Senin, 19 Oktober 2015

Melihat Warga Desa Simpang Karmio Batanghari Manfaatkan Aset Desa

Kokok ayam bersahut-sahutan membangunkan para penghuni rumah. Semilir angin berhembus basah mengiringi pagi yang mulaimerekah. Adzan subuh berkumandang dari kejauhan, merdu merasuk kalbu. Rasanya tak ada yang  mau menyiakan waktu Subuh untuk  meneruskan bergelut selimut.  Perlahan, geliat warga mulai terlihat. Bangun membasuh muka dan  bergegas menuju masjid membelah keremangan pagi yang masih rapat dengan kabut.

Meski terus beranjak pagi, tetapi matahari belum juga menampakkan diri. Tersembunyi di antara kabut asap yang tebal tak terusik oleh kegagahan matahari. Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya, selama beberapa bulan terakhir ini, selalu diselimuti gelap. Desa Simpang Karmio, Kecamatan Bhatin XXIV, Kabupaten Batanghari, Jambi, terus 'dipaksa' akrab dengan kabut asap yang saban hari selalu ada dan belum ada tanda-tanda berkurang.

Beberapa warga terus beraktivitas, para bapak membersihkan halaman rumah, ibu-ibu menyiapkan makanan. Selepas semua urusan rumah selesai, para bapak segera beranjak untuk bersiap bekerja. Sebagian pergi ke kebun karet, sawit dan ada yang ke bendungan untuk mengurus karamba.



Desa Simpang Karmio, mempunyai aset desa berupa bendungan yang terletak di pinggir desa membentang dari desa ke desa tetangga, terletak di sebelah kebun sawit dan kebun pembibitan sawit milik Dinas Pertanian Kabupaten Batanghari.

Bendungan seluas puluhan hektar tersebut selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk pengairan sawah milik warga Desa Simpang Karmio dan desa tetangga. Tetapi setahun terakhir ini, pemerintah desa melakukan inovasi dengan memanfaatkan bendungan tersebut. Berbekal  pelatihan kepada sejumlah warganya dan modal pembibitan ikan kakap, warga mulai memelihara ikan di karamba. Tak kurang dari sepuluh kotak karamba  sudah terbentang, memanfaatkan pinggir bendungan.



Pak Kar, salah satu warga yang mempunyai karamba di bendungan Simpang Karmio, mengaku sudah memulai usaha memlihara ikan di karamba beberapakali. Ia senang karena mempunyai pekerjaan sampingan selain bertani karet di kebunnya yang lumayan luas. selepas istirahat dari kebun karet, Pak Kar, mengurus ikan-ikannya siang sampi sore hari. Paling tidak sore  hari ke karamba untuk memberi makan ikan.  Tak banyak menyita waktu, tetapi mesti menyisihkan waktu untuk memberi makan ikannya. Ia melakukan semuanya sendiri, tak butuh bantuan dari keluarganya.




Dalam tiga bulan, Pak Kar bisa memanen ikannya, lumayan itulah hasil yang diakuinya. Selain menambah pendapatan keluarga, ia juga senang karena bisa memanfaatkan air bendungan yang selama ini hanya dibiarkan saja. Kedepan ia berharap warga desa lainnya juga mengikuti jejak nya bersama pemilik karamba lainnya.

Memanfaatkan potensi desa atau aset desa itulah semangat yang melecut Pemerintah Desa demi peningkatan kesejehteraan warga desanya. Mereka juga bersiap untuk berembug guna memanfaatkan bendungan Simpang Karmio menjadi tempat wisata.  Peluang untuk itu sangat besar, apalagi desa mempunyai kewenangan lokal yang cukup banyak dan mengelola Dana Desa  yang bisa digunakan untuk memaksimalkan potensi desa yang dimiliki.


_Solo, 19 Oktober 2015_
Foto. Dok. pribadi

Tidak ada komentar: