Hiburan dangdutan memang diharapan mampu menarik perhatian massa
sehingga massa mau bergabung untuk bersenang-senang. Tidak peduli massa
calon pemilih yang sesungguhnya atau hanya massa bohong-bohongan.
Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.
Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.
Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan. Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**
Hampir semua parpol peserta pemilu 2014 ini mengundang penyanyi dangdut pada saat kampanye terbuka. Parpol tersebut mengundang penyanyi dangdut ke kampanye terbuka tanpa memikirkan massa yang mendatangi acaranya. Ada sejumlah parpol yang (entah segaja atau tidak) melibatkan anak-anak kecil tutur dalam kampanye terbuka. Dari anak kecil yang diajak orangtuanya dengan alasan terpaksa di ajak karena tidak ada yang mengasuh, sampai anak kecil yang datang sendiri karena tertarik dengan hiburan gratis.
Keterlibatan anak-anak di bawah umur ini nampaknya tidak didasari betul oleh Parpol ybs, sehingga hiburan dangdut yang disajikan tidak memikirkan dampak bagi anak-anak tersebut. Pakaian yang dipakai penyanyi dangdut biasanya mencolok, seksi (cenderung seronok), pendek, memperlihatkan sebagian anggota auratnya, dan mirisnya dengan pakaian yang serba minim tersebut mereka bergoyang dengan seksi dan seronok. Tak terlihat risih, malu, sungkan karena tidak hanya di tonton oleh petinggi Parpol tetapi juga masyarakat dan anak-anak kecil. Bahkan sejumlah penyanyi dangdut tak canggung turun panggung dan mengajak massa bergoyang. Sekali lagi dengan goyangan yahud dan menantang.
Kampanye terbuka yang dilakukan Parpol dengan melibatkan penyanyi dangdut (tanpa larangan berpakaian seksi dan bergoyang seronok) adalah pendidikan politik yang tidak mendidik, bahkan menyesatkan. Mestinya kampanye terbuka menjadi ajang pendidikan politik yang baik untuk masyarakat. Parpol mempunyai tanggungjawab untuk ikut mencerdaskan dan mendewasakan masyarakatnya, bukan malah menyesatkan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tidak pantas di cekoki dengan hiburan erotis yang tidak ada manfaatnya. Kalau memang mau memasang artis berpenampilan seksi dan bergoyang yahud dalam kampanye terbuka, mestinya Parpol melakukan langkah untuk melarang anak-anak terlibat dalam kampanye tersebut. Itu baru langkah cerdas dan mendidik.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar