Kamis, 31 Mei 2018

Ngotot Soal Utang Negara Akibat Kurang Piknik…

Suatu ketika saya pernah gobrol-gobrol(kalau bilang diskusi kok keren banget yak) dengan seorang teman yang kebetulan haters pak Jokowi (Jkwi). Setelah debat ngalor ngidul dengan berbagai tema, akhirnya sampai juga ke soal hutang yang hitungan sampai Februari 2018 tercatat sebesar USD 356,23 miliar atau setara dengan Rp 4.907 triliun . “Sampai anak cucu cicit kita yang belum lahir pun nanggung utang Negara.” Katanya berapi-api sambil menyalahkan pak Jkwi.



Sik..sik…
Ingat lho, saat pak Jkwi dilantik sebagai Kepala Negara, beliau sudah mengemban utang dengan angka yang wow yaitu Rp 2.700 triliun. Artinya hutang sekarang ini separo leibh adalah hutang warisan dari pendahulunya.
Mana mau teman saya itu terima kenyataan itu, ia terus ngotot kalau semua salah Jkwi, ngapain mbangun ini itu dari uang utangan.

Tahukah kamu kawan, uang utangan itu juga buat instrument pembiayaan pembangunan. Meskipun hutang bertambah , tetapi uang utangan itu jelas larinya, salah satunya dialokasikan buat mendorong percepatan infrastruktur terutama di indonesia timur. Kebetulan saya sendiri punya pengalaman ke beberapa daerah di Indonesia timur yang selama ini minim akses seperti infrastruktur jalan, pendidikan , kesehatan dan layanan dasar lainnya. Di era pak Jkwi, pemerataan pembangunan mulai digenjot dengan pencapaian yang cepat dan luar biasa. Mungkin saudara kita di Papua tidak pernah menyangka , bermimpi pun rasanya sulit untuk merasakan jalan yang bisa dilalui sekarang, kemudahan akses transportasi, kesehatan. Sekarang mereka mulai merasakan layanan dasar tersebut. Layanan listrik dari PLN juga sudah mulai di nikmati saudara kita yang selama puluhan tahun, sejak mereka lahir belum pernah dirasakan.
 Beberapa desa di Indonesia timur saya contohkan tetapi yo tetep saja ngeyel. Sakjane saya anyel tenan, tapi asudahlah.

Di akhir obrolan saya hanya pesan, “ Mulane sesekali pikniko, ojo mung percoyo medsos wae …”

Tidak ada komentar: