Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas merupakan anak kedua atau bungsu dari mantan Presiden RI dua periode yaitu tahun 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara Gibran Rakabuming Raka (Gibran), putra pertama atau sulung dari Presiden RI, Joko Widodo. Presiden periode tahun 2014-2019.
Ibas saat menghadiri pernikahan Gibran, di Solo Juni 2015 |
Kalau dilihat dari persamaan keduanya,
Pertama, mereka sama-sama putra
presiden. Merasakan menjadi putra dari orang pertama di negri ini. Kedua,
sama-sama dari sisi pendidikan keduanya lulusan LN. Mereka sama-sama mencicipi
dan lulus dari universitas di Auatralia adan Singapura. Ibas mengikuti
pendidikan di Curtin University, Australia dan Rajaratnam School of
International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2007.
Gelar Bachelor of Finance and E-Commerce diperolehnya dari Curtin University ,
sedangkan di Universitas Teknologi Nanyang ( NTU) dia meraih gelar master di
bidang Ekonomi Politik Internasional diperoleh dari NTU Singapura. Sementara,
Gibran lulus dari University of Technology Insearch Australia dan pernah
mengenyam pendidikan di Singapura yaitu di Orchid Park Secondary School,
Singapura (2002) dan Management Development Institute of Singapore (MDIS).
Ketiga, keduanya sama-sama bertubuh ceking, tinggi kurus dan terlihat pendiam.
Perawakan kecil, tinggi tetapi tetap ganteng sih. Tetapi keduanya cukup
pendiam. Saking diamnya, saat menjabat sebagai wakil rakyat, Ibas lebih banyak
diam. Sementara Gibran memang tak banya bicara karena lebih suka banyak kerja.
Sementara perbedaan keduanya lebih banyak yaitu,
Pertama, Pilihan hidup yang
berbeda, Ibas memilih terjun di dunia politik sementara Gibran lebih suka
berbisnis. Seperti pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Ibas mengikuti
jalan papinya, Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) bergulat di bidang politik.
Gibran, setelah lulus, tahun 2010, ia lebih memilih menapaki jejak bapaknya
yang mengeluti dunia usaha. Meskipun tidak membesarkan usaha furniture yang
dikelola bapaknya, tetapi pilihan sama di dunia bisnis.
Kedua, Ibas tenar
melalui bapaknya, sementara Gibran terkenal karena usahanya. Seperti diketahui,
nama Ibas meroket disebut-sebut dikancah perpolitikan tanah air, sesaat mendekati
pemilu tahun 2009 lalu. Dengan ‘keistimewaan’nya menjadi anak presiden
sekaligus pendiri Partai Demokrat(PD) ia leluasa untuk mencalonkan diri sebagai
anggota DPR RI, bahkan ia meraup suara terbanyak se-Indonesia saat terpilih
menjadi anggota DPR. Tanpa kesulitan masuk komisi I yang melingkupi bidang
pertahanan, luar negeri, dan informasi. Karirnya melejit dengan mulus, ditunjuk
menjadi Ketua Departemen Kaderisasi kemudian menjadi Sekretaris Jenderal
setelah terpilih saat Kongres II Partai Demokrat(2010-2015). Gibran, tanpa
bantuan bapaknya mampu membesarkan usaha catering yang dimilikinya. Sebenarnya
Gibran gampang saja masuk dunia poltik, toh Jokowi saat itu sudah menjabat
sebagai Walikota Solo. Dengan ‘keistimewaan’ yang dimiliknya sebagai putra dari
Walikota, ia dengan mudah masuk ke PDIP, parpol pendukung Jokowi saat maju
sebagai calon walikota. Atau memilih dunia bisnis yang spektakuler dengan
mengelola proyek atau tender besar di Kota Solo. Toh bapaknya dengan mudah bisa
mensusupkan. Pilihan Gibran ‘tidak biasa’, karena ia memilih memulai usaha
catering dengan nama Chili Pari (maknanya keberanian dan kemakmuran). Dengan
sederhananya, ia memulai usaha mengunakan gudang mebel bapaknya yang dijadikan
tempat usaha sekaligus kantor. Tak mau memanfaatkan posisi bapaknya,
benar-benar tidak mau mengantungkan bantuan bapaknya , Gibran memilih
mengajukan pinjaman modal ke sejumlah bank. Paling tidak ada 7 banak yang
diberikan proposal pinjaman, meskipun hanya 1 bank yang setuju mengucurkan dana
Rp 1 M. Berawal dari melayani pesanan catering puluhan orang, tahun demi tahun
usahanya melesat menjadi melayani ribuan orang. Bahkan sekarang selain
catering, juga menyediakan wedding organizer.
Ketiga, Ibas berkiprah di
organisasi nasional, sementara Gibran cukup di tingkat local . Selain mempunyai
jabatan di PD, Ibas menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia bidang Promosi Internasional, Pariwisata, Seni Budaya, dan
olahraga periode 2010-2015. Sementara Gibran kiprahnya cukup ditingkat local
saja, sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Keempat, soal urusan asmara, Ibas memilih mempersunting putri menteri sementara
Gibran cukup putri rakyat jelata. Tak tanggung-tanggung, Ibas menjatuhkan
pilihan kepada Siti Ruby Aliya Rajasa, putri kedua Hatta Rajasa, mantan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia yang menjabat dari 22 Oktober 2009
hingga 13 Mei 2014. Pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara pada tahun
2007-2009, dan menjabat Menteri Perhubungan di tahun 2004-2007. Selain itu
menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi pada tahun 2001-2004.
Sekaligus mantan ketua PAN. Gibran, apakah memilih putri menteri atau pejabat
Negara? Tidak, ia jatuh hati dengan Selvi Ananda, seorang gadis asal Solo yang
berasal dari keluarga biasa, sederhana dan jauh dari kemewahan dan jabatan.
Mantan Putri Solo tersebut bahkan disebut-sebut seperti putri Cinderela yang
dipersunting seorang pangeran.
Kelima, Ibas dicurigai terjerat kasus korupsi,
sementara Gibran cling bersih . Terkait kasus Nazaruddin, nama Ibas sempat
disebut dalam sejumlah proses persidangan. Dalam kasus proyek Hambalang, Anas
Urbaningrum pernah membeberkan siapa-siapa saja yang diduga terlibat dalam
kasus proyek Hambalang. Tak lupa tentang dugaan penerimaan aliran dana
Hambalang sebesar 200 ribu dolar AS dari PT Grup Permai saat Kongres Partai
Demokrat di Bandung di 2010. Yulianis, Mantan Wakil Direktur Keuangan Grup
Permai pernah menyebut nama Ibas ketika diperiksa sebagai saksi dalam kasus
Hambalang yang menjerat Anas. Menurut Yulianis, nama Ibas disebutnya saat
penyidik mencecarnya soal penyelenggaran Kongres Partai Demokrat 2010. Terdapat
catatan keuangan Grup Permai yang menyebutkan aliran dana 200.000 dollar AS ke
Ibas. Dana tersebut berkaitan dengan pelaksanaan Kongres Partai Demokrat 2010.
Yang mengejutkan, saat Angelina Sondakh bersaksi untuk Nazaruddin,, di
Pegadilan Tipikor, Rabu (6/1/2016) kemarin ia menyebut nama pangeran alias Ibas
yang memberikan intruksi untuk meloloskan Daftar Isian Perencanaan Anggaran
(DIPA) yang ada pada rapat komisi, yang berujung 20% APBN 2009-2014 untuk 5%nya
fee komisi PD . Lebih lanjut baca di sini
http://www.kompasiana.com/sucihistiraludin/alasan-angelina-sondakh-buka-rahasia-saat-bersaksi-untuk nazaruddin_568f3959c523bd5205570ba0
Hal yang saya sampaikan diatas, sebenarnya tidak bermaksud untuk
membanding-bandingkan kedua anak muda tersebut, sekali lagi tidak seperti itu.
Tetapi saya hanya berusaha untuk merangkumnya untuk membuka ingatan kita
kembali. Silahkan ditambahkan sendiri, pasti yang saya sampaikan masih jauh
dari komplit. Mau menilai keduanya seperti apa, monggo, silahkan. Semoga tidak
ada pihak yang tersinggung.
_Solo, 9 Januari 2016_
sumber foto:
www.jppn.com,kabargue.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar