Selasa, 08 Mei 2012

Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

Saya tak akan heran jika ponakan bu Menur juga akan melakukan perilaku yang sama dengan tantenya yaitu mengajak menginap pacarnya. Ponakan laki-lakinya yang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota saya, kemungkinan besar ikut-ikutan dengan sikap tantenya yang suka /sering mengajak nginap laki-laki yang konon pacarnya sebelum menikah. Ya, bu Menur, janda sudah dua kali , yang pertama meninggal dunia dengan meninggalkan anak lelaki berumur kurang dari 5 tahun waktu itu. Kemudian dia menikah lagi dengan laki-laki duda  , konon kabarnya dari Jakarta , tak mempunyai keturunan dengan Bu Menur dan sekitar tiga tahun yang lalu mereka cerai. Dari pernikahan dengan suami pertama yang kaya raya, di tinggal menjadi janda, bu Menur beruntung di tinggali warisan 3 rumah (yang 2 menjadi pabrik), mobil, usaha dan mestinya harta yang berlimpah. Sayang sekali, mungkin karena tidak terampil mengurus bisnis, sepeninggal suami, bisnisnya kacau bahkan kabarnya 2 pabrik sudah menjadi jaminan bank karena sejumlah hutang. Apalagi setelah menikah dengan suami kedua, yang di sini dia tidak bekerja, dan kabarnya dia malah di gaji oleh bu Menur setiap bulan untuk uang jajan, dibelikan motor baru dan kerjaan sehari-hari mengantar bu Menur ke tempat usaha (menjadi driver???).
Barangkali karena dia nggak punya kerjaan, semnetara bu Menur mengurus bisnisnya, konon kabarnya si suami (sebut saja pak Gombloh) malah bermain api dengan salah seorang perempuan di RT sebelah yang dia sudah mempuanyai suami dan anak. Kebenarannya kabar, saya tidak tahu, tetapi yang saya tahu, memang si perempaun itu sering ke rumah pak Gombloh dikala bu Menur tidak di rumah (rumah kosong). Saya tahu persis karena rumah Bu Menur tepat di depan rumah saya, hanya dipisahkan oleh jalan perumahan.
Singkat cerita, bu Menur dan pak Gombloh cerai, salah satunya karena setelah perselingkuhan terbongkar, pak Gombloh ke Jakarta untu bekerja, dan bu Menur kabarnya tak bisa meneruskan rumah tangga dengan kondisi berjauhan seperti itu.

Beberapa tahun kemudian, bu Menur di gosipkan mempunyai perilaku gak bener, seperti 'bisa dipakai' oleh orang lain dengan imbalan uang tentu saja. Kabarnya dia benar-benar kesulitan uang, karen bisnis nggak jalan, sementara 2 rumahnya masih menjadi jaminan bank dan rumah yang dia tempati susah di jual karena surat2nya susah di urus. Beberapa kali pernah dia tawarkan rumahnya bahkan diiklankan di koran, dan beberapa kali orang melihat dan ngasih DP, tetapi karena suratnya susah di urus, maka batal. Saya mulai percaya dia kesulitan uang, karena beberapa orang pernah datang menagih utang ke rumahnya dan saya yang tahu benar ada seorang ibu berumur sekitar 60 tahun yang beberapa kali datang . Si Ibu cerita ke saya kalau bu Menur sudah  tahunan hutang ke dia sejumlah Rp 50 jt (waktu itu suami yang pertama baru meninggal) , si ibu bahkan meminjam uang di bank demi bu Menur karena kasihan, dan pinjaman di bank dengan jaminan sertifikat rumahnya. Setiap bulan bunga dari pinjaman yang nutup si ibu itu, tetapi sampai sekarang bu Menur sama sekali tidak mencicil hutangnya bahkan sekedar bunga juga tidak. Si ibu sudah berulang kali menangih, tetapi selalu diberikan alasan saja.

Sekitar tahun lalu, tiba-tiba kalau hari Sabtu dan Minggu ada laki-laki dewasa berumur sekitar 48an tahun sellau menginap di rumah bu Menur, dan setelah saya perhatikan dia ternyata sebut saja pak Koya yang ternyata dia pernah menjadi teman kuliah saya. Waktu kuliah dulu, dia sudah punya istri dan 3 anak yang besar-besar. Dulu dia kerja menjadi petugas keamanan di salah satu bank. Saya terkejut seklai, karen asetahu saya pak Koya sudah berumah tangga. Kepada saya ketika saya tanyakan bu Menur cerita kalau pak Koya itu saudaranya. Tetapi bahasa tubuhnya mengisaayartkan kalau dia itu bohong. Sementara kepada beberapa tetangga, bu Menur cerita kalau pak Koya, pegawai salah satu bank di Tegal adalah calon suaminya. Dan anehnya dia tak punya malu untuk menginapkan pak Koya setiap sabtu dan minggu di rumahnya. Kabar yang berhembus, pak Koya sudah menduda sejak beberapa tahun lalu. Jadi dia tak lagi tinggal di Solo dengan istri dan ketiga anaknya yang sudah dewasa(kuliah dan SMA).
Amboi, sungguh mengherankan sekali dan betapa tak tahu malunya dia dengan bangga bisa mempunyai pacar seorang yang mempunyai kedudukan bagus dalam pekerjaannya.  Singkat cerita , karena sudah di tegur berkali-kali untuk tidak menginapkan lelaki dewasa yg bukan muhrimkan tidak di gubris, pada suatu hari rumahnya di gebrek bapak-bapak dan pada waktu itu pak Koya bermalam di rumahnya. Ajaib sekali, bu Menur tanpa malu dan rikuh tetap tidak mau mnegelurakan pak KOya dari rumahnya. Dan dia mengaku hanya dua kali menginapkan lelaki itu. Pun ketika dia di sidang oleh ibu-ibu ketika rapat PKK, dia hanya mengaku baru 2 kali menginapka lelaki itu. Padahal pastinya lebih dari 8 kali pak Koya nginap di situ. Saya tahu persis dan saksi hidup(kan depan rumah). OMG .....saya malah yang malu. Beberapa waktu yang lalu saya mendapat informasi dari teman kuliah kalau ternyata pak Koya sudah ber-haji lho (tapi kok kayak gitu perilakunya?...)

Pasca di gerebek , waktu bulan puasa tahun lalu , mereka menikah(katanya, ada tetangga yang di undang dan dia bagi-bagi nasi kardus tanda syukuran) dan anehnya justru setelah menikah pak Koya malah jarang menginap di situ. Bu Menur ikut ke rumah suaminya , tetapi dia terkadang pulang. Nah, kalau pas di rumah beberapa hari, pak Koya tak menampakkan batang hidungnya.

Nah, makanya tak heran kalau ponakan berani membawa menginap pacarnya karena pastinya meniru tantenya. Ponakan itu benar-benar tak tahu sopan santun, kalo ada orang (warga komplek) ketemu, dia sama sekali nggak mau nyapa, nggak senyum. Parah dan sok banget. Eh, malah berani bawa cewek nginap. Suami kasih tahu ke tetangga dan pak RT, tetapi ternyata tetangga sudah ada yang tahu juga karena memergoki ceweknya pulang pagi-pagi dari situ. Olala ternyata jadi rahasia umum. Tapi ketika mau direncana untuk di gerebek, si ponakan kemudian nggak nongol lagi. Asumsinya sudah ada tetangga yang lapor ke bu Menur (karena ada tetangga yang cs-nya bu Menur).

Ternyata ibarat pepatah, " buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya" ada benarnya juga. Orang akan belajar dari lingkungan/orang terdekat. Jadi, mestinya kita bisa berhati-hati dalam bersikap terutama kalau sampai menjadi pelajaran (tanpa sadar) buat keluarga terdekat kita................

Tidak ada komentar: