Beberapa hari ini beredar santer perbincangan tentang Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbuka puasa dengan mengunakan tangan kiri dan berdiri.
Dengan cepat perbincangan menyebar, menghangat, lagi-lagi terjadi di media sosial dan seperti biasanya segaja di besar-besarkan oleh pihak-pihak tertentu.
Jokowi Saat Bukber dengan Ratusan Anak Yatim Se-Jabotabek (foto. JPPN) |
Seperti biasanya, apa
saja yang dilakukan Jokowi akan menarik perhatian dan menjadi bahan ‘gosip’ bagi para haters yang selama ini
senang mencari-cari ‘kesalahan’(di mata haters Jokowi).
Kamis (18/6/15) petang
saat Jokowi mengundang ratusan anak yatim se-Jabodetabek berbuka puasa (bukber)
di Istana Merdeka Jakarta, ia terjepret kamera wartawan saat memegang gelas
dengan tangan kiri.
Perbincangan yang
mengarah ke pergunjingan yang menyebar karena melihat tatacara Jokowi makan sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri. Bagi
mereka yang mempermasalahkan, karena beranggapan bahwa itu tidak etis, tidak
pantas dilakukan apalagi oleh seorang presiden yang mestinya menjadi panutan masyarakat Indonesia.
Langsung saja mereka mengkritik Jokowi dengan mengaitkan
dengan ajaran agama islam yang mengatur
tata cara makan dan minum Rasulullah SAW
yang melarang makan dan minum sambil berdiri. Kutipan larangan yang disampaikan
antara lain sbb:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qotadah
berkata:”Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi”.
(HR.Muslim dan Turmidzi)
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020).
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020).
Sebagai seorang muslim, saya juga sependapat bahwa makan/minum sebaiknya sambil duduk dan menggunakan tangan kanan. Saya setuju sekali. Selain ajaran agama seperti itu, sejak kecil saya dan saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia diajarkan tata krama kesopanan makan sambil duduk dan dengan tangan kanan (kecuali yang tangannya kidal). Meskipun sudah lama kita melihat sebuah kewajaran makan sambil berdiri, terutama saat di pesta pernikahan (standing party) dan acara lainnya yang dikemas serupa.
Tetapi
yang mengherankan, para haters terkesan mengada-ada dan pura-pura tidak cermat.
Kenapa Jokowi makan kolak sambil berdiri?
Kalau
dilihat lagi, sepintas orang-orang akan tahu, Jokowi masih dalam posisi berdiri
karena baru saja mengambil kolak dan setelah mempersilahkan tamu-tamunya mengambil
hidangan yang sama. Bagi saya kelihatan jelas kalau Jokowi setelah
mempersilahkan tamunya, ia mengajak berbincang, beramah tamah sambil mengambil
kolak. Pun semua tetamunya juga berdiri sambil menikmati makanan pembuka bukber
tersebut. Dan ini sudah jamak lumrah
(biasa terjadi) kalau kita mengantri mengambil makanan prasmanan , pasti akan
berdiri dan sudah sering terjadi di semua perjamuan, biasanya tetamu yang hadir
akan menikmati makanan/minuman sambil gobrol (sambil antri). Mencicipi sedikit
makanan yang diambil dengan antrian
panjang, kemudian baru duduk.
Kenapa dengan tangan kiri? Helloooooooo, coba saja jujur pada
diri sendiri. Kalau makan kolak/makanan lain bukankah sudah biasa kalau tangan
kiri pegang gelas/mangkok, maka tangan kanannya yang pegang sendok. Dan wajar
dong kalau tangan kiri yang pegang gelas langsung sruput (minum). Masak mau di pindah tangan kanan?
Sekali
lagi tamu-tamu yang diundang juga
melakukan hal yang sama, kelihatan kalau masih antri untuk mengambil hidangan
lain, berbincang dengan Jokowi.
Maka,
kenapa memperbincangkan hal yang nggak penting sama sekali? Haters Jokowi
mestinya mulai move on dan memberikan
dukungan agar presiden mampu bekerja secara baik untuk membawa negri ini menuju
kesejehteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya.
Memberikan kritik membangun secara cerdas, santun dan mengedepankan
solusinya. Tidak baik terus terusan menghujamkan krtitik yang ujung-ujungnya
gosip. Apalagi ini bulan puasa. Lebih baik diam daripada bicara yang hanya
menyakiti hati orang lain. Karena amal ibadah kita menentukan kualitas puasa
kita. Bahkan
ada sebuah hadist Rasulullah saw berbunyi, “Tidurnya
orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya setara tasbih, amal ibadahnya
dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni”.***
_Solo, 21 Juni 2015_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar