Bagi orang Jawa, melaksanakan adat atau ritual Jawa
merupakan salah satu cara nguri-nguri kabudayan Jawa. Meskipun jaman bisa dibilang sudah maju, jaman tehnologi,
tetapi adat jawa yang sudah dilakukan turun
temurun, sudah ada sejak kakek nenek moyang tetap menjadi hal yang
menarik dan masih banyak yang melaksanakannya.
Banyak sekali adat
kebiasaan tinggalan (baca warisan) nenek moyang yang sampai sekarang masih ada,
tumbuh berkembang dan diikuti dengan senang hati. Misalnya sebelum menikah ada
malem midodareni, saat mengandung ada adat mitoni atau tingkepan, saat anak
mulai menjejakkan kaki atau belajar
berjalan ada upacara tedak sinten dan lain sebagainya.
Sejumlah proses dalam
adat tersebut menarik meskipun memang agak ribet, membutuhkan persiapan (waktu,
tenaga, mental, biaya) yang tidak sedikit sehingga terkesan kurang praktis
untuk jaman sekarang. Namun demikian, saat mengikuti atau menyaksikan adat
tersebut membuat rasa bangga dan senang sebagai orang Jawa yang mempunya
warisan prosesi adat yang menyimpan banyak makna dan harapan tertentu sekaligus
doa. Jadi, sejumlah adat Jawa yang saat ini masih dilaksanakan memang
benar-benar ‘berisi’ tidak hanya sekedar melaksanakan adat saja.
Salah satu proses Mitoni mantu pak Jokowi 26 Des 2015 (sumber foto:BeritaIntrik.com) |
“Mitoni” atau ada
yang menyebutnya “tingkepan” menjadi
salah satu adat Jawa yang dilakukan saat seorang perempuan mengandung atau
hamil untuk pertama kalinya (anak pertama). Upacara mitoni tidak hanya asal dilakukan tetapi dilakukan
karena mempunyai makna pendidikan itu tidak hanya dilakukan saat
anak sudah lahit sampai dewasa tetapi
bagi orangtua penting mendidik anak sejak masih menjadi calon anak yang
berada di Rahim ibunya.
Sebenarnya saat perempuan sedang hamil, ada sejumlah
upacara adat selain Mitoni yaitu Neloni , Mitoni atau tingkepan dan mrocoti
atau procotan. Neloni dilaksanakan saat usia kehamilan 3 bulan, sementara
mitoni saat usia tujuh bulan dan mrocoti saat
kandungan berusia 8 bulan. Bahkan
yang lebih lengkap lagi, di Pekalongan ada sejumlah adat saat kehamilan yaitu Ngapati , Tingkepan, Mitoni, Mrocoti dan Nglolosi . Ngapati
dilakukan saat usia kandungan 4 bulan, Tingkepan saat usia 6 bulan, Mitoni saat
7 bulan, Mrocoti saat 8 bulan dan Nglolosi saat usia kandungan 9 bulan.
Sejumlah adat tersebut ada yang dilakukan
satu-satu, tetapi ada yang dilakukan rangkap atau sekaligus. Misalnya
Ngapati sekaligus Tingkepan. Atau tingkepan sekaligus dengan mitoni. Kadang-kadang
Mrocoti sekaligus Ngolosi.
Biasanya pelaksanaan Tingkepan atau Mitoni tidak asal comot
hari, tetapi mencari ‘hari baik’ Untuk mencari ‘hari baik’ menurut petungan
Jawa dilakukan jauh hari sebelum usia kandungan memasuki tujuh bulan. Kedua orang tua calon bayi sudah mendapatkan atau menentukan hari
yang dihitung ‘baik’ sesuai petungan Jawa, yaitu yang memiliki neptu
genap dan jumlahnya 12 atau 16. Tetapi
soal ‘ hari baik’ itu terserah calon
orangtua bayi karena ada juga yang tidak sampai detail menghitung hari.
Daalam Tingkepan/Mitoni ada sejumlah urutan atau prosesi yang sakral dan sarat
makna. Masing-masing juga dilengkapi
dengan sejumlah barang-barang/uborampe untuk upacara tersebut. Seingat saya, proses dimulai dengan
memandikan calon ibu dengan air dicampur
kembang/bunga. Makna dari siraman ini untuk memohon doa restu agar persalinan
berjalan lancar.
Kemudian Si Calon Ibu
memakai jarit/kain yang sudah disediakan sejumlah 7 lembar. Masing-masing jarit
akan dipakaikan ke Calon Ibu tersebut. Misalnya jarit pertama di pakai kemudian
akan ditanyakan ke orang yang hadir
“apakah jarit sudah pantas dipakai?”
Saat jarit pertama sampai keenam para tetamu yang hadir akan
menjawab”belum”. Barulah pada jarit ketujuh akan dijawab “sudah pantas”.
Msing-masing jarit mempunyai motif yang berbeda dengan makan yang berbeda pula.
Misalnya jarit motif sidomukti dengan
harapan kebahagiaan, jarit sidoluhur
dengan harapan memperoleh kemuliaan sampai jarit motif cakar ayam dengan
harapan anak akan hidup mandiri dalam mencari nafkah kelak.
Kemudian proses berikutnya
dengan upacara memasukan telur ayam dan cengkir gading(kelapa gading
muda berwarna kuning). Si Calon Ayah
memasukan telur ayam mentah ke dalam sarung/kain yang di kenakan oleh Si Calon
Ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading di
teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai istrinya. Cengkir tersebut ditampani( di
terima) calon nenek . Makna dari prosesi
ini sebagai l harapan semoga si jabang bayi akan lahir dengan mudah tanpa ada
halangan
Proses yang juga dilakukan yaitu pemotongan benang yang dililitkan di perut Si
Calon Ibu dengan maksud agar kelahiran jabang bayi lancar.
Menurut orangtua
saya, ada yang ‘berbeda’ dalam
menghitung kehamilan sehingga ada yang berbeda saat upacara
Mitoni. Ada yang melaksanakan upacara Mitoni saat kehamilan usia tujuh
bulan tua (memasuki usia delapan bulan) karena menurut tradisi Jawa mitoni
sendiri berasal dari kata pitu atau tujuh. Sehingga dimaknai tujuh tua (usia
kandungan cukup umur 7 bulan). Tetapi ada yang memaknai kalau pelaksanaan
upacara Mitoni itu saat usia kehamilan memasuki usia 7 bulan. Artinya saat
sudah genap usia kehamilan 6 bulan dan masuk bulan ketujuh. Misalnya saat Mbak
Selvi Ananda menantu Presiden Joko
Widodo(Jokowi) tanggal 26 Desember lalu melaksanakan upacara Tingkepan atau
Mitoni. Ada yang berpandangan negative, curiga , berprasangka buruk karena
menghitung menikah bulan Juni tetapi bulan Desember sudah Mitoni. Kalau
dihitung memang terkesan baru 6 bulan (Juni sampai Desember) tetapi kok sudah Mitoni?
Menurut pendapat
saya, yang pernah ‘diupacarani’
Ngapati, Tingkepan/Mitoni(saat mengandung anak pertama) tidak ada yang patut
dicurigai dari acara Tingkepan/Mitoni
mantu Pak Jokowi. Kenapa? Kalau mengunakan kebiasaan Tingkepan
sekaligus Mitoni yang dilakukan saat usia kandungan 6 bulan atau masuk usia 7
bulan sebenarnya tidak ada yang aneh atau mencurigakan. Mbak Selvi Ananda
dan Mas Gibran Rakabuming Raka menikah tanggal 11 Juni 2015. Tepat tanggal 11 Desember
kemarin genap 6 bulan. Artinya tanggal 12 Desember sudah memasuki bulan
ketujuh. Sehingga saat Tingkepan
sekaligus Mitoni tanggal 26 Desember, sudah dua minggu di usia kehamilan 7
bulan.
Wajar saja jika tanggal 26 Desember lalu, Mbak Selvi sudah
Tingkepan/Mitoni karena memang sudah masuk ke usia kandungan 7 bulan. Nggak ada yang aneh, mencurigakan atau tidak
wajar. Saya sih menghitungnya berdasarkan adat
Jawa , ya sudah waktunya, sudah genep itungan harinya, itungan masuk
usia kandungan istri Mas Gibran tersebut. Jadi, kenapa harus curiga?
Smoga
calon jabang bayinya Mas Gibran-Mbak Selvi, calon cucu pertama Pak Jokowi lahir
dengan spontan, selamat, diberikan
kelancaran dan kemudahan, lengkap. Bayi
dan Ibunya diberikan kesehatan. Kelak
bayi yang dilahirkan menjadi anak sholeh/sholehah, menjadi kebanggan
keluarga dan kita semua. Amin YRA. Nderek binggah.
_Solo, 29 Desember 2015_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar