Inilah daftar Mentri di Kabinet Kerja Jokowi-JK:
1. Menteri Sekretaris Negara : Praktino (52 tahun)
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago (51 tahun)
3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo (59 tahun)
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan (51 tahun)
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti (49 tahun)
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya (53 tahun)
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said (51 tahun)
8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno (62 tahun)
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo (56 tahun)
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi (52 tahun)
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu (64 tahun)
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly (61 tahun)
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara (55 tahun)
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi (46 tahun)
15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil (61 tahun)
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro (48 tahun)
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno (56 tahun)
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga (49 tahun)
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin (51 tahun)
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel (52 tahun)
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman (46 tahun)
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri (53 tahun)
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono (59 tahun)
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya Bakar (49 tahun)
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan (53 tahun)
26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani (41 tahun)
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saifuddin (52 tahun)
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek (65 tahun)
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa (49 tahun)
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yambise (56 tahun)
31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan (45 tahun)
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir (54 tahun)
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi (41 tahun)
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja'far (43 tahun)
(sumber detik.com)
Minggu, 26 Oktober 2014
Selasa, 14 Oktober 2014
Menelaah Sapi TPA Putri Cempo Solo
Beberapa hari menjelang idul kurban, polemik hewan ternak sebagai hewan kurban kembali bergulir. Sapi dari Tempat Pembuangan
Akhir(TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo kembali dipersoalkan.
Seperti diberitakan pada Harian Solo
Pos, 29 September 2014, para pedagang sapi di pasar sapi Kliwonan Bekonang ,
Mojolaban, Sukoharjo diminta tak
memperjualbelikan sapi-sapi yang diternak di TPA Putri Cempo Solo. Alasan yang
disampaikan karena sapi dari TPA tersebut mengandung logam timbal
cukup banyak sehingga dikhawatirkan mengancam kesehatan.
Sementara itu sejumlah peternak sapi di
TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo,
sebagaimana diberitakan Solo Pos, 30 September 2014, bertekad memasarkan
sapi mereka ke sejumlah Rumah Pemotongan Hewan Solo, Kalioso Karanganyar dan
Sukoharjo.
Wajar kalau sebagian masyarakat menilai sapi yang biasa berkeliaran di TPA Putri
Cempo mengandung logam timbal sehingga
sebisa mungkin dihindari untuk dikonsumsi. Alasan tersebut tentunya berdasarkan
informasi yang berkembang dimasyarakat,
karena TPA pada dasarnya berisi sampah, tidak hanya sampah sisa makanan tetapi
juga sampah plastik, logam, besi, dll. Sulit untuk memastikan sapi tidak ikut
makan sampah –sampah tersebut.
Keberadaan TPA Putri Cempo dan Sapi
Sebelum melakukan penilaian, ada baiknya
perlu melihat keberadaan sapi di TPA
Putri Cempo terlebih dahulu. Dahulu,
Sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo, seperti sapi pada umumnya, makan
rumput, jerami dan makanan ternak lainnya. Sejak Pemkot Solo
memutuskan pembuangan sampah akhir di TPA Putri Cempo Mojosongo, pada tahun 1987,
warga kehilangan tempat mengembalakan ternak mereka. Awalnya warga mencoba
membiarkan sapi mereka di areal TPA, tempat yang sebelumnya menjadi lahan
pengembalaan sapi. Lambat laun sapi-sapi beradaptasi dengan sampah dan
mengkonsumi sampah TPA Putri Cempo.
Pemilik tidak terlalu khawatir dengan perilaku sapi ini, karena pada
malam hari biasanya sapi mereka akan memuntahkan sampah plastik yang tertelan saat pagi hingga siang hari.
Disamping itu, harga jual sapi TPA Putri Cempo juga relative bagus sama dengan
harga dipasaran. Bahkan menurut warga, sudah ada pembeli sapi yang secara rutin
membeli sapi-sapi mereka.
Tidak mudah untuk menilai kondisi
kelayakan sapi di lahan TPA tersebut.
Tetapi ada fakta yang menarik dan bisa
menjadi bahan pertimbangan terhadap polemik sapi yang dibiarkan berkeliaran bebas di TPA
Putri Cempo. Beberapa hal tersebut adalah:
Pertama, sekitar seribu
lebih sapi yang berkeliaran di TPA Putri Cempo dimilik oleh warga Solo yaitu
warga Jatirejo, Randusari, dan warga sekitar. Hampir semua warga di Randusari
mempunyai sapi, sementara di Jatirejo dan di Kepuhsari sebagian warga mempunyai
sapi dari 2 ekor sampai puluhan ekor. Sapi tersebut selama ini menjadi
investasi yang dipergunakan untuk keperluan besar seperti biaya sekolah,
memperbaiki rumah, hajatan, dll. Sebagian sapi lainnya dimiliki warga dari kabupaten Karanganyar yaitu dari dukuh
Jengglong dan Suluhrejo, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo. Perkembangan
sapi sangat pesat karena sapi dibiarkan berkembang biak di alam terbuka /tidak
dikadangkan sehingga sapi relatif bebas. Lain ketika sapi dikandangkan,
biasanya dalam 2 tahun baru mempunyai anak.
Kedua,
tidak semua sapi milik warga di sekitar TPA Putri Cempo di biarkan berkeliaran
di areal TPA. Meskipun relative sedikit, tetapi ada sebagian warga yang tetap
mengkandangkan sapi miliknya di rumah. Selain untuk mengantisipasi kesehatan
sapi, juga untuk meminimalisir sapi terlindas alat berat. Alasan lain karena
sapi tersebut termasuk mahal harganya sehingga sayang kalau dibiarkan
berkeliaran di TPA.
Ketiga, meskipun ada sejumlah pihak yang merasa
khawatir dengan kesehatan sapi TPA Putri Cempo, tetapi pada tahun 1994, Sapi di TPA Mojosongo pernah memenangkan lomba sapi sehat yang
diadakan Departeman Pertanian. Pada
waktu itu Dinas Pertanian Kota Solo menunjuk
sapi dari Kelompok Ternak Sapi Potong Bakti Mulya (KTSPBM) Randusari Mojosongo untuk
menjadi peserta mewakili kota Solo. Sapi dari Mojosongo tersebut berhasil meraih juara kedua. Hal itu
yang menjadikan warga semakin nyakin dan nyaman untuk beternak sapi. Karena
meskipun sapi diberikan pakan sampah tetapi sehat , bahkan memenangkan lomba
sapi tingkat nasional. Bahkan setelah melihat
perkembangan populasi sapi yang pesat, pemerintah provinsi memberikan gaduhan
sapi ke warga Jatirejo dan Randusari. Kemudian
pada tahun 1994/1995 Dispertan kota Solo juga memberikan bantuan gaduhan
sapi sejumlah 224 ekor sapi yang berkembang sampai sekarang. Sampai saat ini bantuan sapi gaduhan dari Dispertan sudah
mencapai 3 tahap. Tahap yang terakir tahun 2007/2008 Randusari mendapatkan
gaduhan sebanyak 50 ekor.
Keempat, kesehatan sapi di TPA Putri Cempo bisa
dikatakan cukup baik. Dari informasi
warga, selama puluhan tahun belum ada kasus sapi terkena penyakit tertentu.
Sapi yang pernah ditemukan mati bukan karena terserang penyakit tetapi karena
terlindas alat berat di TPA. Merujuk
pada penelitian Dispertan Solo tahun 2006/2007 tentang keberadaan sapi TPA
Putri Cempo, pertama kebutuhan nutrisi sapi terpenuhi ,
kedua sapi sehat dan tak ada penyakit yang spesifik. Penyakit yang ada hanya
tergolong rendah, misalnya cacingan dan obstruksi rumen (kembung pada perut
besar_salah satu tempat pencernaan sapi) yang mengakibatkan perut sapi
kembung. Ketiga sapi mengandung timbal
yang melebihi ambang batas.
Kelima,
meskipun ada temuan sapi mengandung
timbal/residu, ada solusi yang tidak memberatkan warga pemilik sapi, yaitu
untuk melakukan karantina terhadap sapi sekitar tiga bulan sebelum
dijual/disembelih. Karantina dilakukan dengan mengandangkan sapi dan memberikan pakan sapi dengan rumput, sayuran selain sampah dari TPA.
Proses karantina ini dilakukan untuk menghilangkan timbal. Selain itu sebelum
memberikan makanan sampah sebaiknya
sampah organik dicuci terlebih dahulu untuk meminimalisir residu
Keenam,
Dinas Peternakan dan Pertanian (Dispertan) Solo secara rutin melakukan
vaksinasi sapi dengan memberikan suplemen, vitamin dan obat cacing. Hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi adanya sapi yang berpenyakit. Hal ini
memungkinkan kondisi sapi di TPA Putri Cempo terpantau secara rutin oleh
Dispertan.
Dengan melihat temuan
tersebut, masyarakat bisa menilai sendiri kelayakan ternak dari lingkungan TPA
Putri Cempo Solo tanpa harus merugikan pemilik ternak yang bersangkutan
Dispertan pernah mengimbau
warga untuk tidak mengembalakan ternak di TPA Putri Cempo. Tetapi tidaklah
mudah untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat pemilik sapi di sekitar TPA
Putri Cempo untuk tidak mengembalakan sapi di TPA. Selama ini sapi tersebut
tetap laku terjual bahkan sapi bisa tumbuh dengan cepat dengan biaya yang
sangat rendah karena pemilik tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk
pemeliharaannya. Selain itu, sapi di
sekitar TPA Putri Cempo berkembang pesat karena selalu ada yang membutuhkan.
Sehingga wajar jika warga membiarkan sapi disekitar TPA.
Secara tidak langsung Pemkot
Solo ikut bertanggungjawab dengan keberadaan sapi yang mengkonsumi sampah di
TPA Putri Cempo. Selama
ini pengelolaan sampah di kota Solo masih menggunakan cara yang konvensional
yakni sistem pembuangan terbuka atau open dumping dimana sampah dibuang ke
tanah yang sudah di gali setelah itu sampah ditutup tanah lagi. Cara tersebut
membuat timbunan sampah tidak bisa terkontrol lagi. Luapan sampah di sekitar
tempat tinggal warga juga berpotensi menjadi santapan sapi yang setiap hari
berkeliaran di sekitar TPA.
Pemkot Solo mestinya ikut bertanggungjawab
untuk memberikan kepastian bahwa sapi milik warga di sekitar TPA tersebut masih
dalam kategori aman dan layak untuk dikonsumsi. Pemantauan terhadap pendistribusian ternak dari kota Solo
menjadi penting untuk ditingkatkan. Diharapkan
hal tersebut akan membantu peternak sapi di kawasan TPA Putri Cempo
tetap bisa menjual sapi mereka dan masyarakat umum (pembeli ternak) tidak diliputi rasa khawatir
saat mengkonsumsi hewan kurban tersebut. Sehingga polemik sapi dari TPA Putri
Cempo tidak akan terulang lagi.***
Langganan:
Postingan (Atom)