong dan satu kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.




Tidak sulit untuk menjangkaunya, dari Solo kita bisa mengambil jalan lewat terminal Tirtonadi lurus ke arah pasar Nusukan terus ke utara sampai palang KA Joglo. Dari sini ada perempatan, setelah menyeberang palang Jogjlo, ambil jalan yang kanan arah kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ikuti jalan raya tersebut sampau masuk ke kecamatan Kalijambe. Saat sudah dekat dengan lokasi, di jalan ada penunjuk arah yeng besar dengan tulisan Museum Sangiran. Nah, tinggal belok kiri menyusuri jalan desa, sekitar 4 Km dari jalan raya tersebut letak museumnya. Jadi kira-kira kalau dari Solo jaraknya sekitar 17an Km.



Mudah menjangkaunya, ada penanda, di jalan  sekitar museum terdapat toko-toko penjual souvenir yang sebagian besar terbuat dari batu, kayu dan tulang. Ya, khas dengan apa yang dipamerkan di Museum Sangiran. Tak kurang dari sepuluh toko/kios memajang dagangan mereka dengan harga terjangkau.

Memasuki pelataran musem, kita dimanjakan dengan bangunan yang cukup megah dan serba terawat dan teratur. Bangunan baru museum ini baru berusia sekitar 4 tahun, karena renovasinya tahun 2011. Dulu, bangunan museum ini masih sederhana, jauh sekali dari bangunan modern seperti saat ini.
Tiket masuknya sangat murah, hanya Rp 5000/orang saja untuk wisatawan domestic, sementara untuk wisatawan asing cukup membayar Rp 11.500. Murah sekali bukan? Sebelum masuk ke dalam museum yang sudah diakui dunia sebagai situs cagar budaya ini, pengunjung akan diminta untuk mengisi buku tamu. Dua orang petugas yang ramah sudah menanti menunggu buku tamu.



Nah, mulailah menyusuri lorong menanjak yang rapi dan bersih. Dibelokan pertama, kita bisa mulai menjawab rasa penasaran akan asal usul nenek moyang kita, dari ruang pamer 1. Disini kita bisa menemukan banyak fosil-fosil binatang purba. Semua fosil binatang purba seperti Gajah purba Elephas namadicus, Stegodon trigonocephacus, Mastodon sp, Bubalus palaeokarabau (kerbau) Felis Palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Boviade (sapi) Cervus sp (rusa), Hippopotamus sp ( kuda nil), terawat dengan baik. Hanya sayang sekali, tidak diletakkan di dalam kotak kaca, sehingga saya malah ngeri kalau ada pengunjung yang memegangnya. Rawan dan sayang sekali kalau rusak.

Beberapa manusia purba yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak kelihatan betul-betul hidup. Melihat matanya yang bersinar, rasanya manusia tersebut benar-benar menatap pengunjung tanpa berkedip. Proses evolusi digambarkan begitu jelas dengan display yang menarik. Pithecantropus Erectus dapat kita lihat di sana , namun juga fosil lain seperti Pithecanthropus Mojokertensis ( Pithecanthropus Robustus), Meganthropus Palaeojavnicus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa, Homo Neandethal Asia, Homo Sapiensis, dll (sangat banyak).



Puas melihat ruang pamer 1, kita bisa keluar dan meneruskan ke ruang pamer 2. Disini beragam proses terbentuknya bumi, proses alam raya, gunung berapi, proses pencarian fosil manusia purba, binatang purba disajikan secara lengkap. Bahkan teori-teori Darwin dan penemu lainnya di pampangkan secara detail. Reflika orang-orangan yang sedang mencari fosil di tanah-tanah pengunungan dengan mengali lubang, mengangkat batu juga ada. Disini pengunjung bisa melihat juga kerangka manusia purba yang ditemukan di berbagai tempat seperti di Gunungkidul. Kalau pengunjung belum puas melihat langsung dan membaca penjelasan yang tertulis di setiap reflika/gambar, pengunjung bisa mencari tahu data dan keterangan lebih lengkap di audiso visual atau di laptop yang disedikan dengan berbagai keterangan. Tinggal sentuh data yang diinginkan, maka terpampanglah keterangan yang kita butuhkan. Setiap ruang pamer menyediakan audio visual dan laptop yang menyajikan data.

Di ruang pamer 3, pengunjung di manjakan dengan reflika manusia purba yang masih dipenuhi rambut, kemudian reflika besar tak kurang dari 10 meter luasnya yang memperlihatkan keadaan hutan dengan berbagai penghuninya.
Di ruangan pamer 3 ini, pengunjung bisa melihat lebih detail proses pembuatan orang-orangan/manusia purba. Dari semacam boneke yang didandani ,menyerupai manusia kemudian dibentuk mendekati wujud manusia purba. Prosesnya rumit, misalnya menempel rambut satu persatu , membuat efek kerut di wajah dll.


Meskipun belum puas melihat-lihat dan menemani anak sulung saya yang sibuk memotret setiap bagian yang ada di ruang pamer, tetapi kami toh harus keluar untuk memberikan kesempatan pengunjung lain yang menikmati museum. Hari Minggu (25/10/2015) kemarin pengunjung memang banyak sekali, terutama rombongan dari berbagai sekolah di Sragen dan sekitarnya. Akhirnya kami melepas lelah dengan duduk-duduk di depan museum yang pemandangannya asri. Meskipun hari teramat panas, tetapi mata terasa sejuk dengan melihat pohon-pohon dan bunga yang tertata apik di taman di depan museum.

Oya, bagi yang berminat membeli olah-oleh, di sekitar tempat parker ada kios-kios pedangan yang menjajakan beragam oleh-oleh seperti kaos dan souvenir lainnya.


Luar biasa, meskipun ini bukan yang pertama kali saya berkunjung ke Museum Sangiran, tetapi tetap saja rasa kagum tak bisa saya hilangkan. Meskipun masih diliputi tanya yang besar tentang apa yang sudah dilihat, tetapi rasanya cukup mengerti tentang asal usul nenek moyang kita.



Benar seperti kata Gubenrnur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang tertulis di papan tulis di ruang pamer 3, “Di tempat ini ada banyak misteri kehidupan. Semua orang bisa berlomba-lomba menguji rahasia Tuhan. Adalah yang mampu membuka tabir itu? Adakah kakek nenekku di sini?”
Ya,rasanya moyang kita ada di Museum Sangiran.

_Solo, 26 Oktober 2015_

Minggu, 18 Oktober 2015

Danau Ugo Kabupaten Batanghari, Bersiap Menjadi Wisata Desa

Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi menyajikan kekayaan alam yang tersembunyi. Selain memiliki sumber daya alam berbagai jenis seperti batu bara, hutan, perkebunan, pasir, bebatuan, bumi, gas, dan kerikil, yang tak kalah menariknya adalah sebuah danau perawan yang elok dipandang mata.

Seminggu yang lalu, saya berkesempatan pergi ke Jambi, tepatnya di Kabupaten Batanghari. Saat bekerja, saya berkesempatan menjelajahi Desa Aur Gading dan melihat langsung Danau Ugo, potensi desa yang belum tergarap. Meskipun terselimuti kabut asap, keelokan danau ini tetap terlihat. Danau Ugo terletak di Desa Aur Gading Kecamatan Bhatin XXIV atau orang-orang sering bilang Bhatin Dua Lusin, menyimpan potensi wisata yang sangat menjanjikan. Danau seluas 24 hektare ini membentang luas di sepanjang desa.

Untuk menuju Danau Ugo, kita melewati jembatan gantung yang terbuat dari besi. Jembatan tersebut menjadi jalan alternatif menuju Desa Aur Gading, selain jalan lain yang memutar. Beberapa tahun yang lalu, jembatan belum ada. Warga Desa Aur Gading dan sekitarnya harus menyeberang sungai seluas tak kurang dari 200 meter dengan menumpang perahu kecil. Empat tahun terakhir, jembatan dibangun untuk memperlancar transportasi warga. Sayang hanya selebar tak lebih dari 1,5 meter, hanya cukup untuk dilewati sepeda motor satu arah.



Kembali ke Danau Ugo, kita harus menyeberang jembatan gantung kemudian melewati perkebunan karet yang membentang di kanan-kiri jalan raya berdebu yang masih terbuat dari tanah. Sekitar dua ratus meter kemudian, masuk ke jalan setapak yang membelah perkebunan karet yang luas dan sepi. Jalan setapak ini berkelok-kelok, cocok jika digunakan untuk trek motor cross. Sejauh mata memandang hanya pohon-pohon karet yang dipenuhi batok kelapa tempat untuk menyadap karet ditambah rimbun dedauan.



Danau Ugo memang mempesona. Alamnya masih asri dengan air yang cukup jernih. Selama ini, danau alami tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Daya tarik danau dengan pemandangan asri tersebut terletak pada bentangan luas danau, ditambah perkebunan karet di salah satu sisinya. Menurut penduduk setempat, Danau Ugo dihuni banyak ikan lambak, semacam ikan bandeng. Setiap harinya warga sekitar mencari ikan lambak untuk dijual dan dijadikan lauk-pauk.



Konon, Danau Ugo sebagai tempat bermain dan pemandian bagi para bidadari. Danaunya yang luas, tenang dan sepi menjadi tampat favorit para bidadari yang turun dari khayangan. Mereka bersuka ria dan senang bermain air di Danau Ugo. Menurut kabar yang diyakini warga sampai saat ini, danau tersebut tidak boleh dirusak. Karena pernah ada yang meracuni ikan, tetapi di pagi harinya, ikan-ikan tidak mati tetapi di danau muncul banyak sekali telunjuk manusia yang menyembul. Sejak saat itu, warga sekitar mempercayai kalau air danau tidak boleh tercemar dan dikotori orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, keasrian Danau Ugo terjaga sampai sekarang. Warga sekitar juga mempercayai, saat di danau harus cuci muka dengan airnya, karena jika tidak bisa mengakibatkan sakit panas.

Pemerintah Desa Aur Gading bertindak cepat, memanfaatkan aset desa menjadi lebih bermanfaat. Saat ini pengajuan Danau Ugo menjadi tempat wisata sudah diproses Kementerian Pariwisata. Master plan masih disusun, kelak Danau Ugo akan dijadikan danau wisata Kabupaten Batanghari yang dilengkapi dengan rumah makan, sarana pariwisata dan lintasan cros di sekitar danau.

Warga berharap potensi desa ini mampu dikelola secara baik sehingga bisa menambah pendapatan asli desa dan mendorong kemajuan perekonomian masyarakat. Sejumlah rencana sudah disiapkan oleh warga kalau Danau Ugo sudah menjadi tempat wisata. Mereka siap  mengelola warung-warung makan, menjual souvenir, menyediakan jasa ojek, dll. Pandangan mereka optimis untuk kemajuan desa dan warga, bahagia menatap masa depan desa yang membentang di depan mata.

_Solo, 4 OKtober 2015_

foto : dokumen pribadi

Sabtu, 17 Oktober 2015

Nikmatnya Beragam Kuliner Palembang

Meskipun jauh berkurang dari beberapa hari yang lalu, kabut asap masih menyelimuti Palembang. Menurut teman-teman saya, beberapa hari yang lalu, biasanya saat lepas ashar menjelang petang, asap mulai turun dan menyelimuti kota. Bahkan jarak pandang tidak sampai 50 meter.
Hari ini sudah mendingan, masih kata teman saya. Karena sejak selepas ashar masih menikmati ramainya kota Palembang dalam jarak beberapa ratus meter.


saat malam turun, asap mulai terlihal tebal

Sejak pukul 11.00, pesawat GA yang membawa saya dari Jakarta ke Palembang mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, hawa panas menyengat kulit saya rasakan. Sebenarnya panas matahari tidak terlalu terik, tetapi udara terasa sekali panasnya, gerah. Dan yang lebih terasa adalah bau asap yang khas. Menyengat. Saat siang asap hanya tipis, tetapi tetap kelihatan kalau asapnya masih ada.

Bukan pertama kali saya ke Palembang untuk urusan pekerjaan. Saya pernah ke sini beberapa tahun yang lalu. Beruntung bisa bekerja sekaligus plesiran, rekreasi melihat salah satu bagian dari negeri tercinta ini.

Seperti biasanya, karena kerjaan masih esok hari, saya dan teman-teman dari Palembang menikmati kuliner khas Palembang. Saat di tanya mau makan apa, ya saya jawab empek-empek. Habis mau bilang apa, khan yang saya tahu makanan khas Palembang itu ya empek-empek.

Singkat kata, kami diajak berhenti di rumah makan empek-empek yang kata teman saya terkenal di Palembang karena enak. Sebelum hidangan yang kami pesan datang, saya membatin, mungkin benar ya, karena saya lihat ada fotonya pak SBY saat makan di RM Pak Raden yang terletak di tengah kota.
Ehm ternyata benar yang dipromosikan teman saya. HIdangan di RM tersebut memang enak . Beragam makanan dan minuman khas Palembang dihidangkan.

empek-empek kapal selam, dicocol dengan cuko lebih nikmat

Empek-empek
Yang pertama jelas empek-empek. Meskipun di Solo juga beberapa kali bersantap empek-empek, tetapi di Palembang rasanya lebih mantap. Rasa ikan gilingnya terasa pas. Terbuat dari campuran tepung sagu, ikan Belinda yang diambil dari sungai Musi, air dan sedikit garam. Cara makannya juga lebih mantap dengan di cocol. Kalau setahu saya kan di dipotong-potong dan di santap biasa. Tetapi dengan di cocolkan di kuah cuka hitam atau disebut cuko sensasinya beda. Cuko ini berbahan dasar gula merah, cabe , udang kering. Nah setelah empek-empeknya habis di cocol, baru mie basah, ketimunnya di makan biasa setelah dicampur dengan cuko. Beberapa empek-empek yang ditawarkan seperti lenggang, adaan, panggang dan kapal selam membuat lidah bergoyang


otak-otak bakar yang di bungkus daun pisang

Otak-otak
Kalau saya biasa melihat otak-otak yang sudah jadi di packing dengan plastik, tetapi di sini kita bisa menyantap otak-otak yang baru dipanggang masih dengan balutan daun pisang. Bau daun pisangnya membuat rasa otak-otak lebih lezat. Bahan yang digunakan adalah ikan tenggiri, santan, telur dengan campuran bumbu ketumbar, garam, merica, bawang merah, daun bawang, tepung beras dan tepung sagu


burgo, sekilas mirip lontong sayur di Jawa
Burgo
Makanan yang satu ini baru saya tahu. Burgo sekilas seperti lontong sayur, tetapi ternyata bukan. Terbuat dari daging ikan, biasanya dari ikan gabus, santan, dengan bumbu serai, daun salam,garam, bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe,kunyit dan lengkuas.




meskipun namanya ikan asin tetapi sama sekali tidak asin, kriuk-kriuk mirip rempeyek

Ikan asin
Dihidangkan sebagai pelengkap dari makanan utama. Meskipun ikan asin tetapi tidak terlalu asin, dan yang pasti kriyuk-kriyuk, sebagai penganti krupuk.

campuran ayam dan wortel, tomat, daun bawang serta seledri dengan merica dan bawang putih

Sop Ayam
Meskipun seperti sop ayam pada umumnya tetapi rasa sop ayam dari Palembang lain lho. Bumbu kaldunya lebih berasa mantap dengan campuran kaldu ayam asli dan merica serta bawang putih yang saya rasa banyak sekali. Cocok untuk disantap saat dari bepergian jauh dan terkena gejala masuk angin. Kuah panasnya bisa meringankan gejala masuk angin tersebut.




srikoyo rasanya lengit dan baunya harum

Srikaya atau Srikoyo
Oya, sebelum makanan disajikan, kami terlebih dahulu ditawarkan kue Srikaya. Ada dua macam varian, kue srikaya rasa santan dan rasa durian. Wah, manis, lengit dan enak sekali, cocok untuk makanan penutup. Tapi saya sudah incip-incip sebelum makanan utama, hehe. Kue srikaya terbuat dari santan, yang dicampur telur dan daun pandan atau durian.




es kacang merah segar

Es Kacang Merah
Satu lagi pilihan enak untuk minuman, yaitu es kacang merah. Berbahan dasar kacang merah rebus yang ditambahkan sirup gula, irisan nangka, dicampur susu kental manis dan cincau serta di campur dengan susu coklat. Ehm, manis dan segar rasanya. Disantap saat panas, cocok sekali.


foto. dok pribadi
Palembang, 13 September 2015

Kamis, 11 Juni 2015

Menyesap Air Siap Minum Taman Kota Wonosobo

Mengisi liburan dengan berjalan-jalan keluar kota, pilihan kami jatuh di Kabupaten Wonosobo Jawa  Tengah. Sambil jalan-jalan sekalian ada keperluan. Ngiras-ngirus, kata orang jawa.

Kami berangkat pagi-pagi selepas subuh, segaja untuk menghindari jalan macet.


 Berjalan-jalan di Wonosobo mempunyai cerita tersendiri. Sepanjang perjalanan kami disuguhi suasana alam yang  hijau, segar dan  sejuk.  Jalan-jalan berbukit yang berbelok-belok  menawarkan keindahan yang membuat mata tak bosan untuk berpaling.  
 
Berbatasan dengan kabupaten Temanggung dan Magelang  di sebelah timur, dengan kabupaten Purworejo di bagian selatan.  Dari Solo, perjalanan ditempuh selama 6 jam, dengan kecepatan sedang.
Udara sejuk terasakan sejak memasuki kabupaten Wonosobo, segar dan meresap melalui pori-pori kulit, memanjakan paru-paru yang terlalu sering menghirup asap kendaraan  dan polusi udara lainnya.

Wonosobo, kota ASRI,  tak pernah berhenti memoles diri, menata kotanya melalui taman-taman kota yang  memanjakan warganya.  
 
Taman kota dilihat dari depan (Suci)
Beberapa taman terus dipercantik, bertujuan untuk menyediakan ruang bagi masyarakat untuk bersosialisasi, meluangkan waktu bersama keluarga.

Salah satu taman kota yang selalu digunakan masyarakat sekitar adalah taman kota di dekat pasar induk Wonosobo,  tepatnya di pojok persimpangan jalan menuju pasar yang beberapa waktu lalu terbakar.


Menariknya, taman ini meskipun tidak terlalu luas, terletak di persimpangan jalan, tetapi terlihat bersih dan rapi. Tanaman yang hijau dan bersih dari daun kering memperlihatkan taman terawatt dengan  baik.
Sejalan dengan visi Wonosobo green city, konsep pembangunan diwujudkan dalam moto Wonosobo greening, flowering, dan enjoying. Greening dengan  tujuan untuk meningkatkan proporsi ruang terbuka hijau dengan program penghijauan dan pembukaan ruang terbuka hijau baru. Flowering,  mengembangkan konsep kota bunga, dalam rangka mempercantik ruang terbuka hijau yang menunjang potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Enjoying, dimaksudkan agar ketersediaan lingkungan lebih  layak, nyaman dan sehat.
Kursi semen tersedia di beberapa tempat (Suci)


Fasilitas taman juga cukup lengkap, terdapat beberapa kursi dari semen yang tersebar di sepanjang taman. Pohon-pohon rindang, lebat dan banyak sehingga meskipun dipojokan kota yang padat lalulintas , tetapi tetap sejuk dan tidak terasa panas.

Tempat sampat tersedia dengan jumlah yang cukup, menyediakan pemilihan sampah organik dan non organik.

Tersedia air siap minum (Suci)
Yang lebih menarik, di taman ini disediakan air siap minum dengan satu kran yang terdapat setelah pintu masuk. Kran air bersih dan dalam kondisi kering. Airnya sejuk segar dan tak kalah dengan air minum yang biasa diminum  dari sumber air alami. Ini yang keren, karena jarang-jarang taman kota menyediakan air siap minum gratis dan bersih.

Toilet yang disediakan cukup bersih, berada di pojok taman. Tersembunyi di bawah pepohonan rindang. Air yang mengalir lancar dan bersih.

Toilet tersedia cukup bersih(Suci)
Menurut pedagang yang sering berjualan di sana, taman ini sering dikunjungi warga masyarakat dan selalu ramai. Meskipun kecil tetapi bersih dengan fasilitas yang memadai. Itulah cara sederhana pemkab Wonosobo memanjakan warganya. ***