Rabu, 26 Agustus 2015

Jangan Sepelekan Minta Maaf Ke Pasangan

'Maaf'' sebuah kata sederhana, biasa saja, sepele, tak jarang tidak kita perhatikan secara serius.

Kami ...


Di satu sisi ada orang yang ‘malas’ dan pelit untuk mengucapkan kata maaf, karena menganggap itu nggak penting, merasa tidak melakukan kesalahan fatal sehingga tidak perlu minta maaf.
Sementara di sisi lain  ada orang-orang yang dengan mudah menghamburkan kata ma’af tanpa dirasakan kedalaman makna dari maaf itu sendiri, sehingga kesannya hanya kata saja yang terlontar di bibir, terasa ringan , mudah diucapkan dan merasa sudah selesai , sudah plong saat sudah ada kata maaf. Sehingga kesannya maaf hanya sekedar formalitas saja.  Meskipun pasti banyak juga orang yang mengatakan kata maaf dengan ketulusan hati dan niat sungguh-sungguh disertai hati yang jernih dan dada lapang.

Mungkin kita dengan mudah meminta maaf kepada orang lain, tanpa beban dan tulus. Bahkan merasa sudah sewajarnya minta maaf kepada orang lain , entah itu saudara, teman, tetangga, kenalan dll.

Tetapi adakah yang ‘lupa’ untuk meminta maaf kepada pasangan?  Meski terkesan sepele, terkadang kita melupakan bahwa jika ada suatu kesalahan/ hal yang kurang berkenan di hati pasangan kita (terutama suami/istri) kita seharusnya juga minta maaf.

Dari beberapa obrolan ringan dengan beberapa teman/ tetangga/saudara, sebagian besar mereka  merasa tidak perlu minta maaf kepada pasangan masing-masing. Jawaban yang mencegangkan adalah karena mereka merasa sudah  ‘bukan orang lain lagi’ , ‘sudah keluarga sendiri’, ‘ pasangan sudah menjadi bagian dari kita’  sehingga merasa sah dan wajar saja jika tidak perlu minta maaf pada pasangan.

Dan yang lebih membuat saya terkejut saat ada yang bahkan saat hari raya idul fitri (bagi yang muslim) pun mereka tidak minta maaf kepada pasangan. Padahal mereka minta maaf kepada orangtua, sauadara, tetangga, teman, dlll lho. Sementara kepada pasangan mereka bisa’lupa’? 

Alasan yang disampaikan, bagi suami menganggap seharusnya istrilah yang minta maaf terlebih dahulu, baru suami yang minta maaf. Sementara bagi istri merasa ya sudah nggak perlulah, lha wong setiap hari ketemu dan merasa suami sudah bukan orang lain lagi. What? Justru karena setiap hari ketemu itu memungkinkan banyak kesalahan dan khilaf tho (batin saya).

Saya pernah mendengar  cerita sebuah keluarga saat mereka berantem hebat dan diambang perpisahan. Suami dengan kata-kata kasar mengungkit kepada istrinya kalau selama mereka menikah puluhan tahun, tidak pernah sekalipun istrinya minta maaf bahkan tidak juga di hari idul fitri. Suami merasa tidak diperlakukan sebagai seorang suami, tidak di uwongke, tidak di hargai sebagaimana mestinya. Wah ini gawat.

Bagi saya, permintaan maaf kepada  pasangan itu sangat..sangat penting. Bahkan penting sekali. 

Pertama, Meskipun sudah menjadi bagian dari diri kita, tetapi pasangan tetap orang lain yang mempunyai perasaan halus dan pasti ingin dihargai selayaknya orang lain. Jangan menganggap itu tidak penting. Maka tetaplah minta maaf kalau ada khilaf.

Kedua, suami istri biasanya setiap hari bertemu, berkumpul. Bisa dipastikan ada hal-hal yang kurang berkenan di hati masing-masing. Apa salahnya memulai terlebih dahulu ntuk minta ma’af, toh itu juga tidak akan menurunkan harga diri kita. Buat apa gengsi? Justru dengan legowo/lapang dada untuk minta ma’af terlebih dahulu itu adalah sikap mulia.

Ketiga, dengan ringannnya hati, pikiran dan bibir kita berucap ma’af, akan menambah keharmonisan dalam rumah tangga. Rasanya suami/istri tidak akan tega marah, mendiamkan, berbuat kasar kepada pasangannya ketika sudah ada permintaan ma’af. Tentunya dengan hati tulus ikhlas dan benar-benar berusaha untuk tidak berbuat khilaf lagi.

Ma’af, seuntai kata  sederhana yang ringan, mudah diucapkan. Tetapi bisa menjadi pedang tajam yang siap mencabi-cabik dan meruntuhkan rumah tangga  kokoh yang terbina lama. Untuk itu sebaiknya jangan berat bibir untuk mengucapkan kata sederhana itu. Plus di sertai dengan kesungguhan hati, insyaallah bisa menghindarkan dari hal-hal yang tidak kita inginkan.***

_Solo, 19 Agustus 2015_

Tidak ada komentar: