Jika
di desa interaksi sosial antar warganya masih
sangat kuat karena budaya, kebiasaan, adat istiadat pedesaan, di
perkotaan hal tersebut juga masih ditemukan meskipun tidak sekuat di desa. Coleman (1988) menegaskan bahwa modal sosial
dapat berwujud pada tiga bentuk. Yaitu pertama
kewajiban(obligations) dan harapan (expectations) yang tergantung pada
kepercayaan(trustworthiness) pada lingkungan sosial. Kedua kapasitas informasi
yang mengalir dari struktur sosial untuk menyediakan basis tindakan , ketiga
kehadiran norma yang di dampingi dengan sangsi efektif. Menurut Coleman sebuah komunitas manusia selalu perlu
kepercayaan bersama (shared beliefs) sebagai “bahan bakar” penting bagi
tindakan kolektif. Secara khusus beliefs ini sangat erat berkaitan dengan
alur informasi dalam sebuah jaringan. Coleman mengatakan bahwa segala hal yang
dipercaya oleh sebuah komunitas selalu berkaitan dengan segala informasi yang
masuk ke, dan keluar dari, komunitas itu. Di masyarakat perkotaan tingkat
kepercyaan antar warga masih cukup tinggi, terbukti dalam berbagai aktivitas
seperti RT, PKK masih jalan dengan baik. Kepercayaan yang terbangun antar
individu masyarakat akan menjadi modal sosial yang sangat besar untuk membentuk
dan mengembangkan masyarakat yang lebih baik ke depan.
Menurut Putnam
komponen modal sosial terdiri dari kepercayaan (trust), aturan-aturan
(norms) dan jaringan-jaringan kerja(networks) yang dapat memperbaikai efisiensi
dalam suatu masyarakat melalui fasilitas tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Pemikiran dan teori tentang modal sosial
memang didasarkan pada kenyataan bahwa “jaringan antara manusia” adalah bagian
terpenting dari sebuah komunitas. Jaringan ini sama pentingnya dengan alat
kerja (disebut juga modal fisik atau physical capital) atau pendidikan
(disebut juga human capital). Secara bersama-sama, berbagai modal ini
akan meningkatkan produktivitas dan efektivitas tindakan bersama.
Sikap egois dan mau menang sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain, merecoki salah satu tetangga di perumahanku. Merasa paling kaya, tetapi pelitnya minta ampun, merasa berhak menghentikan roda ekonomi dari salah satu tetangga yang selama ini mengandalkan berputarnya ekonomi keluarga dengan berdagang kecil-kecilan. Berbagai alasan menjadi hal yang membuat tertawa sinis kalau mendengarnya. Terganggu di malam hari karena suara TV dan suara orang berbincang di tengah malam, tidak bisa masuk rumah karena terhalang motor pembeli. Pun merasa terganggu polusi udara karena knalpot mobil tetangga masuk ke rumahnya yang dipasangi AC. Aturan sosial, kepercayaan yang selama ini terjalin diantara warga mulai trekoyak dengan keangkuhan dan egoisme dari si Sok Kaya. Barangkali si Sok Kaya tidak pernah berpikir kalau hidup tak selamanya diatas, roda kehidupan berputar terus. Hari ini si Sok Kaya diatas dengan 3 mobil rentalnya, tetapi belum tentu esko hari dia akan bisa tertawa pongah dan mentertawakan tetangganya yang lebih tidak mampu dari dia, karena barangkali esok hari dia akan terpuruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar