Minggu, 18 Oktober 2015

Bergelut Getah Karet, Potret Warga Desa Rambai Sumsel

Saat adzan subuh berkumandang, berbalur dinginnya embun pagi, kehidupan dimulai dari rumah-rumah panggung. Berderak lantai kayu saat penghuninya yang semalam terlelap melepaskan penat terbangun untuk memulai kegiatan sehari-hari. Selepas subuh, hanya ditemani secangkir kopi hitam kental para suami biasa merokok menunggu istrinya selesai menyiapkan makan pagi. Tak butuh waktu lama, nasi putih hangat yang masih mengepul plus lauk sederhana menemani secangkir kopi yang tinggal menyisakan setengahnya.

Tanpa banyak cakap, para suami segera mengisi perut untuk menjaga tenaga beberapa jam ke depan bergelut dengan kegiatan rutin di ladang. Tak menunggu mentari muncul, mereka mengeber motor, meninggalkan deru yang terus menghilang setelah beberapa waktu kemudian.



Mereka warga Desa Rambai Kecamatan, Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan bekerja di ladang karet untuk menyadap karet. Setiap hari, sebelum jam 5 sudah meninggalkan rumah untuk mengambil karet yang telah mengumpul di batang pohon bawah sekaligus mengerat batang pohon untuk mengumpulkan karet yang baru.



Sebagian besar warga Desa Rambai bekerja di ladang karet, sebagian ladang milik sendiri dan sebagian yang lain menjadi pekerja di ladang milik tetangga. Mereka butuh waktu paling tidak 5 jam untuk mengerjakan pekerjaan di ladang karet. Dari jam 5 sampai 10 siang satu per satu, berkeliling memeriksa dan mengumpulkan gumpalan karet di batok kelapa setiap pohon karet. Setelah itu menggunakan pisau mereka mengerat batang-batang pohon dan memastikan tetesan getah kareta tepat berada di batok kelapa. Memastikan esok hari terkumpul getah karet yang akan memperpanjang asa keluarga mereka.

Bukan pekerjaan mudah, berbalut udara dingin saat yang nyaman untuk terlelap di bawah selimut tebal, bekerja keras di tengah kerumunan nyamuk yang sudah menjadi teman sehari-hari. Semua dilakoni tanpa merasa beban untuk mencukupi kebutuhan keluarga.




Para Istri Rangkap Pekerjaan, Urusan Domestik dan Membantu di Ladang
Di waktu yang sama, para istri sibuk berkutat dengan pekerjaan domestik, menyiapkan makan untuk keluarga, memastikan anak-anak siap beres untuk berangkat sekolah, kemudian berangkat ke ladang untuk membantu suami.


Bu Aidil, selepas sholat Subuh sibuk berkutat dengan masakan sambil membangunkan anak-anaknya yang duduk di bangku SMA dan SD. Setelah urusan anaknya beres dan mereka berangkat sekolah, ia segera mencuci peralatan memasak. Tak menunggu lama, setelah makan pagi dengan cepat, ia segera menyusul suaminya ke ladang. Lima hektar ladang karet peninggalan orangtua suaminya selama ini mengandalkan tenaganya dan suami, meskipun kadang-kadang dibantu beberapa tetangganya saat panen karet melimpah. Tetapi tidak untuk saat ini, saat harga karet turun, ia tidak mampu membayar tenaga tetangga.

Di kabupaten OKI, harga karet turun sampai berkisar antara Rp 8.000/ kg, dari harga biasanya lebih dari Rp 10.000/kg. Dalam kondisi seperti ini, Bu Aidil hanya memanfaatkan tenaga sendiri. Dalam sehari, sampai jam 10, ia dan suami biasa mengumpulkan karet sampai 10 kg. Getah karet disetorkan kepada pengumpul yang ada di desa, ia tinggal menerima bayaran saja.

Lelah di ladang tidak membuat Bu Aidil ongkang-ongkang kaki di rumah. Ia harus segera membereskan rumah, membersihkan rumah dan mencuci baju seluruh keluarganya. Paling tidak selepas Dhuhur ia baru selesai dari pekerjaan rutin di rumah. Sesekali di siang hari, ia akan membuat olahan pangan lokal seperti membuat kerupuk dari ketela pohon atau membuat tepung dari bahan yang sama. Bu Aidil seperti ibu-ibu pada umumnya di Desa Rambai, tidak mengenal lelah, tidak membuang waktu dengan percuma untuk sekedar menikmati sinetron, tetapi memanfaatkan waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat, menyediakan kebutuhan pangan untuk keluarganya.


Pekerjaan Sampingan Suami
Siang seusai melepas penat sejenak, para suami tidak biasa hanya berdiam diri di rumah. Mereka biasanya akan mencari pekerjaan sambilan. Misalnya Pak Aidil, biasa mencari kayu di hutan sebagai barang dagangan. Ia dibantu beberapa orang tetangga, menelusuri hutan-hutan di desa dan desa tetangga untuk melihat dan barangkali bisa membeli kayu-kayu yang akan dijual kembali. Mereka mempunyai pekerjaan lain selain mengurus ladang karet. Dengan keuletan dan kerja keras inilah, kebutuhan keluarga tercukupi.

Menjelang petang, deru motor Pak Aidil terdengar memasuki halaman rumah. Dengan langkah capek, Pak Aidil memasuki rumah panggung disambut istri dan anaknya. Secangkir kopi panas sudah tersedia di meja untuk mengurangi rasa penat seharian di luar rumah. Makanan dengan menu sederhana yang terhidang di meja akan melengkapi untuk melepas lelah.
Itulah potret kehidupan sehari-hari keluarga di Desa Rumbai, suami-istri saling bahu-membahu meringankan beban keluarga tanpa mengeluh dan menyalahkan satu dengan lainnya. Sebuah kebersamaan yang elok dan pantas untuk diteladani.

_Solo, 12 OKtober 2015_

Foto. dokumen pribadi

Tidak ada komentar: