Klinik itu ramai sekali, terutama banyak perempuan yang sedang menunggu antrian. Sebagaian perempuan duduk sendiri, tetapi lebih banyak yang di temani laki-laki barangkali suaminya. Sebagaian kecil di temani perempuan lain barangkali ibu atau saudaranya. Beberapa perempuan tersebut membawa anak mereka yang rata-rata masih usia balita bahkan masih bayi merah.
Ruang tunggu lumayan luas, sekitar 6 mx 7 m dengan deretan kursi terbuat dari kayu yang masih tercat dengan baik. Di kursi bagian belakang masih ada sisa ruang ksosng yang dibiarkan tanpa kursi dan dipergunakan untuk areal bermain bagi anak-anak. Rupanya , ibu-ibu yang mempunyai anak kecil , biasa menunggu antrian di panggil petugas medis, menunggu waktu sambil menemani anaknya bermain.
Di sebelah kiri terletak loket pendaftaran sekaligus lokel pembayaran dan penyerahan obat yang dibutuhkan.
Sementara di sebelah timur ada 2 ruangan , yang sebelah kiri untuk ruang konseling dan sebelah kanan untuk ruang periksa.
Menunggu antri untuk di panggil ternyata lama sekali, sekitar 2 jam baru di panggil untuk konseling. Sungguh lama sekali dan butuh kesabaran ekstra, mengingat banyak antrian yang datang. Satu pasien yang di panggil ke ruang konseling bisa menghabiskan waktu antara 15 menit - 20 menitan. Wajar saja kalau lama sekali baru akan di panggil pasien berikutnya.
Perempuan itu mempunyai pilihan yang sulit dan sangat rumit sekali. Dilema melingkupinya, antara keinginan untuk mempertahankan dengan pikiran realistis untuk menghilangkan. Pilihan sulit yang membuat binggung sekaligus sedih. Harusnya anugrah yang diterima membuat bahagia seluruh keluarga karena juga banyak keluarga yang menantikan anugrah semacam itu. Banyak juga yang berusaha untuk mendapatkan anugrah tetapi belum mendapatkan amanah dari Alloh. Tetapi, perempuan dan suaminya itu juga mencoba realistis dengan konsekwensi yang harus di hadapi kelak kalau mempertahankan anugrah tersebut. Akan banyak hal yang harus di hadapi dan harus diperhitungkan benar kemampuan untuk menghadapinya.
Sungguh suatu pilihan yang teramat sulit. Pikiran itu selalu berkecamuk dalam batin si perempuan itu. Sungguh suatu pilihan yang terramat sulit !!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar