Dok. Suci |
Kemiskinannya membuat Nyi Randa terlihat lebih cepat tua dari
usianya. Semakin hari ia semakin tua dan tubuhnya mudah lelah. Sebenarnya Nyi
Randa ingin mempunyai seorang anak laki-laki yang bisa membantunya sehingga ia
bisa istirahat. Dia ingin suatu ketika bisa beristirahat saat tubuhnya sudah
tidak mampu bekerja lagi. Oleh karena itu setiap hari ia tidak pernah lelah
berdoa agar Tuhan memberinya anak.
Suatu hari, saat pulang kerja tanpa
segaja Nyi Randa menemukan sebuah kendil[1]
tergeletak di jalan. Ia membawanya
pulang. Lumayan, masih bisa digunakan
untuk memasak, batin Nyi Randa sambil meletakkan kendil di dapur. Tiba-tiba
Wusssss…. Sebuah asap putih mengepul
dari kendil itu dan berubah wujud. Tiba-tiba
kendil itu berdiri dan berubah menjadi seorang anak laki-laki yang pendek,
kecil dan bermuka hitam seperti kendil.
Alangkah suka citanya Nyi Randa mendapatkan seorang anak
laki-laki, yang telah lama diharapkannya. Nyi Randa riang gembira karena
do’anya terkabul. Anak laki-laki itu dinyakininya merupakan titipan Yang Maha
Kuasa sehingga harus dirawatnya dengan baik. Meskipun berwajah buruk tetapi Nyi
Randa tetap bersyukur. Ia merasa Tuhan telah mendengarkan do’anya. Ia memanggil
anak itu dengan nama Joko Kendil.
Joko Kendil tumbuh menjadi anak yang periang, rajin dan suka
menurut apa yang dikatakan Nyi Randa. Selain itu dia juga tidak kenal lelah bekerja membantu Nyi
Randa. Meskipun tubuhnya kecil, tetapi kekuatannya besar dan rasanya tidak
kenal lelah.
“Simbok di rumah saja, istirahat.
Kendil akan mencari makan,” kata Joko Kendil.
“Kamu akan kemana?” tanya Nyi Randa
menatap cemas anaknya. Dengan tinggi kurang dari satu meter, pekerjaan apa yang
bisa dikerjakan Kendil? Batinya cemas. Selama ini dia selalu menemani Kendil
kemanapun pergi. Nyi Randa bekerja dengan dibantu anaknya. Kalau hanya pergi
sendiri, dia menjadi cemas.
“Do’akan saja ya, Mbok.” Jawab
Kendil berpamitan. Dia tidak tega melihat Nyi Randa yang semakin tua tetap
bekerja. Joko Kendil bertekad untuk membuat Nyi Randa nyaman di rumah.
**
Joko Kendil pergi ke sebuah rumah yang sedang mempersiapkan
mengelar pesta pernikahan. Dia pergi ke dapur melihat berbagai macam kesibukan.
Orang-orang tampak sibuk memasak berbagai macam masakan untuk hidangan para
tamu yang datang. Joko Kendil duduk diam
sambil memperhatikan mereka. Selama ini dia belum pernah melihat orang sibuk masak
seperti itu.
“Hei, Yu, daging ini mau ditaruh di
mana? Aku kehabisan kendil,” teriak salah satu ibu sambil membawa daging sapi
yang akan dimasak.
“Coba kamu cari disitu. Mungkin
masih ada kendilnya,” jawab ibu yang lainnya. Semua saling sibukm tak sempat
memperhatikan dengan baim apa yang ada di dapur. Ketika melihat kendil yang
hitam tetapi tidak ada isinya, ibu itu memasukkan daging ke dalamnya. Dia tidak
menyangka kalau kendil itu adalah Joko Kendil yang sedang duduk. Joko Kendil
memang unik, setiap saat tubuhnya bisa berubah menjadi kendil sehingga orang
pasti akan menyangka ia sebuah kendil.
“Ini Yu. Untung saja ada kendil
kosong disini,” kata ibu tadi lega melihat dagingnya sudah mendapatkan tempat.
Joko Kendil melonggo tidak tahu
mesti berbuat apa. Dia terpaksa hanya diam saja menunggu ibu tadi mengambil
daging yang ada ditubuhnya. Tetapi sampai menjelang siang, ibu tadi belum juga
mengambil daging karena sibuk memasak lainnya.
Karena
capek, terpaksa Joko Kendil pulang ke rumah sambil membawa daging yang cukup
banyak. Dia tidak bermaksud mencuri tetapi dia tidak bisa mengalihkan daging
yang bertumpuk itu.
Saat pulang, Nyi Randa terkejut
melihat Joko Kendil membawa makanan. Dia senang sekaligus cemas melihat anaknya
pulang dengan selamat.
Sejak
saat itu setiap harinya Joko Kendil
selalu pulang membawa makanan yang enak-enak. Sejak saat itu Nyi Randa tidak
usah bekerja keras karena Joko Kendil telah mengambil alih pekerjaanya.
Meskipun ia hanya anak pungut dan badannya kecil serta jelek tetapi ia anak
yang berbakti dan selalu meringankan pekerjaan ibunya.
**
Suatu ketika, ada
sebuah perjamuan yang diadakan Raja di istananya. Semua rakyat diundang oleh
raja karena itu perjamuan pesta rakyat.
Sudah bertahun-tahun Raja mengadakan acara serupa. Nyi Randa dan Joko Kendil tidak lupa ikut
berbaur dengan rakyat lainnya menikmati pesta rakyat. Dimana-mana makanan dan
minuman melimpah ruah. Semua rakyat senang karena kebagian makanan dan
menikmati berbagai pertunjukan hiburan. Rasanya tidak ada yang tidak senang
dengan acar tersebut.
Saat
Nyi Randa asyik menikmati berbagai hiburan dan merasakan semua makanan yang
dihidangkan para pelayan, Joko Kendil menyelinap masuk ke dapur. Seperti
biasanya, dia duduk diam. Saat itu, entah kenapa ada seorang juru masak yang
berteriak membutuhkan tempat untuk masakannya. Semua kendil telah penuh. Juru masak binggung,
dia harus segera menyelesaikan masakan kalau tidak mau dihukum kepala dapur.
Joko Kendil hanya diam
saja tidak beranjak dari tempatnya semula. Juru masak melihat kendil hitam
jelek dan tampak usang yang tak lain adalah tubuh Joko Kendil, berteriak
senang. Bagi dia disaat yang seperti
itu, tidak masalah mengambil kendil jelek untuk tempat masakannya.
“Biarin
saja, jelek nggak masalah. Aku sangat membutuhkan kamu. Masakan ini harus
segera siap dihidangkan. Aku bersyukur bisa menemukanmu,” kata juru masak pelan
sambil meraih kendil. “Berkat kamu aku
terhindar dari hukuman kepala dapur,” batin juru masak sambil tersenyum lega.
Saat itu tiba-tiba saja kendil yang diambil juru masak menghilang dan berubah
menjadi pangeran tampan yang tersenyum
sambil menjura memberi hormat.
Juru
masak terkejut dan berkali-kali mengucek matanya untuk menyakinkan kalau sedang
bermimpi.
“Paman
tidak sedang bermimpi. Terimakasih paman. Karena paman membutuhkan saya, maka
kutukan jahat yang bertahun-tahun menimpa saaya telah lenyap. Saya seorang
pangeran dari negri sebrang,” kata pangeran tampan sambil tersenyum.
Juru
masak senang setelah mendengar penjelasan singkat pangeran tersebut. Setelah berterimakasih, pangeran jelmaan Joko
Kendil mencari Nyi Randa. Alangkah terkejutnya Nyi Randa mendengar kisah Joko
Kendil yang ternyata pangeran tampan bernama Raden Handaka. Maka Nyi Randa diajak
Pangeran Handaka untuk tinggal di istananya. Sejak saat itu hidup Nyi Randa
menjadi bahagia sampai akhir hayatnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar