Kamis, 31 Desember 2015

Terompet Berbahan Sampul Al Quran, Jangan Matikan Pengrajin Terompet Lokal

Terompet menjadi barang yang sering diburu menjelang pergantain tahun. Karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama, rasanya kalau tahun baru tidak meniup terompet , kurang afdol, kurang pas, terasa ada yang kurang. Tak heran jika minggu kedua bulan Desember sudah banyak penjual terompet yang menjajakan terompetnya di pinggir jalan-jalan besar dan semakin banyak mendekati  akhir bulan, menjelang pergantian tahun. Tak peduli anak-anak, remaja sampai orangtua biasa dengan suka cita meniup terompet dengan suaranya yang melengking, keras dan  terkadang  sember.  
 
foto dari CNN
Takada yang istimewa karena terompet selalu ada setiap akhir tahun dan dijajakan baik ditoko-toko maupun di pedagang kaki lima.
Hanya saja, tahun ini lain karena keberadaan terompet sempat menimbulkan kehebohan tersendiri dan membuat orang penasaran.

Beberapa hari yang lalu saat kami sekeluarga sedang berlibur di rumah orangtua di Pekalongan, sempat beredar kabar  dari media sosial adanya terompet berbahan baku kertas sampul Al Qur’an. Terompet tersebut dijual di gerai  ‘A….mart’ (A) di sepanjang pantura, seperti Pekalongan, Kendal, Batang.  Dan juga beredar di sejumlah kabupaten lainnya.
Penasaran, saya mencoba untuk melihat langsung ke toko A  yang ada di Pekalongan, tetapi sayangnya saya terlambat. Terompet tersebut sudah tidak ada, sudah ditarik pengelola  A setelah beredar kabar yang berembus secara cepat. Alhasil saya tidak bisa melihat langsung terompet tersebut.

Berdasarkan informasi,  terbongkarnya  penjualan terompet  berbahan kertas sampul Al Quran yang biasa dijual belikan saat menjelang tahun baru tersebut  setelah tokoh agama di Kendal Jawa Tengah melihat  tulisan lafaz Alquran pada terompet   dengan tulisan “Kementrian Agama RI tahun 2013” . Terompet tresebut di jual di Alfamart di Kendal.

Dari informasi di sejumlah  media, setelah ditelusuri, terompet tersebut dibuat sentra industry terompet  rumahan di Desa Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten  Wonogiri, Jawa Tengah.  Tak tanggung-tanggung, polisi sudah menyita lebih dari 2 ton kertas bertuliskan ayat Alquran yang belum diproduksi menjadi terompet. Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Jawa Tengah  juga menyita 2,3 ton sampul Alquran yang digunakan untuk terompet tahun baru yang sempat beredar di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Sejumlah desa di kecamatan Bulukerto memang menjadi sentra pembuatan terompet. Tidak hanya Desa Nadi, Desa  Ngaglik juga dikenal sebagai sentra pengrajin terompet. Desa-desa tersebut dikenal menjadi Kampung Terompet karena  hampir semua warga desa bekerja sebagai pengrajin  terompet.  Mereka biasa membuat terompet saat menjelang lebaran dan tahun baru, selebihnya bekerja sebagai petani. Meskipun omset penjualan tidak sebagus beberapa tahun yang lalu lantaran kalah bersaing dengan  terompet asal Tingkok yang lebih murah dan kwalitasnya lebih bagus. Terompet asal Tingkok mengunakan bahan baku plastik sehingga leboh awet sementara terompet buatan Wonogiri mengunakan bahana baku kertas yang mudah rusak jika terkena air. Biasanya ratusan pengrajin yang setipa pengrajinnya beromset puluhan juta rupiah ini membuat terompet bulan September-Oktober, dan mulai mendistribusikan terompet di bulan November ke sejumlah kota di Indonesia.

Terkait terompet berbahan kertas lafal Alquran, sempat ada berbagai pendapat seperti  adanya unsur kesegajaan yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk menyakiti hati kaum muslim di Indonesia. Seperti  yang tertera dalam Peraturan Menteri Agama No 01 Tahun 1957 tentang Pengawasan terhadap Penerbitan dan Pemasukan Alquran, sisa bahan-bahan Alquran yang tidak dipergunakan lagi harus dimusnahkan agar tidak disalahgunakan. 

 Bagi saya, kemungkinan pengunaan kertas tersebut tidak disegaja, karena factor ketidaktahuan pengrajin bahwa ada larangan pengunaan  sisa bahan Alquran untuk hal lain.   Nah, regulasi semacam itu tidak banyak diketahui oleh warga, apalagi para pengrajin mengaku mendapatkan kertas tersebut dari pengepul. Karena jujur saja, terkadang saat membeli makanan atau bahan makanan , ada juga kertas yang digunakan berlafal Alquran.Misalnya untuk pembungkus tempe. Saya melihatnya lebih pada karena ketidaktahuan masyarakat saja, bukan karena disegaja mengunakan kertas berlafal Alquran tersebut.

Beredarnya terompet  berbahan ayat Alquran tersebut sempat menguncang publik, untungnya pihak kepolisian bertindak cepat untuk menarik dan mengamankan terompet tersebut. Sehingga tidak  meluas dan menjadi  keresahan dan kecurigaan publik yang muaranya bisa menimbulkan ketegangan  antar sesama umat beragama. Kejadian tersebut menjadi pembelajaran penting bagi  pengrajin terompet  kedepannya lebih berhati-hati lagi. Semoga ‘kehebohan’ ini tidak mematikan peluang pengrajin terompet local tersebut . Jangan sampai justru menguntungkan terompet asal Negara tetangga.

_Solo, 31 Desember 2015_

Tidak ada komentar: