Kokok ayam bersahut-sahutan membangunkan para penghuni rumah. Semilir
angin berhembus basah mengiringi pagi yang mulaimerekah. Adzan subuh
berkumandang dari kejauhan, merdu merasuk kalbu. Rasanya tak ada yang
mau menyiakan waktu Subuh untuk meneruskan bergelut selimut. Perlahan,
geliat warga mulai terlihat. Bangun membasuh muka dan bergegas menuju
masjid membelah keremangan pagi yang masih rapat dengan kabut.
Meski
terus beranjak pagi, tetapi matahari belum juga menampakkan diri.
Tersembunyi di antara kabut asap yang tebal tak terusik oleh kegagahan
matahari. Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya, selama beberapa bulan
terakhir ini, selalu diselimuti gelap. Desa Simpang Karmio, Kecamatan
Bhatin XXIV, Kabupaten Batanghari, Jambi, terus 'dipaksa' akrab dengan
kabut asap yang saban hari selalu ada dan belum ada tanda-tanda
berkurang.
Beberapa warga terus beraktivitas, para bapak
membersihkan halaman rumah, ibu-ibu menyiapkan makanan. Selepas semua
urusan rumah selesai, para bapak segera beranjak untuk bersiap bekerja.
Sebagian pergi ke kebun karet, sawit dan ada yang ke bendungan untuk
mengurus karamba.
Desa
Simpang Karmio, mempunyai aset desa berupa bendungan yang terletak di
pinggir desa membentang dari desa ke desa tetangga, terletak di sebelah
kebun sawit dan kebun pembibitan sawit milik Dinas Pertanian Kabupaten
Batanghari.
Bendungan seluas puluhan hektar tersebut selama ini
lebih banyak dimanfaatkan untuk pengairan sawah milik warga Desa Simpang
Karmio dan desa tetangga. Tetapi setahun terakhir ini, pemerintah desa
melakukan inovasi dengan memanfaatkan bendungan tersebut. Berbekal
pelatihan kepada sejumlah warganya dan modal pembibitan ikan kakap,
warga mulai memelihara ikan di karamba. Tak kurang dari sepuluh kotak
karamba sudah terbentang, memanfaatkan pinggir bendungan.
Pak
Kar, salah satu warga yang mempunyai karamba di bendungan Simpang
Karmio, mengaku sudah memulai usaha memlihara ikan di karamba
beberapakali. Ia senang karena mempunyai pekerjaan sampingan selain
bertani karet di kebunnya yang lumayan luas. selepas istirahat dari
kebun karet, Pak Kar, mengurus ikan-ikannya siang sampi sore hari.
Paling tidak sore hari ke karamba untuk memberi makan ikan. Tak banyak
menyita waktu, tetapi mesti menyisihkan waktu untuk memberi makan
ikannya. Ia melakukan semuanya sendiri, tak butuh bantuan dari
keluarganya.
Dalam
tiga bulan, Pak Kar bisa memanen ikannya, lumayan itulah hasil yang
diakuinya. Selain menambah pendapatan keluarga, ia juga senang karena
bisa memanfaatkan air bendungan yang selama ini hanya dibiarkan saja.
Kedepan ia berharap warga desa lainnya juga mengikuti jejak nya bersama
pemilik karamba lainnya.
Memanfaatkan potensi desa atau aset
desa itulah semangat yang melecut Pemerintah Desa demi peningkatan
kesejehteraan warga desanya. Mereka juga bersiap untuk berembug guna
memanfaatkan bendungan Simpang Karmio menjadi tempat wisata. Peluang
untuk itu sangat besar, apalagi desa mempunyai kewenangan lokal yang
cukup banyak dan mengelola Dana Desa yang bisa digunakan untuk
memaksimalkan potensi desa yang dimiliki.
_Solo, 19 Oktober 2015_
Foto. Dok. pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar