Rabu, 10 Oktober 2012

Pemimpin yang Nguwongke Wong

Keppres pengangkatan Jokowi dan  Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai  gubernur dan wagub terpilih pada Pilkada bulan September 2012 yang lalu  sudah di tandatangani tanggal 9 Oktober 2012. Kedua pasangan yang memenangkan suara sekitar 53% tersebut akan menjabat sebagai gubernur dan wakil untuk periode 2012-2017.
Awal bulan Oktober yang lalu, Jokowi sudah mengajukan pengunduran diri sebagai pejabat Walikota Solo dan sudah di setujui oleh DPRD.

Jokowi, sosok fenomenal dan luar biasa yang mampu membawa kota Solo lebih baik dan lebih maju dibandingkan walikota sebelumnya. Meski berlatar belakang dari pengusaha yang jauh dari urusan poltik dan birokrasi, tetapi Jokowi mampu membuktikan kemampuanya. Diawal mencalonkan diri, banyak masyarakat yang merasa tak nyakin dengan kemampuan Jokowi karena melihat latar belakangnya di bidang usaha perkayuan. Nyatanya, masyarakat  Solo cukup terhenyak  dengan gebrakan-gebrakan Jokowi yang perlahan-lahan mampu menata kota Solo lebih baik dari sisi pemerintahan, administrasi, pelayanan kepada masyarakat.
Gebrakan  yang fenomenal salah satunya adalah dalam menyelesaikan problem Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sejak bertahun-tahun menjadi masalah akut tersendiri bagi warga Solo. PKL di Solo tersebar hampir di smeua ruas jalan, tetapi yang terbesar sejumlah 989 PKL  berada di ruang publik yaitu Monumen Banjarsari sejak tahun 2007 sulit sekali untuk dipindahkan. Pak Jokowi  dengan mudahnya  melalui serangkaian strategi nguwongke wong dengan pertemuan puluhan kali berhasil merelokasi PKL tersebut ke lokasi baru di Klitikan Semanggi. Relokasi dilakukan tanpa kekerasan, tanpa ada perlawanan bahkan PKL dengan suka cita melakukan kirab bersama sampai lokasi yang berjarak sekitar 6 km dari lokasi awal.
Gebrakan lainnya di bidang pendidikan mengeluarkan program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS)  yaitu program pendidikan murah bahkan gratis bagi warga yang tak mampu dan di bidang kesehatan dengan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PMKS).
Bidang perijinan juga di benahi sehingga perijinan bisa lebih cepat dan memudahkan banyak pihak.
Bersama Jokowi dalam acara desiminasi hasil audit Sosial program PKMS, 4 Okt 2012
Pola kepemimpinan yang akomodatif, partisipatif dan nguwongke wong juga menjadi ciri Jokowi dalam memimpin Solo. Masyarakat lebih mudah ketemu langsung dengan Jokowi karena beliau suka sekali turun ke bawah untuk mendengarkan masalah masyarakatnya sehingga bisa mencari solusi dengan tepat dan cepat. Masyarakat baik  perorangan, organisasi , mahasiswa, LSM hampir tak kesulitan jika hendak bertemu, baik di rumdin Loji Gandrung maupun bertemu di tempat lain, misalnya di acara tertentu.
Kebijakan-kebijakan Jokowi memang luar biasa dan membawa Solo lebih bagus dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang diterima Solo maupun Jokowi sebagai walikota. Mudah-mudahan di DKI Jakarta, Jokowi mampu mengadopsi pembelajaran baik yang di lakukan dan berhasil di Solo dan bahkan lebih meningkatkan lagi prestasinya. Tentunya akan banyak tantangan yang kemungkinan lebih besar di DKI, tetapi dengan pola kepemimpinan beliau seperti yang di terapkan di Solo, pastinya sangat mungkin tantangan di Jakarta bisa di taklukan.

Tidak ada komentar: