Selasa, 14 Agustus 2012

Mudik untuk Silaturahmi

Saat bulan ramadhan seperti ini, saya merasakan keramaian yang lain daripada bulan lainnya. Terlebih jika seminggu sebelum hari raya tiba. Entah mengapa , jalan-jalan, di mal, toko, bahkan di pasar tradisional ramai sekali. Berdasarkan pengalaman saya selama ini, jika seminggu sebelum lebaran kita pergi ke toko/ mall, wow di jamin kita sulit bergerak di dalam toko. Orang baik laki , perempuan, tua, muda, remaja, anak seperti tumplek bleg di dalam toko. Sampai-sampai untuk berjalan di toko pun kesulitan apalagi untuk memilih barang, jangan harap akan bisa leluasa untuk mencari barang yang kita butuhkan. Biasanya baik pagi hari , siang maupun sore , terlebih malam toko/malll akan dipenuhi orang -orang yang sibuk membelanjakan uang untuk keperluan lebaran.  Saya sampai miris melihat antuasias mereka dalam memilih barang yang akan di beli. Saya nyakin mereka tidak hanya berasal dari keluarga menengah ke atas, tetapi juga dari keluarga menengah ke bawah. Yach, seakan  sudah menjadi 'keharusan' menjelang hari raya untuk berbelanja dan mencari barang-barang baru.

Kemungkinan mereka tidak hanya oarang-orang lokal saja atau masyarakat yang tinggal di kota ini, tetapi juga orang-orang yang baru saja mudik dari berbagai kota lain. Kebiasaan mudik memang menjadi hal yang sepertinya ' wajib' untuk dilakukan oleh orang-orang yang sehari-harinya tinggal di luar daerah asal mereka.
Mungkin sebagian dari kita sebenarnya belum tahu pasti kapan sebenarnya kata "mudik" itu berasal sehingga bisa menjadi kata-kata yang sering di ucapkan oleh orang Indonesia ketika hendak menjelang lebaran.
Istilah mudik sudah banyak dikenal orang berasal dari akar kata ‘udik’ yaitu kampung atau desa yg lawan katanya adalah kota. Ini seperti istilah arab ‘ badui’ sebagai lawan dari kata hadhory. Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman. Sampai disinilah istilah mudik ini dipahami banyak orang, dan memang itu sudah cukup tepat menggambarkan fenomena yang ada di hadapan kita. Biasanya mereka yang bekerja di luar daerah asal, akan mendapatkan libur yang cukup lama pada saat hari raya sehingga mereka manfaatkan untuk mudik.

Struktur tatanan kata ‘mudik’ sebenarnya sangat tidak aneh dalam bahasa arab. Mereka yang sempat belajar bahasa arab insya Allah akan mudah merasakan bahwa kata ‘mudik’ sangat mungkin berasal dari bahasa arab. Selintas kata mudik akan bisa dikategorikan dalam ism fa’il untuk kata dengan wazan (tata susun) af-‘a-la. Seperti istilah ‘murid’ yang jelas dari bahasa arab, dari kata arooda – yuriidu , sehingga murid berarti “ orang yang menginginkan (sesuatu)” dalam hal ini tentu saja menginginkan ilmu.

Menurut berbagai sumber, mudik berasal dari akar kata 'adhoo-a' yang berarti yang memberikan cahata atau menerangi. Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka.  Entahlah apakah di pahami menerangi dengan  pengalaman/hal-hal baru yang akan di sampaikan ke daerahnya, atau hal-hal material yang bisa 'diperlihatkan' pada tetangga di kampung halamannya.

Mudik dari akar kata 'adhoo-a' yang berarti yang menghilangkan.
Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti  orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.
Mudik dari akar kata 'adzaa-qo' yang berarti yang merasakan atau mencicipi.
Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran yang sudah sekian lama atau paling tidak sudah setahun belakangan di tinggalkan. Kerinduan akan suasana kampung yang penuh keakraban tentunya ingin dirasakan kembali.
Selain juga barangkali untuk mencicipin berbagai makanan khas lebaran yang ada di kampung halaman yang belum tentu bisa di dapatkan di daerah tempat tinggalnya.

Banyak hal tentang asal usul mudik, tetapi yang jelas itu selalu terjadi dan menjadi tradisi rutin tahunan yang memang terlihat heboh.  Saya juga nyakain banyak motif yang di bawa oleh pemudik , entah motif untuk bersilaturahmi, berkunjung ke keluaraga dan famili, dll. Yang jelas, apapung motif yang dibawa , semoga semua pemudik selalu mempunyai motif pertama yaitu untuk bersilaturahmi ke keluarga, famili, tetangga. Baru setelah itu silahkan membawa motif lainnya seperti mungkin 'pamer' harta benda, membawa barang bawaan/ hantaran dll.

Lebaran sebentar lagi tiba, Mudik yo..mudik....

Senin, 13 Agustus 2012

Memilih Pilihan

Klinik itu ramai sekali, terutama banyak perempuan yang sedang menunggu antrian. Sebagaian perempuan duduk sendiri, tetapi lebih banyak yang di temani laki-laki barangkali suaminya. Sebagaian kecil di temani perempuan lain barangkali ibu atau saudaranya. Beberapa perempuan tersebut membawa anak mereka yang rata-rata masih usia balita bahkan masih bayi merah.
Ruang tunggu lumayan luas, sekitar 6 mx 7 m dengan deretan kursi terbuat dari kayu yang masih tercat dengan baik. Di kursi bagian belakang masih ada sisa ruang ksosng yang dibiarkan tanpa kursi dan dipergunakan untuk areal bermain bagi anak-anak.  Rupanya , ibu-ibu yang mempunyai anak kecil , biasa menunggu antrian di panggil petugas medis, menunggu waktu sambil menemani anaknya bermain.
Di sebelah kiri terletak loket pendaftaran sekaligus lokel pembayaran dan penyerahan obat yang dibutuhkan.
Sementara di sebelah timur ada 2 ruangan , yang sebelah kiri untuk ruang konseling dan sebelah kanan untuk ruang periksa.

Menunggu antri untuk di panggil ternyata lama sekali, sekitar 2 jam baru di panggil untuk konseling. Sungguh lama sekali dan butuh kesabaran ekstra, mengingat banyak antrian yang datang. Satu pasien yang di panggil ke ruang konseling bisa menghabiskan waktu antara 15 menit - 20 menitan. Wajar saja kalau lama sekali baru akan di panggil pasien berikutnya.
Perempuan itu mempunyai pilihan yang sulit dan sangat rumit sekali.  Dilema melingkupinya, antara keinginan untuk mempertahankan  dengan pikiran realistis untuk menghilangkan. Pilihan sulit yang membuat binggung sekaligus sedih. Harusnya anugrah yang diterima membuat bahagia seluruh keluarga karena juga banyak keluarga yang menantikan anugrah semacam itu. Banyak juga yang berusaha untuk mendapatkan anugrah tetapi belum mendapatkan amanah dari Alloh. Tetapi, perempuan dan suaminya itu juga mencoba realistis dengan konsekwensi yang harus di hadapi kelak kalau mempertahankan anugrah tersebut. Akan banyak hal yang harus di hadapi dan harus diperhitungkan benar kemampuan untuk menghadapinya.
Sungguh suatu pilihan yang teramat sulit. Pikiran itu selalu berkecamuk dalam batin si perempuan itu. Sungguh suatu pilihan yang terramat sulit !!!!!

Sabar menunggu terbitnya karya -mu nak...

Ternyata tidak sesederhana seperti  yang saya pikirkan dalam proses penerbitan buku. Sudah setahun lebih karya anak saya di ACC oleh penerbit di Bandung dan sudah di 'janjikan'bulan terbitnya. Sekitar 8 bulanan karya yang sudah lolos redaksi tersebut direncanakan masuk cetak. Harapan melambung tinggi bagi anak saya dan tentunya juga kami sebagai orangtuanya. Memang karya anak saya bukan yang pertama kali, karena sebelumnya karya anak saya sudah diterbitkan oleh salah satu penerbit di Solo. Tetapi untuk penerbit di Bandung baru pengalaman pertama ini.

Kalau penerbit di Solo, relatif cepat sekali, belum sampai sebulan memasukkan naskah , sudah di kabari akan diterbitkan tiga bulan lagi. dan ternyata 3 bulan kemudian , karya tersebut benar-benar terbit.
Tetapi yang Bandung ini, sungguh menguji kesabaran. Total waktu setahun lebih sudah menunggu 'janji' untuk diterbitkan tetapi belum juga. Mundur-mundur terus. Padahal ada 2 karya yang sudah di ACC oleh penerbit Bandung. Bulan Juli kemarin harusnya satu karya keluar tetapi katanya di mundurkan bulan Agustus. Tetapi ketika di cek bulan Agustus, dimundurkan lagi bulan September karena hari raya tidaklah pas untuk mengeluarkan buku karena momentnya tidak tepat, banyak kebutuhan hari raya sehingga buku di prediksi kurang laku. OMG, begitu mudahnya ya penerbit memuundurkna jadwal, sementara si anak sudah sangat berharap karyanya hadir.
Ternyata tidaklah sesederhana seperti yang saya perkirakan, berdasarkan pengalaman dengan penerbit lain. Setipa penerbit mempunyai aturan dan mekanisme sendiri yang ini rasanya tidak dketahui oleh publik.
Mau nggak mau ya harus sabar menunggu dan ikhlas saja. saya selalu berharap mbak Alma sabar , meski tiap bulan selalu tanya terus karena tahunya  akan keluar bulan Juli.

Karya yang lain , sekitar 5 bulan yang lalu sudah di ACC oleh penerbit di Jakarta dan dijadwalkan terbit bulan Oktober tahun ini. Minggu kemarin saya cek, ternyata jadwal pastinya adalah bulan November 2012. Mudah-mudahan penerbit yang ini tetap konsisten dengan jadwal penerbitannnya.

My lovely Alma, sabar ya nak, insya Alloh karya-karyamu akan terbit. teruslah berkarya ya nak, tidak akan ada ruginya kau terus berkarya. Moment itu akan menjadi bagian dari sejarah hidupmu kelak nak...