Di tempat ini sejarah di torehkan perjalanan panjang
nusantara terpampang jelas. Karya para peneliti yang dedikasikan
hidupnya, kini harus jadi pelajaran bagi anak2 Indonesia dan dunia. (tandatangan) Anies Baswedan (26/2/2015).
Itulah
kalimat yang ditulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies
Baswedan, belum lama ini, tertanggal 12 Februari 2015, di satu satu
sudut ruang pamer 3, diletakkan di dekat tembok sebelah barat, di bawah
layar TV flat ukuran 21 inci yang memutar video proses pembuatan
orang-orangan manusia purba. manRuang pamer 3 atau display area 3 adalah
salah satu dari tiga ruang pamer yang ada di Museum Purbakala Sangiran.
Museum
arkeologi ini terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,
Provinsi Jawa Tengah. Sebenarnya letak Museum Sangiran masuk dua wilayah
Kabupaten penemuan yaitu Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Plupuh,
Kalijambe dan Gemolong dan satu kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar.
Tidak
sulit untuk menjangkaunya, dari Solo kita bisa mengambil jalan lewat
terminal Tirtonadi lurus ke arah pasar Nusukan terus ke utara sampai
palang KA Joglo. Dari sini ada perempatan, setelah menyeberang palang
Jogjlo, ambil jalan yang kanan arah kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar. Ikuti jalan raya tersebut sampau masuk ke kecamatan
Kalijambe. Saat sudah dekat dengan lokasi, di jalan ada penunjuk arah
yeng besar dengan tulisan Museum Sangiran. Nah, tinggal belok kiri
menyusuri jalan desa, sekitar 4 Km dari jalan raya tersebut letak
museumnya. Jadi kira-kira kalau dari Solo jaraknya sekitar 17an Km.
Mudah
menjangkaunya, ada penanda, di jalan sekitar museum terdapat toko-toko
penjual souvenir yang sebagian besar terbuat dari batu, kayu dan
tulang. Ya, khas dengan apa yang dipamerkan di Museum Sangiran. Tak
kurang dari sepuluh toko/kios memajang dagangan mereka dengan harga
terjangkau.
Memasuki pelataran musem, kita dimanjakan dengan
bangunan yang cukup megah dan serba terawat dan teratur. Bangunan baru
museum ini baru berusia sekitar 4 tahun, karena renovasinya tahun 2011.
Dulu, bangunan museum ini masih sederhana, jauh sekali dari bangunan
modern seperti saat ini.
Tiket masuknya sangat murah, hanya Rp
5000/orang saja untuk wisatawan domestic, sementara untuk wisatawan
asing cukup membayar Rp 11.500. Murah sekali bukan? Sebelum masuk ke
dalam museum yang sudah diakui dunia sebagai situs cagar budaya ini,
pengunjung akan diminta untuk mengisi buku tamu. Dua orang petugas yang
ramah sudah menanti menunggu buku tamu.
Nah,
mulailah menyusuri lorong menanjak yang rapi dan bersih. Dibelokan
pertama, kita bisa mulai menjawab rasa penasaran akan asal usul nenek
moyang kita, dari ruang pamer 1. Disini kita bisa menemukan banyak
fosil-fosil binatang purba. Semua fosil binatang purba seperti Gajah
purba Elephas namadicus, Stegodon trigonocephacus, Mastodon sp, Bubalus
palaeokarabau (kerbau) Felis Palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),
Rhinocerus sondaicus (badak), Boviade (sapi) Cervus sp (rusa),
Hippopotamus sp ( kuda nil), terawat dengan baik. Hanya sayang sekali,
tidak diletakkan di dalam kotak kaca, sehingga saya malah ngeri kalau
ada pengunjung yang memegangnya. Rawan dan sayang sekali kalau rusak.
Beberapa
manusia purba yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak
kelihatan betul-betul hidup. Melihat matanya yang bersinar, rasanya
manusia tersebut benar-benar menatap pengunjung tanpa berkedip. Proses
evolusi digambarkan begitu jelas dengan display yang menarik.
Pithecantropus Erectus dapat kita lihat di sana , namun juga fosil lain
seperti Pithecanthropus Mojokertensis ( Pithecanthropus Robustus),
Meganthropus Palaeojavnicus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa,
Homo Neandethal Asia, Homo Sapiensis, dll (sangat banyak).
Puas
melihat ruang pamer 1, kita bisa keluar dan meneruskan ke ruang pamer
2. Disini beragam proses terbentuknya bumi, proses alam raya, gunung
berapi, proses pencarian fosil manusia purba, binatang purba disajikan
secara lengkap. Bahkan teori-teori Darwin dan penemu lainnya di
pampangkan secara detail. Reflika orang-orangan yang sedang mencari
fosil di tanah-tanah pengunungan dengan mengali lubang, mengangkat batu
juga ada. Disini pengunjung bisa melihat juga kerangka manusia purba
yang ditemukan di berbagai tempat seperti di Gunungkidul. Kalau
pengunjung belum puas melihat langsung dan membaca penjelasan yang
tertulis di setiap reflika/gambar, pengunjung bisa mencari tahu data dan
keterangan lebih lengkap di audiso visual atau di laptop yang disedikan
dengan berbagai keterangan. Tinggal sentuh data yang diinginkan, maka
terpampanglah keterangan yang kita butuhkan. Setiap ruang pamer
menyediakan audio visual dan laptop yang menyajikan data.
Di
ruang pamer 3, pengunjung di manjakan dengan reflika manusia purba yang
masih dipenuhi rambut, kemudian reflika besar tak kurang dari 10 meter
luasnya yang memperlihatkan keadaan hutan dengan berbagai penghuninya.
Di
ruangan pamer 3 ini, pengunjung bisa melihat lebih detail proses
pembuatan orang-orangan/manusia purba. Dari semacam boneke yang
didandani ,menyerupai manusia kemudian dibentuk mendekati wujud manusia
purba. Prosesnya rumit, misalnya menempel rambut satu persatu , membuat
efek kerut di wajah dll.
Meskipun
belum puas melihat-lihat dan menemani anak sulung saya yang sibuk
memotret setiap bagian yang ada di ruang pamer, tetapi kami toh harus
keluar untuk memberikan kesempatan pengunjung lain yang menikmati
museum. Hari Minggu (25/10/2015) kemarin pengunjung memang banyak
sekali, terutama rombongan dari berbagai sekolah di Sragen dan
sekitarnya. Akhirnya kami melepas lelah dengan duduk-duduk di depan
museum yang pemandangannya asri. Meskipun hari teramat panas, tetapi
mata terasa sejuk dengan melihat pohon-pohon dan bunga yang tertata apik
di taman di depan museum.
Oya, bagi yang berminat membeli olah-oleh,
di sekitar tempat parker ada kios-kios pedangan yang menjajakan beragam
oleh-oleh seperti kaos dan souvenir lainnya.
Luar
biasa, meskipun ini bukan yang pertama kali saya berkunjung ke Museum
Sangiran, tetapi tetap saja rasa kagum tak bisa saya hilangkan. Meskipun
masih diliputi tanya yang besar tentang apa yang sudah dilihat, tetapi
rasanya cukup mengerti tentang asal usul nenek moyang kita.
Benar seperti kata Gubenrnur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang tertulis di papan tulis di ruang pamer 3, “Di
tempat ini ada banyak misteri kehidupan. Semua orang bisa
berlomba-lomba menguji rahasia Tuhan. Adalah yang mampu membuka tabir
itu? Adakah kakek nenekku di sini?”
Ya,rasanya moyang kita ada di Museum Sangiran.
_Solo, 26 Oktober 2015_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar