gambar :https://www.google.co.id/search?q=Gambar+makhluk+luar |
Sayang sekali, dari sekian banyak pangeran yang meminang, Roro Jonggrang belum menjatuhkan pilihannya. Persyaratan yang disampaikan Roro Jonggrong terlalu berat sehingga belum ada seorangpun yang sanggup memenuhinya
Pada hari yang telah ditentukan,
Bandung Bondowoso datang melamar Roro Jonggrang. Sang Raja terpesona dengan
ketampanan dan kegagahan Bandung Bondowoso. Dia merasa senang dan berharap
putrinya mau dipersunting. Tetapi Sang raja mempersilahkan putrinya untuk
menjawab langsung.
Sama
seperti lamaran sebelumnya, Roro Jonggrong berusaha menampik dengan hati-hati
dan halus. Sebetulnya dia belum ingin bersuami, tetapi tidak berani mengutarakn keinginan hatinya
kepada orangtuanya. Saat itu, seorang remaja putri yang bernajak dewasa memang harus segera dicarikan jodoh terlebih
seorang putri raja. Tidak elok kalau tidak segera mendapatkan jodoh. Maka tak
ada jalan lain untuk menolak halus selain dengan cara mmeberikan syarat yang
susah untuk diwujudkan.
Saat Bandung Bondowoso mengutarakan
niatnya, Roro Jonggrang minta syarat kepada Bandung Bondowoso yaitu agar
dibuatkan seribu candi dalam satu malam.
“Kalau pangeran bisa membuatkan
seribu candi dalam satu malam, hamba bersedia menjadi istri pangeran,” kata
Roro Jonggrang halus.
Bandung Bondowoso menatap putri cantik di depannya dengan
terkejut. Sungguh tidak masuk akal permintaan sang putri. Tetapi demi melihat
paras putri yang cantik jelita, kulit yang halus dan tutur kata yang lembut mendayu-dayu, tak
pelak membuat semangat Bandung Bondowoso tumbuh berlipat. Tanpa berpikir
panjang dia mengiyakan syarat yang diajukan sang putri.
“Baiklah, putri. Saya bersedia menerima syarat yang kamu
ajukan. Saya akan membangun candi sejumlah seribu dalam satu malam,” kata
Bandung Bondowoso mantap dan penuh percaya diri.
Sesungguhnya Roro Jonggrang tergetar hatinya melihat
ketampanan Bandung Bondowoso. Baru kali ini dia merasa senang dan tertarik
dengan seorang pangeran. Dia berharap bisa mendampingi pangeran tampan di
depannya. Tetapi dia tetap ingin menguji apakah pangeran tampan itu juga sakti
mandraguna. Di sisi lain, Roro Jonggrang memang suka tantangan, dia tidak ingin
mempunyai suami yang tidak mempunyai kesaktian tinggi.
“Ingat, Pangeran. Hanya dalam satu malam saja. Kalau sampai
kurang satu buah saja, perjanjian kita batal. Saya tidak akan mau dipersunnting
pangeran,” pesan Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso tersenyum sambil mengundurkan diri.
Setelah meninggalkan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso
menyepi dan bersemadi. Dia mengerahkan seluruh kesaktiannya untuk memohon
petunjukNya. Dan saat itulah datang sejumlah bantuan dari ratusan jin yang
pernah ditaklukkannya. Para Jin berjanji akan membantu Bandung Bondowoso untuk
membangun candi.
Tibalah malam yang telah ditentukan. Bertempat di sebuah
pelataran yang luas, Bandung Bondowoso duduk mengambil tempat yang sepi. Dia
mengerahkan kemampuan memanggil jin yang telah bersedia membantunya. Malam itu
ratusan jin membangun candi. Dengan cepat sejumlah candi berhasil berdiri
dengan kokoh. Bandung Bondowoso tersenyum puas sambil mengamati jin yang
bekerja. Dia nyakin semua permintaan Roro Jonggrang akan terpenuhi melihat
kecepatan para jin dalam bekerja.
Sementara itu, ditempat terpisah, Roro Jonggrang melihat
pembuatan candi dari kejauhan dengan sikap gelisah. Entah mengapa dia dilanda
kecemasan. Roro Jonggrang melihat
kesaktian Bandung Bondowoso yang luar biasa kelak bisa mengoyahkan kedudukan ayahnya.
Dia tidak siap jika kelak pangeran itu menyakiti hati ayahnya. Bukankah suamiya
kelak akan menjadi pewaris kerajaan mengantikan kedudukan ayahnya? Roro
Jonggrang was-was kalau dengan kesaktian Bandung Bondowoso akan mengantikan
ayahnya sebelum waktunya. Menyadari hal itu, mendadak dia tidak ingin dipersunting Bandung
Bondowoso. Lenyaplah sudah keinginan dan ketertarikannya dengan ketampanan dan
kegagahan pangeran sakti itu.
Semalaman Roro Jonggrang tidak bisa
memejamkan mata, ia sangat khawatir Bandung Bondowoso mampu memenuhi syarat
yang diajukannya. Tepat menjelang dini hari, hampir seribu candi sudah berdiri
kokoh membuat Roro Jonggrong menciut ketakutan.
Ia menangis sambil berpikir keras. Sedapat mungkin dia akan berusaha
menghalangi keberhasilan Bandung Bandowoso.
“Mbok Emban, saya yakin sebentar
lagi pangeran itu mampu membuat seribu candi. Kalau sampai hal itu terjadi bagaimana dengan saya?” ratap Roro Jonggrang berlinang air mata.
“Putri Roro Jonggrong. Itu sudah
menjadi permintaan paduka. Kalau sampai Bandung Bondowoso mampu, itu artinya
sudah menjadi takdir paduka menjadi istrinya. Oleh karena itu paduka harus sanggup menjalaninya.” Tutur Mbok Emban,
pengasuh Roro Jonggrang dengan lembut.
“Tapi, Mbok? Saya belum mau mempunyai
suami. Lagipula kalau sampai pangeran itu menjadi suami saya, suatu saat dia
bisa mengambil alih kedudukan ayah. Kasihan sekali ayah.” Kata Roro Jonggrang
sambil terus terisak.
“Tidak baik melanggar janji. Lakukan
saja dengan ikhlas, semoga paduka meraih kebahagiaan.” Mbok Emban mengelus
rambut panjang Roro Jonggrang dengan penuh rasa sayang.
Tetapi Roro Jonggrang tidak
mengindahkan nasehat pengasuhnya, ia mencari akal untuk mengagalkan usaha
Bandung Bondowoso. Maka ia meminta Mbok Emban untuk memukul palu agar
membangunkan ayam. Tak lama kemudian saat palu di pukulkan pada lesung, bunyi
ayam jantan berkokok bersahutan, tanda pagi sudah datang.
Mendengar ayam berkokok, ratusan jin
yang membantu membangun candi lari tunggang langgang. Bandung Bondowoso kaget
sekaligus marah saat tahu kalau itu semua perbuatan Roro Jonggrang yang
berusaha mengingkari janji.
Saat Roro Jonggrang
menghitung jumlah candi dan ternyata
kurang satu buah, dengan marah Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang
menjadi candi. Sekarang genaplah candi menjadi seribu buah.
Roro Jonggrang menyesal dan hanya
bisa menangis meratapi nasibnya. Ia memohon kepada Tuhan agar mengembalikan
tubuhnya seperti semula.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur,
tidak ada gunanya menyesali keputusan yang telah terucap. Meskipun sakti,
Bandung Bondowoso tidak mampu membatalkan sumpahnya. Meskipun dia menyesal
melihat putri yang dicintainya menjadi candi, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Sejak saat itu masyarakat bisa
menyaksikan seribu candi yang terletak
di Prambanan Klaten Jawa Tengah. Candi megah itu tetap berdiri kokoh sampai
saat ini. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar