Beragam acara televisi dikemas menari dan membuat orang suka untuk menonton, sehingga rating tinggi, acara laku dijual, iklan banyak dan ujung-ujungnya duit yang masuk ke stasiun televisi pun banyak.
Menghadirkan narasumber/bintang tamu boleh jadi merupakan startegi untuk membuat acara lebih menarik lagi.
Beberapa
acara yang ditayangkan seperti talkshow dengan beragam tema politik,
hukum, sosial, dlll maupun infotaiment membutuhkan sejumlah bintang
tamu/ narasumber.
Entah ukuran apa yang dipergunakan oleh stasiun
televisi untuk memberikan imbalan jasa kepada para narasumber yang
melengkapi acara yang ditayangkannya.
Mungkin kepopuleran si tokoh
yang bersangkutan, kemampuan intelektualnya, jadwal terbangnya, bagi
artis mungkin selain popular juga secara phisik menarik atau karena
sedang menjadi topik pembahasan karena masalah tertentu.
Entahlah saya tidak tahu, karena bukan pengamat televisi.
Tetapi
yang membuat saya terkejut,kemarin, saat membaca status seorang teman
yang menshare status temannya tentang honor narasumber yang masuk
ketegori intelektual –cendikiawan dengan nilai yang tidak terlalu besar.
Dari informasi yang dia tuliskan, honor narasumber, untuk sekali tayang
, honor yang diberikan oleh Berita Satu TV Rp 400.000. Sementara
informasi honor dari Metro TV Rp 750.000, TV One Jak TV Rp 500.000.
Wah,
saya tidak menduga sama sekali kalau honor narasumber seorang tokoh
intelektual dengan gelar profesor tidak cukup besar bahkan relatif
kecil. Apalagi tokoh tersebut sudah biasa diundang stasiun televisi,
wira wiri di layar kaca untuk memberikan pencerahan kepada publik dengan
persfektif pemahaman publik.
Saya semakin prihatin jika
membandingkan dengan honor artis yang diundang sebagai bintang tamu
untuk sebuah acara infotaiment yang bisa berjuta-juta bahkan puluhan
juta rupiah. Bahkan saya pernah mendengar dari televise, seorang yang
bukan artis, hanya teman artis, tetapi ikut diundang stasiun televisi
karena si artis ada ‘sebuah pemberitaan’ ia diberikan honor Rp 3 juta
hanya untuk bicara-bicara yang menurut saya seperti orang gobrol biasa.
Tidak perlu kemampuan intelektual khusus, tidak perlu sekolah tinggi
untuk bisa bicara seperti itu. Semua orang biasa bisa saja bicara
separti itu.
Belum lagi honor ustad yang sekarang banyak ustad
yang mempunyai label tambahan ustad artis, bahkan konon ada yang
memasang honor diatas tigapuluh juta sekali tayang untuk menjadi
pengisi ceramah dan lebih dari seratus juta untuk diundang menghadiri
acara tertentu/ off air.
Televisi sebagai media massa yang
berfungsi juga sebagai sarana hiburan, edukasi, informasi rupanya kurang
memperhatikan ‘nilai’ dari seseorang yang layak dan diundang sebagai
narasumber untuk melengkapi acaranya. Penghargaan yang terkesan hanya
cukup untuk bayar ongkos taxi di Jakarta p/p itu, tidak sebanding dengan
nilai jual dan pundi-pundi uang yang mengalir deras dari tayangan
iklan, sponsor yang menjadi tambang uang mereka.
Kalaupun
artis lebih besar honornya dengan pertimbangan acara yang dihadiri artis
biasanya banyak iklannya sehingga banyak uangnya, apakah itu menjadi
alasan narasumber sekelas intelektual/cendikiawan dihargai
sangat-sangat murah?
Menurut saya, tayangan ‘ ringan’ dengan
menghadirkan artis (infotaiment, musik dll) saling melengkapi dengan
tayangan berat seperti berita, talkshow dll. Kalaupun yang lebih banyak
iklannya saat acara ringan ( infotaiment, musik )itu karena televisi
menilai acara tersebut mempunyai rating tinggi. Tetapi harap diingat,
kalau saja televisi hanya mempunyai acara ringan/hiburan , tanpa
mengemas acara berat misalnya berita, talkshow yg menghadirkan
narasumber dengan kemampuan intelektual tertentu, belum tentu televisi
tersebut diminati pemirsa. Siapa sih yang hanya butuh tayangan
infotaiment, hiburan, musik? Pasti pemirsa juga butuh acara penyeimbang
lainnya yang lebih berbobot, berkualitas, memberikan informasi aktual
dan sukur2 banyak acara yang mendidik.
Alangkah sedihnya saat kapasitas intelektual orang-orang top di negri ini hanya dihargai sebegitu rendahnya.***
Solo, 27 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar