Kedepan, sampah akan menjadi priorotas, kedepan rupanya akan menjadi bahasan menarik dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah.
Pasalnya, Selasa (23/6) saat rapat terbatas di Kantor Presiden membicarakan perihal pengelolaan sampah. Dan rapat itu langsung di pimpin oleh Presiden Joko Widodo.
Saya kira ini hal yang tidak biasa,
karena isu sampah dan pengelolaannya biasanya menjadi urusan dan tanggung jawab
pemerintah daerah. Cukup sampai di sana, tidak sampai masuk ke istana.
Belum banyak pemerintah daerah yang
menganggap sampah sebagai bagian dari potensi ekonomi yang bisa dikelola secara
baik sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Sampah
cenderung dianggap ya haanya sekedar sampah yang tidak berguna sehingga tak
heran jika diabaikan begitu saja.
Jokowi rupanya banyak ‘kepikiran’
untuk membicarakan pentingnya mengelola sampah karena pernah punya pengalaman
merencanakan pengelolaan sampah di kota Solo , saat menjabat sebagai Walikota
Solo.
Dorongan pengelolaan sampah saat itu
(di Kota Solo) dilakukan saat Jokowi menjadi walikota Solo. Volume smapah di
Kota Solo dari tahuan ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2007
sebanyak 265 ton/hari, tahun 2011 sudah mencapai 300 ton/ hari.
Sementara itu, selama ini pengelolaan sampah
di kota Solo masih menggunakan cara yang konvensional, yakni sistem pembuangan
terbuka atau open dumping, dimana
sampah dibuang ke tanah yang sudah di gali. Setelah beberapa waktu tumpukan
sampah itu ditutup dengan tanah kembali. Cara tersebut terbukti tidak efektif
karena areal yang digunakan untuk menampung sampah suatu saat akan mengalami
keterbatasan daya tampung atau overload
Tempat
Pembuangan Akhir(TPA) Putri Cempo seluas 17 hektare sudah mulai ‘kewalahan’
menampung sampah di Kota Solo, bahkan sampah mulai meluber di jalanan.
Berbekal
berbagai persoalan sampah yang tidak terkelola dengan baik tersebut, Solo
merencanakan pengelolaan sampah yanag dimulai dari rmah tangga dengan pemilhan
sampah organic dan anorganik, kemudian berantai sampai di TPA akan dipilah dan
diolah dengan baik.
Sayangnya
sampai Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan terpilih menjadi Presiden,
pengelolaan sampah di Kota Solo belum teralisasi dengan baik. Sejauh ini belum
ada investor yang benar-benar tertarik mengelola sampah di Solo.
Di
beberapa daerah sudah ada contoh keberhasilan pengelolaan sampah. Banyak kelompok masyarakat yang sebagian besar
kelompok perempuan mampu mengelola sampah secara baik. Mereka melakukan
pemilahan sampah dari sampah dan mengolah sampah organik menjadi pupuk tanaman,
sampah an organik menjadi beragam barang-barang kerajinan yang bernilai jual
cukup tinggi.
Artinya,
gagasan pengelolaan sampah bukan barang baru dan lebih mudah diterima dan
diimplementasikan.
Gagasan
Jokowi sebenarnya sederhana yaitu agar
sampah bisa di kelola secara baik, terpadu dan bersistem, mulai dari level
masyarakat, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat.
Jika gagasan tersebut terealisasi,
bukan hal yang mustahil jika sampah nantinya menjadi barang yang berharga lagi
tidak lagi menjadi ‘sampah’ yang dibuang, disingkirkan dan disia-siakan.
Bahkan bisa jadi barang rebutan,
karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Semoga.!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar