Sabtu, 17 Oktober 2015

TPA Putri Cempo diselimuti Asap, Warga Khawatir

Urusan kabut asap tidak hanya menimpa warga di wilayah Sumatera dan Kalimantan saja, Solo juga mengalami hal yang sama meskipun asapnya bukan berasal dari kebakaran hutan.

Sejak Minggu (6/9/2015) warga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo waspada dan diliputi kekhawatiran lantaran asap tebal membumbung tinggi. Asap berasal dari kebakaran lahan TPA Putri Cempo yang terjadi sejak Jumat (4/9/2015). Tak kurang dari 5 hektare lahan di TPA terbakar akibat dari terbakarnya sampah yang tertimbun di areal TPA.

Sampah terbakar di lokasi TPA Putri Cempo sebenarnya  sudah sering terjadi saat musim kemarau seperti saat ini. Tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, bisa berbagai hal seperti kebakaran karena puntung rokok yang tidak sengaja dibuang atau karena reaksi kimia.

Celakanya tidak hanya warga Solo yang berdiam  di sekitar TPA Putri Cempo, yaitu warga di Jatirejo dan Randusari, juga kampung  terdekat  lainnya tetapi juga warga di Kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Karanganyar juga  terkena dampak asap kebakaran sampah tersebut. Setidaknya warga dari empat dusun yaitu Dusun Jengglong, Tunggulrejo, Suluhrejo dan Inggasrejo Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar terpaksa menghirup asap sampah tersebut.
Antara TPA Putri Cempo dengan dusun tetangga (Kabupatan Karanganyar) hanya dipisahkan dengan sungai kecil dengan jembatan kecil.

TPA Putri Cempo, dari tahun 2011 perharinya menampung sekitar 300 ton sampah dan akan bertambah saat ada event yang digelar di Kota Solo. Paling tidak sejak 4 tahun terakhir ini Pemkot Solo sering melakukan event khusus setidaknya setahun ada lebih dari 10 event yang bertaraf lokal, nasional bahkan intrenasional yang menyedot penonton dari berbagai wilayah sehingga produksi sampah semakin berlipat ganda.

Celakanya, sampah yang terus meningkat tidak di ikuti dengan pengelolaan sampah di kota Solo. Karena Pemkot Solo dalam penanganan sampah masih menggunakan cara yang konvensional yakni sistem pembuangan terbuka atau open dumping dimana sampah dibuang ke tanah yang sudah di gali setelah itu sampah ditutup tanah lagi. Cara tersebut terbukti tidak efektif karena areal yang digunakan untuk menampung sampah suatu saat akan mengalami keterbatasan daya tampung atau overload.

Saya sendiri tahu persis, karena selama beberapa bulan melakukan penelitian di TPA Putri Cempo, banyak tumpukan sampah yang bau karena air lindinya merembes kemana-mana. Bahkan sampai di jalanan depan rumah warga dan sering menghalangi jalan masuk ke rumah warga sekitar.

Meskipun sejak setahun terakhir berbagai upaya sudah dilakukan,seperti melakukan  kajian dengan melibatkan Bappenas untuk pengelolaan sampah yang lebih efektif tetapi toh sampai sekarang belum ada titik terangnya. Masih saja sampah di buang secara konvensional.

Menurut warga sekitar TPA Putri Cempo, api tidak akan mudah dipadamakan karena banyak tumpukan sampah di berbagai tempat. Jadi titik-titik api kecil masih bisa ditemukan di lokasi TPA. Biasanya api akan padam sekitar satu bulan sejak terbakar.Ya, mereka hafal karena sudah terbiasa dengan kebakaran sampah tersebut.

Memang sampai saat ini warga belum terserang ISPA, penyakit yang dikhawatirkan menyerang warga saat sampah terbakar, tetapi rasa was-was terus menghantui mereka. Untuk itu, sebagian anak balita sudah mulai diungsikan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

Berita baiknya, Puskesmas setempat selalu siaga sejak asap pekat menyelimuti TPA tersebut. Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo juga terus berupaya memadamkan api yang membakar sampah di TPA Putri Cempo. Meskipun titik-titik api susah dipadamkan karena berada di bagian bawah gunungan sampah, tetapi BPBD terus berupaya.

Semoga segera bisa dipadamkan secara total dan warga setempat selalu diberikan kesehatan, amin.


Foto. dok. pribadi
  _Solo, 11 September 2015_

Tidak ada komentar: