Tidak ada
begitu mudah melupakan dan memberikan maaf bagi para pelaku yang telah
bertindak brutal, sadis, kejam dan tidak bisa diterima nalar jiwa yang sehat,
meski para pelaku mengatasnamakan jihad
demi agamapun. Karena agama Islam (jika pelaku mengaku beragama islam) justru
mengajarkan kebaikan, kedamaian, ketentraman, saling mengasihi, menghormati,
memberikan toleransi tinggi sesama umat manusia. Tak salah jika orang-orang
menyesali mengutuk, marah, kepada para
pelaku yang telah sesat pikir, hati ,
jiwa dan raga.
Namun demikan, ada saja sebagian orang yang rupanya merasa maklum, tidak masalah dengan
keheroikan para pelaku (bagi Saya
ketololan para pelaku) yang berani mengorbankan diri demi membela apa
yang diyakini benar.
Tak heran jika ada yang langsung nyetatus di medos tanpa
memberikan empaty sama sekali terhadap peristiwa bom Sarinah. Misalnya
status Jonru, sudah saya
tuliskan beberapa hari lalu di
sini http://www.kompasiana.com/sucihistiraludin/komentar-ledakan-bom-sarinah-jonru-sehat-jiwanya_5698fd01ed92737f09baa144
Selain tak ada rasa empaty
dan duka, justru malah ada yang nyinyir , tak percaya dan cenderung
menuduh bahwa kejadian bom Sarinah Kamis pagi hanyalah sebuah rekayasa belaka,
hanya pengalihan isu. Salah satunya
dikaitkan dengan PT Freeport, juga kasus tertangkapnya salah satu anggota DPR
dari PDIP.
status Jonru di FB yang berpotensi menimbulkan fitnah |
Soal pengalihan isu/ rekayasa bom Sarinah yang dihembuskan orang-orang tertentu memang
dengan cepat mengelinding di medsos. Beragam tanggapan, tetapi yang jelas opini
bisa mengiring opini masyarakat kalau memang bom Sarinah hanya setingan belaka.
Mereka jelas asal bicara, salah analisa dan sok tahu banyak hal hanya
karena merasa melihat kejanggalan
seperti cepatnya polisi bertindak, atau bom meledak di ruang terbuka padahal
biasanya pasti di ruang tertutup agar jatuh korban lebih banyak, dll.
Polisi jelas tidak tidak diam, tidak mudah membiarkan
orang-orang seenaknya sendiri membuat opini yang menyesatkan public. Langkah cepat
polisi adalah akan memburu penyebar infromasi bohong terkait peristiwa ledakan
di Jalan M.H. Thamrin tersebut. Tak main-mian, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur
Jenderal Anton Charliyan menegaskan bahwa tim dari Cyber Crime Mabes Polri sudah mulai
turun tangan mencari penyebar informasi semacam itu. Meskipun bisa jadi tidak mudah karena bisa jadi pemilik akun biasanya memiliki lebih dari satu
alamat e-mail dan biasanya alamatnya palsu, tetapi mabes Polri akan mencari
operator aslinya.
Si penyebar berita palsu terancam ditangkap karena segaja menebarkan kebohongan yang
meresahkan dan bisa menimbulkan ketidakpercayaan kepada pemerintah.
Untuk itu, jangan main-mian untuk membuat status palsu yang
berkaitan dengan kepentingan umum, karena bisa-bisa akan berurusan dengan
hukum.
_Solo, 18 Januari 2016_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar