Senin, 06 Juli 2015

Putri Roro Jonggrang

            Alkisah, ada putri cantik jelita bernama Roro Jonggrang, anak dari seorang raja di tanah Jawa. Selain cantik, ia juga ramah dan baik hati. Kecantikannya termasyur di seantero kerajaan  bahkan sampai ke kerajaan  tetangga. Tak heran banyak pangeran yang ingin menjadikannya permaisuri. Tak trekecuali Bandung Bondowoso, seorang pengeran gagah, sakti mandraguna.
gambar :https://www.google.co.id/search?q=Gambar+makhluk+luar


                  Sayang sekali, dari sekian banyak pangeran yang meminang, Roro Jonggrang belum menjatuhkan pilihannya. Persyaratan yang disampaikan Roro Jonggrong terlalu berat sehingga belum ada seorangpun yang sanggup memenuhinya
            Pada hari yang telah ditentukan, Bandung Bondowoso datang melamar Roro Jonggrang. Sang Raja terpesona dengan ketampanan dan kegagahan Bandung Bondowoso. Dia merasa senang dan berharap putrinya mau dipersunting. Tetapi Sang raja mempersilahkan putrinya untuk menjawab langsung.
Sama seperti lamaran sebelumnya, Roro Jonggrong berusaha menampik dengan hati-hati dan halus. Sebetulnya dia belum ingin bersuami, tetapi  tidak berani mengutarakn keinginan hatinya kepada orangtuanya. Saat itu, seorang remaja putri yang bernajak dewasa  memang harus segera dicarikan jodoh terlebih seorang putri raja. Tidak elok kalau tidak segera mendapatkan jodoh. Maka tak ada jalan lain untuk menolak halus selain dengan cara mmeberikan syarat yang susah untuk diwujudkan.
            Saat Bandung Bondowoso mengutarakan niatnya, Roro Jonggrang minta syarat kepada Bandung Bondowoso yaitu agar dibuatkan seribu candi dalam satu malam.
            “Kalau pangeran bisa membuatkan seribu candi dalam satu malam, hamba bersedia menjadi istri pangeran,” kata Roro Jonggrang halus.
Bandung Bondowoso menatap putri cantik di depannya dengan terkejut. Sungguh tidak masuk akal permintaan sang putri. Tetapi demi melihat paras putri yang cantik jelita, kulit yang halus dan  tutur kata yang lembut mendayu-dayu, tak pelak membuat semangat Bandung Bondowoso tumbuh berlipat. Tanpa berpikir panjang dia mengiyakan syarat yang diajukan sang putri.
“Baiklah, putri. Saya bersedia menerima syarat yang kamu ajukan. Saya akan membangun candi sejumlah seribu dalam satu malam,” kata Bandung Bondowoso mantap dan penuh percaya diri.
Sesungguhnya Roro Jonggrang tergetar hatinya melihat ketampanan Bandung Bondowoso. Baru kali ini dia merasa senang dan tertarik dengan seorang pangeran. Dia berharap bisa mendampingi pangeran tampan di depannya. Tetapi dia tetap ingin menguji apakah pangeran tampan itu juga sakti mandraguna. Di sisi lain, Roro Jonggrang memang suka tantangan, dia tidak ingin mempunyai suami yang tidak mempunyai kesaktian tinggi.
“Ingat, Pangeran. Hanya dalam satu malam saja. Kalau sampai kurang satu buah saja, perjanjian kita batal. Saya tidak akan mau dipersunnting pangeran,” pesan Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso tersenyum sambil mengundurkan diri.

Setelah meninggalkan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso menyepi dan bersemadi. Dia mengerahkan seluruh kesaktiannya untuk memohon petunjukNya. Dan saat itulah datang sejumlah bantuan dari ratusan jin yang pernah ditaklukkannya. Para Jin berjanji akan membantu Bandung Bondowoso untuk membangun candi.
Tibalah malam yang telah ditentukan. Bertempat di sebuah pelataran yang luas, Bandung Bondowoso duduk mengambil tempat yang sepi. Dia mengerahkan kemampuan memanggil jin yang telah bersedia membantunya. Malam itu ratusan jin membangun candi. Dengan cepat sejumlah candi berhasil berdiri dengan kokoh. Bandung Bondowoso tersenyum puas sambil mengamati jin yang bekerja. Dia nyakin semua permintaan Roro Jonggrang akan terpenuhi melihat kecepatan para jin dalam bekerja.
Sementara itu, ditempat terpisah, Roro Jonggrang melihat pembuatan candi dari kejauhan dengan sikap gelisah. Entah mengapa dia dilanda kecemasan.  Roro Jonggrang melihat kesaktian Bandung Bondowoso yang luar biasa kelak bisa mengoyahkan kedudukan ayahnya. Dia tidak siap jika kelak pangeran itu menyakiti hati ayahnya. Bukankah suamiya kelak akan menjadi pewaris kerajaan mengantikan kedudukan ayahnya? Roro Jonggrang was-was kalau dengan kesaktian Bandung Bondowoso akan mengantikan ayahnya sebelum waktunya. Menyadari hal itu, mendadak  dia tidak ingin dipersunting Bandung Bondowoso. Lenyaplah sudah keinginan dan ketertarikannya dengan ketampanan dan kegagahan pangeran sakti itu.

            Semalaman Roro Jonggrang tidak bisa memejamkan mata, ia sangat khawatir Bandung Bondowoso mampu memenuhi syarat yang diajukannya. Tepat menjelang dini hari, hampir seribu candi sudah berdiri kokoh membuat Roro Jonggrong menciut ketakutan.  Ia menangis sambil berpikir keras. Sedapat mungkin dia akan berusaha menghalangi keberhasilan Bandung Bandowoso.
            “Mbok Emban, saya yakin sebentar lagi pangeran itu mampu membuat seribu candi. Kalau sampai hal itu terjadi  bagaimana dengan saya?”  ratap Roro Jonggrang berlinang air mata.
            “Putri Roro Jonggrong. Itu sudah menjadi permintaan paduka. Kalau sampai Bandung Bondowoso mampu, itu artinya sudah menjadi takdir paduka menjadi istrinya. Oleh karena itu paduka  harus sanggup menjalaninya.” Tutur Mbok Emban, pengasuh Roro Jonggrang dengan  lembut.
            “Tapi, Mbok? Saya belum mau mempunyai suami. Lagipula kalau sampai pangeran itu menjadi suami saya, suatu saat dia bisa mengambil alih kedudukan ayah. Kasihan sekali ayah.” Kata Roro Jonggrang sambil terus terisak.
            “Tidak baik melanggar janji. Lakukan saja dengan ikhlas, semoga paduka meraih kebahagiaan.” Mbok Emban mengelus rambut panjang Roro Jonggrang dengan penuh rasa sayang.
            Tetapi Roro Jonggrang tidak mengindahkan nasehat pengasuhnya, ia mencari akal untuk mengagalkan usaha Bandung Bondowoso. Maka ia meminta Mbok Emban untuk memukul palu agar membangunkan ayam. Tak lama kemudian saat palu di pukulkan pada lesung, bunyi ayam jantan berkokok bersahutan, tanda pagi sudah datang.
            Mendengar ayam berkokok, ratusan jin yang membantu membangun candi lari tunggang langgang. Bandung Bondowoso kaget sekaligus marah saat tahu kalau itu semua perbuatan Roro Jonggrang yang berusaha mengingkari janji.
 Saat Roro Jonggrang menghitung jumlah candi dan  ternyata kurang satu buah, dengan marah Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi. Sekarang genaplah candi menjadi seribu buah.
            Roro Jonggrang menyesal dan hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ia memohon kepada Tuhan agar mengembalikan tubuhnya seperti semula.
            Tetapi nasi sudah menjadi bubur, tidak ada gunanya menyesali keputusan yang telah terucap. Meskipun sakti, Bandung Bondowoso tidak mampu membatalkan sumpahnya. Meskipun dia menyesal melihat putri yang dicintainya menjadi candi, tetapi dia tidak bisa  berbuat apa-apa.
            Sejak saat itu masyarakat bisa menyaksikan seribu candi  yang terletak di Prambanan Klaten Jawa Tengah. Candi megah itu tetap berdiri kokoh sampai saat ini. ***

Tidak ada komentar: