Itu bisa terjadi pada banyak hal, pakaian yang dulu pernah digemari suatu saat hilang dan muncul kembali modelnya. Rambut juga sama. Demikian juga dengan makanan.
Makanan rakyat seperti kacang rebus, pisang rebus, gethuk, cenil, sawut, dll yang terbuat dari singkong dan ubi jalar, mulai melambung dan banyak diburu sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) mengeluarkan Surat
Edaran Nomor 10 Tahun 2014 tentang Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Kerja
Aparatur Negara. SE Menteri
tersebut memberikan instruksi
kepada instansi agar menyajikan menu makanan tradisional yang
sehat dan buah-buahan produksi dalam negeri pada setiap penyelenggaraan
pertemuan atau rapat.
Instruksi dalam surat edaran itu juga bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi dalam negeri dan kedaulatan pangan dan menindaklanjuti perintah Presiden pada sidang kabinet kedua tanggal 3/11/14, yang menegaskan pelaksanaan gerakan penghematan nasional dan mendorong peningkatan efektivitas serta efisiensi kerja aparatur negara.
Tak pelak lagi, makanan tradisional yang bertahun-tahun sebelumnya ‘ tersingkirkan’ karena sebagian masyarakat lebih memilih makanan ‘modern’ , kini kembali moncer. Mungkin anak-anak kita , generasi tahun 80-an sampai generasi sekarang sudah jarang mengenal makanan berbahan baku singkong, ubi, talas, jagung, garut, sagu dan dll. Mereka lebih menyukai makanan cepat saji, kue, biskuit yang bukan berbahan baku singkong. Selera mereka berbeda dengan selera simbah-simbah dan leluhurnya.
Instruksi dalam surat edaran itu juga bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi dalam negeri dan kedaulatan pangan dan menindaklanjuti perintah Presiden pada sidang kabinet kedua tanggal 3/11/14, yang menegaskan pelaksanaan gerakan penghematan nasional dan mendorong peningkatan efektivitas serta efisiensi kerja aparatur negara.
Tak pelak lagi, makanan tradisional yang bertahun-tahun sebelumnya ‘ tersingkirkan’ karena sebagian masyarakat lebih memilih makanan ‘modern’ , kini kembali moncer. Mungkin anak-anak kita , generasi tahun 80-an sampai generasi sekarang sudah jarang mengenal makanan berbahan baku singkong, ubi, talas, jagung, garut, sagu dan dll. Mereka lebih menyukai makanan cepat saji, kue, biskuit yang bukan berbahan baku singkong. Selera mereka berbeda dengan selera simbah-simbah dan leluhurnya.
Saya, generasi tahun
70-an , berasal dari desa dan Alhamdulillah meskipun lama tinggal di Solo
tetapi masih sangat menyukai makanan yang berbahan baku singkong, jagung, ubi,
dll. Saat banyak yang kurang suka memasak singkong dan menjadikannya camilan,
saya sih masih rutin hampir setiap pagi
merebus singkong atu membeli gethuk,
lemet (semua berbahan baku singkong) sebagai salah satu camilan. Murah meriah,
enak, dan baru-baru ini ada informasi baik untuk kesehatan.
Di Jawa Tengah, singkong biasa di baut berbagai menu
makanan, baik untuk makanan pokok penganti nasi
maupun untuk makanan ringan(camilan). Sebagai makanan penganti nasi,
singkong bisa diolah menjadi thiwul. Memang cukup rumit dan memakan waktu lama,
dari menyiapkan singkong menjadi tepung dan di kukus menjadi nasi thiwul. Saat saya kecilpun tidak banyak yang
membuatnya, biasanya hanya ibu-ibu dari
Kabupaten Gunungkidul, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Wonogiri yang
tinggal di daerah pegunungan yang membuatnya. Mereka menanam singkong sendiri
dan mengolahnya menjadi gaplek .
Kemudian gaplek inilah yang dijual.
Nah, saat saya kecil sesekali ibu memasak nasi thiwul yang gapleknya di
beli dari sejumlah pedagang di Kabupaten
Gunungkidul yang lebih dekat dengan tempat tinggal kami.
Sebagai makanan camilan, singkong bisa direbus saja atau di
bakar dan langsung di makan (lebih nikmat saat singkong rebus masih
panas), dibuat gethuk, lemet, sawut.
Untuk makanan ringan yang kering bisa dibuat mangleng (semacam keripik singkong
yang diiris tebal), keripik singkong juga lamting.
Saat ini makanan berbahan baku singkong sudah diolah menjadi makanan ringan dengan
berbagai variasi rasa dan warna. Dari
sajian dan rasa tak kalah menarik dan nikmat dengan makanan manca yang
kesohor dan banyak digandrungi anak-anak
muda jaman sekarang.
Tak salah jika saya menyebutnya singkong naik kelas.
Singkong yang semula selera kelas
bawah sekarang menjadi selera kelas menengah ke atas, menjadi menu pilihan untuk berbagai acara,
masuk hotel, menjadi sajian bagi pejabat baik di tingkat kabupaten, provinsi
sampai pusat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar