Kamis, 25 Juni 2015

Gagasan Sampah 'Naik Kelas' Ala Jokowi

Sampah biasa terbaikan, tidak diperhatikan. Selama ini tak banyak yang mau 'melirik' sampah dan mengelolanya dengan baik.
Kedepan, sampah akan menjadi priorotas, kedepan rupanya akan menjadi bahasan menarik dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah.


Pasalnya, Selasa (23/6) saat rapat terbatas di Kantor Presiden membicarakan perihal pengelolaan sampah. Dan rapat itu langsung di pimpin oleh Presiden Joko Widodo.
 
Saya kira ini hal yang tidak biasa, karena isu sampah dan pengelolaannya biasanya menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah daerah. Cukup sampai di sana, tidak sampai masuk ke istana.
Belum banyak pemerintah daerah yang menganggap sampah sebagai bagian dari potensi ekonomi yang bisa dikelola secara baik sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Sampah cenderung dianggap ya haanya sekedar sampah yang tidak berguna sehingga tak heran jika diabaikan begitu saja.
 
Sampah di TPA Putri Cempo Solo belum terkelola secara baik ( dok. Suci)
Jokowi rupanya banyak ‘kepikiran’ untuk membicarakan pentingnya mengelola sampah karena pernah punya pengalaman merencanakan pengelolaan sampah di kota Solo , saat menjabat sebagai Walikota Solo.
Dorongan pengelolaan sampah saat itu (di Kota Solo) dilakukan saat Jokowi menjadi walikota Solo. Volume smapah di Kota Solo dari tahuan ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2007 sebanyak 265 ton/hari, tahun 2011 sudah mencapai 300 ton/ hari.
Sementara itu, selama ini pengelolaan sampah di kota Solo masih menggunakan cara yang konvensional, yakni sistem pembuangan terbuka atau open dumping, dimana sampah dibuang ke tanah yang sudah di gali. Setelah beberapa waktu tumpukan sampah itu ditutup dengan tanah kembali. Cara tersebut terbukti tidak efektif karena areal yang digunakan untuk menampung sampah suatu saat akan mengalami keterbatasan daya tampung atau overload
Tempat Pembuangan Akhir(TPA) Putri Cempo seluas 17 hektare sudah mulai ‘kewalahan’ menampung sampah di Kota Solo, bahkan sampah mulai meluber di jalanan.

Berbekal berbagai persoalan sampah yang tidak terkelola dengan baik tersebut, Solo merencanakan pengelolaan sampah yanag dimulai dari rmah tangga dengan pemilhan sampah organic dan anorganik, kemudian berantai sampai di TPA akan dipilah dan diolah dengan baik.
Sayangnya sampai Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan terpilih menjadi Presiden, pengelolaan sampah di Kota Solo belum teralisasi dengan baik. Sejauh ini belum ada investor yang benar-benar tertarik mengelola sampah di Solo.
 
Beberapa warga mulai mengantungkan sampah sebagai pendapatan keluarga (dok. Suci)
Di beberapa daerah sudah ada contoh keberhasilan pengelolaan sampah. Banyak  kelompok masyarakat yang sebagian besar kelompok perempuan  mampu  mengelola sampah secara baik. Mereka melakukan pemilahan sampah dari sampah dan mengolah sampah organik menjadi pupuk tanaman, sampah an organik menjadi beragam barang-barang kerajinan yang bernilai jual cukup tinggi.
Artinya, gagasan pengelolaan sampah bukan barang baru dan lebih mudah diterima dan diimplementasikan.

Gagasan Jokowi  sebenarnya sederhana yaitu agar sampah bisa di kelola secara baik,  terpadu dan bersistem, mulai dari level masyarakat, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat. 

Jika gagasan tersebut terealisasi, bukan hal yang mustahil jika sampah nantinya menjadi barang yang berharga lagi tidak lagi menjadi ‘sampah’ yang dibuang, disingkirkan dan disia-siakan.
Bahkan bisa jadi barang rebutan, karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Semoga.!!!



Tidak ada komentar: