Selasa, 12 November 2013

Kami Sayang Pusy

(Buat Mas Afin, Mbak Alma, dek Adhan)


                Adhan  menguap lebar, matanya masih terasa berat. Semalam Adhan  sulit tidur, suara meong-meong di luar membuatnya tak bisa memincingkan mata. Entah kucing siapa yang tersesat di luar rumah, saat hujan deras menguyur bumi. Meskipun Adhan berusaha mencari suara kucing tersebut, tetapi tidak juga ditemukan. Hujan semakin deras membuat Adhan  tak melanjutkan mencari kucing, ibu minta anak bungsunya  untuk segera masuk karena khawatir sakit. Dengan berat hati Adhan masuk , dia berjanji akan mencari kucing itu besok pagi.
                Adhan  meloncat bangun teringat kucing tadi malam, seketika lenyaplah kantuk  yang tadi dirasakan.  Setengah berlari, Adhan keluar lewat pintu  belakang. Karena tergesa-gesa, hampir saja nasi goreng buatan ibu tumpah tersenggol.
                “Maaf bu, saya tergesa-gesa,” Ibu geleng-geleng kepala melihat kelakukan  Adhan.
                “Mau ke mana? Sudah siang, nanti terlambat ke sekolah,”
                “Sebentar saja bu, nanti saya segera mandi,”


                Mata Adhan celigukan mencari kucing di sela-sela tanaman di teras dan  halaman.  “Pus...pus....pus.....ck...ck....ck....ck....ck......pus....” Hampir semua tanaman sudah di sibakkan, tetapi tak ada sosok si Pus yang tadi malam terdengar di luar. Adhan melangkah ke depan rumah, kembali memanggil si Pus. “Pus..........pus.................”
                “Adhan...adhan....cepat mandi, nanti terlambat,” terdengar suara ibu memanggil.
                “Iya bu, sebentar lagi,” jawab Adhan sambil beranjak . Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar suara lemah mengeong ..meong....meong...... Mata Adhan celigukan mencari sumber suara, dan sesaat kemudian Adhan tersenyum senang melihat kucing kecil yang duduk meringkuk seperti kedinginan di samping pot besar  pohon mangga. Bulunya berwarna putih bercampur hitam, basah oleh air hujan dan  ekornya pendek nampak bergerak dengan lamah. Matanya yang besar nampak lesu. Adhan langsung  senang sekaligus iba dengan kucing kecil itu, tangannya mengangkat badan yang basah karena kehujanan tadi malam. Tak ada penolakan dari si Pus, dengan mata berbinar lidahnya menjilat tangan Adhan.   “ Emh, aku nggak tahu namamu, ku panggil si Pusy saja ya? “. Si Kucing kecil nampaknya mengerti  pembicaraan  pincang. Adhan, dengan susah payah bangkit dan mencoba berjalan.  Ya Alloh, ternyata kaki depan sebelah kanan si Pusy  pincang. Kasian sekali, apakah tidak ada yang memelihara kamu? Aku akan membawamu pulang, tapi apakah ibu mengijinkan ya, batin Adhan. Dengan agak ragu, Adhan membawa si Pusy ke rumah, dia harus minta ijin kepada ibu sebelum memelihara kucing.
                “Bu, eng.....”
                “Hah, apa itu? Kucing? Itu kucing yang tadi malam?” tanya ibu.
                Adhan mengangguk, dengan rasa sayang dielusnya bulu  si Pusy  yang masih terasa lembab,” iya bu, kasihan sekali badannya basah. Pasti tadi malam kehujanan. Emh...bu, bolehkan si Pusy di sini? sepertinya Pusy sendirian,”
                “Memang Pusy ngga ada yang punya? “ tanya ibu.
                “Lagipula melihara binatang itu tidak gampang. Kamu harus memberi makan, membersihkan badannya dan membuat si pus jadi binatang penurut, tidak merusak. Nggak hanya ngajak main saja. Emangnya kamu sanggup?” Alma, kakak Adhan menyahut  saat  keluar dari kamar mandi.
                Adhan meleletkan lidahnya, “ Keciiiiiiiiiiiiiiiiil , masak gitu saja nggak sanggup , kak,”
                “Wek, nggak nyakin. Ngak usaha saja bu, ntar juga aku yang repot suruh ngasih makan,” sahut Alma lagi, sambil berlari masuk kamar menghindari cubitan adiknya.
                “Huh  KAKAK JELEK...........,” gerutu Adhan karena tidak berhasil mengejar kakaknya.
                “Nanti Adhan akan tanyakan ke teman-teman dan tetangga . Tetapi kalau nggak ada yang punya, Adhan boleh memeliharanya ya Bu?” tanya Adhan penuh harap.
                Ibu rupanya tak tega menolak keinginan Adhan setelah berjanji akan merawat si Pussy. Adhan segera mencari lap kain kering untuk mengeringkan bulu Pusy, kemudian memberinya susu di piring kecil. Si Pusy nampak  lahap, dalam sekejap sepiring susu kentak tandas tak tersisa. Dengan senang Adhan memberikan nasi dicampur ikan kering. Sebenarnya Adhan masih ingin bermain dengan Pusy, tetapi ibu sudah tak sabar lagi dan minta Adhan segera mandi dan sarapan.
                Beberapa hari kemudian Adhan baru tahu kalau Pusy itu milik Roni yang tinggal di komplek sebelah. Roni segaja membuang Pusy karena pincang dan tak mau merawatnya. Dengan senang hati Roni memberikan ke Adhan. Sebenarnya Adhan tidak suka dengan sikap Roni yang membuang binatang karena alasan pincang. Meskipun pincang , toh Pusy juga binatang yang berhak di sayang dan di rawat dengan baik.

**
                Sebulan berlalu, si Pusy badannya gemuk, bulunya tebal. Kalau  berjalan badannya bergoyang-goyang karena  kegendutan dan kaki  depan sebelah kanan  lebih pendek. Adhan dan Alma suka bermain dengan Pussy. Tak lupa setiap hari memberikan makanan  yang cukup. Untuk menjaga kebersihan bulu,  seminggu sekali  Pusy di mandikan. Meskipun  pincang tetapi mereka berdua  sayang Pusy.  Ibu dan ayah juga sayang Pusy karena sejak saat itu tikus-tikus jarang berkeliaran di rumah.

Tidak ada komentar: