Senin, 24 September 2012

Taman Balekambang Solo, pilihan wisata murah meriah

Taman Balekambang adalah taman yang  luas terletak di kota Solo tepatnya di belakang atau sebelah utara Stadion Manahan dan tepat di belakang kolam renang Tirtomoyo Solo. Taman yang terletak di Jl. Ahmad Yani ini dulu bernama Partinah Bosch, dibangun oleh kerabat Mangkunegara. Kemudian dinamakan Balekambang karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan dan kolam renang yang di tengahnya terdapat rumah istirahat yang nyaman, dikelilingi kebun bunga yang sangat indah.


Biasanya setiap hari Minggu, kami  sekeluarga sering  jalan-jalan keluar , meski kadang hanya putar-putar kota Solo saja,  main air di kolam renang, atau hanya sekedar untuk makan. Hari Minggu pagi kemarin 23 September 2012, kami sekeluarga bermain  ingin sekali melihat rusa di Taman Balaikambang. Beberapa waktu yang lalu (lebih dari setahun yang lalu kami ke Balekambang), ada beberapa ekor rusa di sana yang jinak dan tak takut dengan manusia. Rusa-rusa tersebut di biarkan berkeliaran bebas di taman yang luas dan asri. Nah, kami hendak mengajak anak terkecil kami untuk melihat rusa di Taman Balekambang. Kami ingin melihat rusa di Balekambang daripada di Taman Satwa Taru Jurug yang terletak di dekat UNS, lumayan jauh dari rumah kami.

Sekitar 15 menit, dengan naik motor, kami sampai di taman Balekambang. Saya lumayan terkejut dengan keramaian Taman rakyat tersebut. Saya pikir ada event tertentu, ternyata tidak. Menurut orang-orang, memang kalau hari Minggu Balekambang ramai. Kemungkinan karena taman yang luas ini memang pilihan murah, meriah dan bisa untuk bersantai seluruh keluarga. Di Solo memang tak mudah mendapatkan tempat publik yang bisa untuk melepas penat dan lelah. Di Balekambang, pilihan yang tepat untuk itu.
Kami masuk ke taman hanya membayar karcis motor Rp 2000, tak ada pungutan lainnya di pintu masuk. Balekambang sudah sangat ramai paada pukul  10.00 ketika kami sampai. Di sepanjang taman tampak orang ramai sekali, ada yang sekedar jalan-jalan, duduk bercengkrama atau melakukan permainan keluarga.  Kerumunan orang yang duduk , ada yang di kursi taman yang terbuat dari besi tempa, ada juga yang duduk di rumput baik beralas tikar maupun tanpa alas. Ada juga sekelompok anak sekolah yang sedang ada kegiatan seperti lomba di beberapa tempat. Yang lainnya nampak beberapa anak naik kuda mengitari taman. Memang dengan luas taman yang lapang sekali, dilengkapi kuda yang bisa di sewa memutari  taman , menjadi daya tarik tersediri. Di dekat parkir  terdapat Gedung Kesenian Ketoprak Tradisional Balekambang dan kafe yang dikelola oleh seniman muda Solo. 
Salah satu sudut di taman Balekambang

Di taman juga terlihat beberapa ayam kalkun yang dibiarkan berkeliaran di taman dan sangat jinak, karena ketika di dekati tidak menjauh. Nah , di sebelah barat taman, ada danau yang  lumayan luas , dinamakan Kartini, dengan tepat di tengah-tengah danau ada patung perempuan dengan  tulisan Kartini. Di danau tersebut ada  perahu angsa yang dbisa di sewa dengan harga Rp 15.000 untuk sekali naik sekali putaran danau. Tampak perahu angsa tersebut ramai di sewa para keluarga.
Tepat di bagian paling barat sebelah selatan, terdapat taman Reptil, yang dibangun dengan dinding yang cukup tinggi sekitar 3 m. Kalau mau masuk ke taman Reptil, dipungut biaya Rp 5.000/orang. Meskipun tanpa karcis sama sekali. Dan kami berlima masuk di pungut biaya Rp 15.000 untuk dewasa 2 orang, anak kecil 2 orang dan anak 3 tahun. Cuma sayang sekali tanpa ada karcis barang selembar pun, dan nampaknya memang tak berkarcis resmi. Di sini saya nyakin tak ada laporan resmi ke APBD sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Tanpa karcis sebagai salah satu  bagian untuk  skrening jumlah uang masuk, gimana akan terkontrol?
Pengunjung taman Reptil cukup banyak, tetapi tidak padat sehingga pengunjung masih bisa leluasa untuk menikmati hewan yang di sana. Begitu masuk , ada sebuah kolam ikan kecil dengan ikan-ikannya, yang di tembok bagian atas kolam ada 1 ekor inguana yang cukup besar dengan panjang  hampir 1 meter sementara  1 inguana lainnya  nampak duduk nongkrong di atas batu besar diatas kolam. Kedua inguana tersebut nampak jinak dan cuek saja dengan orang-orang yang melihatnya. Ketika anak saya memegangnya, dia tak nampak terganggu. Masuk  ke kiri ada 4 ekor monyet yang 3 ekor di  2 kandang dan  1ekor di atas pohon dengan rantai panjang yang mengalungi lehernya.  Mereka nampak  tenang melihat orang-orang yang melihatnya. Di  bawah kera ada 2 ekor burung kiwi yang nampak lalu lalang ke sana kemari dengan tenang dan sesekali melihat orang-orang kemudian  sesekali mengambil jagung yang terjatuh di  bawah  sangkar burung. Beberapa sangkar burung  nampak ada di beberapa tempat dengan bermaacam-maacam burung  salah satunya kakaktua, dan yang lainnya kami tak tahu. Nah di sini kekurangan taman Reptil yang tak memberikan tulisan keterangan nama hewan sama sekali. Tak semua pengunjung tahu nama hewan yang dipajang, sehingga sebenarnya lebih baik  kalau ada nama di setiap kandang hewan sebagai  bagian dari informasi ke publik dan edukasi ke masyarakat terutama  anak-anak sekolah. Ada lagi area ular, dengan koleksi ular –ular yang bermacam-macam. Di kandang ular ini ada 1 keterangan nama ular yaitu phyton, sementara ular lainnya tak ada keterangan nama.  Pemeliharaan ular sepertinya tak diperhatikan , karena ular ditempatkan di  kandang kaca, menurut saya tak layak untuk habitat ular karena di kandang kaca yang  hanya  diberikan alas karpet berwarna hijau dan di sebelahnya di berikan air dengan baskom segipanjang (seperti loyang plastik ). Saya pikir tak layak tempat seperti itu untuk tempat tinggal ular. Ada lagi inguana, kadal, biawak yang di kaca.
Kemudian ada kandang burung, bebek, angsa, ayam kampung dan kelinci yang dibiarkan  berkeliaran. Secara keseluruhan, saya melihat taman Reptil tak pantas dengan nama taman Reptil, karena tak banyak reptil yang menghuninya, sebagian besar sekitar 60%  justru unggas yang  menjadi penghuni seperti burung, angsa, bebek, ayam.

Capek melihat koleksi di taman Reptil, kami keluar dan meneruskan niat untuk mencari rusa, karen anak terkecil saya selalu bilang rusa..rusa..mah rusa....
Oya, satu lagi, kami kesulitan mencari kran air untuk cuci tangan setelah memegang ular, inguana, burung Kiwi. Ya, mau tak mau kami ikut cucitangan di tempat penjual minuman di depan taman Reptil sambil membeli minuman. Di taman Balaikambang ada  beberapa penjual yang mangkal di beberapa bagian taman, sehingga kami tak kesulitan untuk membeli minuman/makanan.
Meskipun panas, kami tetap mencari rusa terutama ke bagian yang daun-daunan rimbun, berharap rusanya ada di sana. Tetapi sampai kami berjalan ke ujung, tak nampak ada rusa. Menurut informasi, beberapa saat lalu , rusanya sudah di pindah ke TSTJ. Jadi tak ada lagi rusa di Taman Balaikambang.

Saat adzan luhur terdengar, kami memutuskan untuk pulang, meskipun masih banyak  pengunjung yang  nampak masih asyik di taman bahkan beberapa ada pengunjung yang baru datang.  Kami segera meluncur ke arah selatan dan bersepakat makan siang di  Rumah Makan SS (Super Sambel) yang tak jauh dari Manahan. Ehm, makan siang hanya habis Rp 51.000 dengan menu sambal bawang, telur gombal gambul, cumi goreng, tempe goreng, cha kangkung, es teh, juice melon, es coklat. Ehm...yumi. Piknik yang murah meriah, tak lebih dari Rp 100.000 biayanya.


Tidak ada komentar: