Rabu, 28 Oktober 2015

Museum Sangiran, Menguak Misteri Kehidupan

Di tempat ini sejarah di torehkan perjalanan panjang nusantara terpampang jelas. Karya para peneliti yang dedikasikan hidupnya, kini harus jadi pelajaran bagi anak2 Indonesia dan dunia. (tandatangan) Anies Baswedan (26/2/2015).



Itulah kalimat yang ditulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, belum lama ini, tertanggal 12 Februari 2015, di satu satu sudut ruang pamer 3, diletakkan di dekat tembok sebelah barat, di bawah layar TV flat ukuran 21 inci yang memutar video proses pembuatan orang-orangan manusia purba. manRuang pamer 3 atau display area 3 adalah salah satu dari tiga ruang pamer yang ada di Museum Purbakala Sangiran.



Museum arkeologi ini terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Sebenarnya letak Museum Sangiran masuk dua wilayah Kabupaten penemuan yaitu Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Plupuh, Kalijambe dan Gemolong dan satu kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.




Tidak sulit untuk menjangkaunya, dari Solo kita bisa mengambil jalan lewat terminal Tirtonadi lurus ke arah pasar Nusukan terus ke utara sampai palang KA Joglo. Dari sini ada perempatan, setelah menyeberang palang Jogjlo, ambil jalan yang kanan arah kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ikuti jalan raya tersebut sampau masuk ke kecamatan Kalijambe. Saat sudah dekat dengan lokasi, di jalan ada penunjuk arah yeng besar dengan tulisan Museum Sangiran. Nah, tinggal belok kiri menyusuri jalan desa, sekitar 4 Km dari jalan raya tersebut letak museumnya. Jadi kira-kira kalau dari Solo jaraknya sekitar 17an Km.



Mudah menjangkaunya, ada penanda, di jalan  sekitar museum terdapat toko-toko penjual souvenir yang sebagian besar terbuat dari batu, kayu dan tulang. Ya, khas dengan apa yang dipamerkan di Museum Sangiran. Tak kurang dari sepuluh toko/kios memajang dagangan mereka dengan harga terjangkau.

Memasuki pelataran musem, kita dimanjakan dengan bangunan yang cukup megah dan serba terawat dan teratur. Bangunan baru museum ini baru berusia sekitar 4 tahun, karena renovasinya tahun 2011. Dulu, bangunan museum ini masih sederhana, jauh sekali dari bangunan modern seperti saat ini.
Tiket masuknya sangat murah, hanya Rp 5000/orang saja untuk wisatawan domestic, sementara untuk wisatawan asing cukup membayar Rp 11.500. Murah sekali bukan? Sebelum masuk ke dalam museum yang sudah diakui dunia sebagai situs cagar budaya ini, pengunjung akan diminta untuk mengisi buku tamu. Dua orang petugas yang ramah sudah menanti menunggu buku tamu.



Nah, mulailah menyusuri lorong menanjak yang rapi dan bersih. Dibelokan pertama, kita bisa mulai menjawab rasa penasaran akan asal usul nenek moyang kita, dari ruang pamer 1. Disini kita bisa menemukan banyak fosil-fosil binatang purba. Semua fosil binatang purba seperti Gajah purba Elephas namadicus, Stegodon trigonocephacus, Mastodon sp, Bubalus palaeokarabau (kerbau) Felis Palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Boviade (sapi) Cervus sp (rusa), Hippopotamus sp ( kuda nil), terawat dengan baik. Hanya sayang sekali, tidak diletakkan di dalam kotak kaca, sehingga saya malah ngeri kalau ada pengunjung yang memegangnya. Rawan dan sayang sekali kalau rusak.

Beberapa manusia purba yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak kelihatan betul-betul hidup. Melihat matanya yang bersinar, rasanya manusia tersebut benar-benar menatap pengunjung tanpa berkedip. Proses evolusi digambarkan begitu jelas dengan display yang menarik. Pithecantropus Erectus dapat kita lihat di sana , namun juga fosil lain seperti Pithecanthropus Mojokertensis ( Pithecanthropus Robustus), Meganthropus Palaeojavnicus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa, Homo Neandethal Asia, Homo Sapiensis, dll (sangat banyak).



Puas melihat ruang pamer 1, kita bisa keluar dan meneruskan ke ruang pamer 2. Disini beragam proses terbentuknya bumi, proses alam raya, gunung berapi, proses pencarian fosil manusia purba, binatang purba disajikan secara lengkap. Bahkan teori-teori Darwin dan penemu lainnya di pampangkan secara detail. Reflika orang-orangan yang sedang mencari fosil di tanah-tanah pengunungan dengan mengali lubang, mengangkat batu juga ada. Disini pengunjung bisa melihat juga kerangka manusia purba yang ditemukan di berbagai tempat seperti di Gunungkidul. Kalau pengunjung belum puas melihat langsung dan membaca penjelasan yang tertulis di setiap reflika/gambar, pengunjung bisa mencari tahu data dan keterangan lebih lengkap di audiso visual atau di laptop yang disedikan dengan berbagai keterangan. Tinggal sentuh data yang diinginkan, maka terpampanglah keterangan yang kita butuhkan. Setiap ruang pamer menyediakan audio visual dan laptop yang menyajikan data.

Di ruang pamer 3, pengunjung di manjakan dengan reflika manusia purba yang masih dipenuhi rambut, kemudian reflika besar tak kurang dari 10 meter luasnya yang memperlihatkan keadaan hutan dengan berbagai penghuninya.
Di ruangan pamer 3 ini, pengunjung bisa melihat lebih detail proses pembuatan orang-orangan/manusia purba. Dari semacam boneke yang didandani ,menyerupai manusia kemudian dibentuk mendekati wujud manusia purba. Prosesnya rumit, misalnya menempel rambut satu persatu , membuat efek kerut di wajah dll.


Meskipun belum puas melihat-lihat dan menemani anak sulung saya yang sibuk memotret setiap bagian yang ada di ruang pamer, tetapi kami toh harus keluar untuk memberikan kesempatan pengunjung lain yang menikmati museum. Hari Minggu (25/10/2015) kemarin pengunjung memang banyak sekali, terutama rombongan dari berbagai sekolah di Sragen dan sekitarnya. Akhirnya kami melepas lelah dengan duduk-duduk di depan museum yang pemandangannya asri. Meskipun hari teramat panas, tetapi mata terasa sejuk dengan melihat pohon-pohon dan bunga yang tertata apik di taman di depan museum.

Oya, bagi yang berminat membeli olah-oleh, di sekitar tempat parker ada kios-kios pedangan yang menjajakan beragam oleh-oleh seperti kaos dan souvenir lainnya.


Luar biasa, meskipun ini bukan yang pertama kali saya berkunjung ke Museum Sangiran, tetapi tetap saja rasa kagum tak bisa saya hilangkan. Meskipun masih diliputi tanya yang besar tentang apa yang sudah dilihat, tetapi rasanya cukup mengerti tentang asal usul nenek moyang kita.



Benar seperti kata Gubenrnur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang tertulis di papan tulis di ruang pamer 3, “Di tempat ini ada banyak misteri kehidupan. Semua orang bisa berlomba-lomba menguji rahasia Tuhan. Adalah yang mampu membuka tabir itu? Adakah kakek nenekku di sini?”
Ya,rasanya moyang kita ada di Museum Sangiran.

_Solo, 26 Oktober 2015_

Tidak ada komentar: