Minggu, 21 Juni 2015

Musabab Jokowi Makan Dengan Tangan Kiri



 Beberapa hari ini beredar santer perbincangan tentang Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbuka puasa dengan mengunakan tangan kiri dan berdiri.

Dengan cepat perbincangan menyebar, menghangat, lagi-lagi terjadi di media sosial dan seperti biasanya segaja di besar-besarkan oleh pihak-pihak tertentu.
Jokowi Saat Bukber dengan Ratusan Anak Yatim Se-Jabotabek (foto. JPPN)


  
Seperti biasanya, apa saja yang dilakukan Jokowi akan menarik perhatian dan menjadi bahan  ‘gosip’ bagi para haters yang selama ini senang mencari-cari ‘kesalahan’(di mata haters Jokowi).
Kamis (18/6/15) petang saat Jokowi mengundang ratusan anak yatim se-Jabodetabek berbuka puasa (bukber) di Istana Merdeka Jakarta, ia terjepret kamera wartawan saat memegang gelas dengan tangan kiri.
Perbincangan yang mengarah ke pergunjingan yang menyebar karena melihat tatacara Jokowi makan  sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri. Bagi mereka yang mempermasalahkan, karena beranggapan bahwa itu tidak etis, tidak pantas dilakukan apalagi oleh seorang presiden yang mestinya  menjadi panutan masyarakat Indonesia.
Langsung saja  mereka mengkritik Jokowi dengan mengaitkan dengan ajaran agama islam  yang mengatur tata cara  makan dan minum Rasulullah SAW yang melarang makan dan minum sambil berdiri. Kutipan larangan yang disampaikan antara lain sbb:
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi”. (HR.Muslim dan Turmidzi)

“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020).

Sebagai seorang muslim, saya juga sependapat bahwa makan/minum sebaiknya sambil duduk dan menggunakan tangan kanan. Saya setuju sekali. Selain ajaran agama seperti itu, sejak kecil saya dan saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia diajarkan tata krama kesopanan makan sambil duduk dan dengan tangan kanan (kecuali yang tangannya kidal). Meskipun sudah lama kita melihat sebuah kewajaran makan sambil berdiri, terutama saat di pesta pernikahan (standing party) dan acara lainnya yang dikemas serupa.
Tetapi yang mengherankan, para haters terkesan mengada-ada dan pura-pura tidak cermat.

Kenapa Jokowi  makan kolak sambil berdiri?

Kalau dilihat lagi, sepintas orang-orang akan tahu, Jokowi masih dalam posisi berdiri karena baru saja mengambil kolak dan  setelah mempersilahkan tamu-tamunya mengambil hidangan yang sama. Bagi saya kelihatan jelas kalau Jokowi setelah mempersilahkan tamunya, ia mengajak berbincang, beramah tamah sambil mengambil kolak. Pun semua tetamunya juga berdiri sambil menikmati makanan pembuka bukber tersebut. Dan ini sudah jamak lumrah (biasa terjadi) kalau kita mengantri mengambil makanan prasmanan , pasti akan berdiri dan sudah sering terjadi di semua perjamuan, biasanya tetamu yang hadir akan menikmati makanan/minuman sambil gobrol (sambil antri). Mencicipi sedikit makanan yang diambil  dengan antrian panjang, kemudian baru duduk. 

Kenapa dengan tangan kiri? Helloooooooo, coba saja jujur pada diri sendiri. Kalau makan kolak/makanan lain bukankah sudah biasa kalau tangan kiri pegang gelas/mangkok, maka tangan kanannya yang pegang sendok. Dan wajar dong kalau tangan kiri yang pegang gelas langsung sruput (minum). Masak mau di pindah tangan kanan?
Sekali lagi tamu-tamu  yang diundang juga melakukan hal yang sama, kelihatan kalau masih antri untuk mengambil hidangan lain, berbincang dengan Jokowi.
Maka, kenapa memperbincangkan hal yang nggak penting sama sekali? Haters Jokowi mestinya mulai move on dan memberikan dukungan agar presiden mampu bekerja secara baik untuk membawa negri ini menuju kesejehteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya.  Memberikan kritik membangun secara cerdas, santun dan mengedepankan solusinya. Tidak baik terus terusan menghujamkan krtitik yang ujung-ujungnya gosip. Apalagi ini bulan puasa. Lebih baik diam daripada bicara yang hanya menyakiti hati orang lain. Karena amal ibadah kita menentukan kualitas puasa kita. Bahkan ada sebuah hadist Rasulullah saw berbunyi, “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya setara tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni”.***

_Solo,  21 Juni 2015_

Tidak ada komentar: