Sabtu, 27 Juni 2015

Harga Intelektual Kita Lebih Rendah dibanding Artis

Beragam acara televisi dikemas menari dan membuat orang suka untuk menonton, sehingga rating tinggi, acara laku dijual, iklan banyak dan ujung-ujungnya duit yang masuk ke stasiun televisi pun banyak.
Menghadirkan narasumber/bintang tamu boleh jadi merupakan startegi untuk membuat acara lebih menarik lagi.

Beberapa acara yang ditayangkan seperti talkshow dengan beragam tema politik, hukum, sosial, dlll maupun infotaiment membutuhkan sejumlah bintang tamu/ narasumber.
Entah ukuran apa yang dipergunakan oleh stasiun televisi untuk memberikan imbalan jasa kepada para narasumber yang melengkapi acara yang ditayangkannya.
Mungkin kepopuleran si tokoh yang bersangkutan, kemampuan intelektualnya, jadwal terbangnya, bagi artis mungkin selain popular juga secara phisik menarik atau karena sedang menjadi topik pembahasan karena masalah tertentu.
Entahlah saya tidak tahu, karena bukan pengamat televisi.

Tetapi yang membuat saya terkejut,kemarin,  saat membaca status seorang teman yang menshare status temannya tentang honor narasumber yang masuk ketegori intelektual –cendikiawan dengan nilai yang tidak terlalu besar. Dari informasi yang dia tuliskan, honor narasumber, untuk sekali tayang ,  honor yang diberikan oleh Berita Satu TV Rp 400.000. Sementara informasi honor dari Metro TV Rp 750.000, TV One Jak TV Rp 500.000.

Wah, saya tidak menduga sama sekali kalau honor narasumber seorang tokoh intelektual dengan gelar profesor tidak cukup besar bahkan relatif kecil. Apalagi tokoh tersebut sudah biasa diundang stasiun televisi, wira wiri di layar kaca untuk memberikan pencerahan kepada publik dengan persfektif pemahaman publik.

Saya semakin prihatin jika membandingkan dengan honor artis yang diundang sebagai bintang tamu untuk sebuah acara infotaiment yang bisa berjuta-juta bahkan puluhan juta rupiah. Bahkan saya pernah mendengar dari televise, seorang yang bukan artis, hanya teman artis, tetapi ikut diundang stasiun televisi karena si artis ada ‘sebuah pemberitaan’ ia diberikan honor Rp 3 juta hanya untuk bicara-bicara yang menurut saya seperti orang gobrol biasa. Tidak perlu kemampuan intelektual khusus, tidak perlu sekolah tinggi untuk bisa bicara seperti itu. Semua orang biasa bisa saja bicara separti itu.

Belum lagi honor ustad yang sekarang banyak ustad yang mempunyai label tambahan ustad artis, bahkan konon ada yang memasang honor diatas  tigapuluh juta sekali tayang  untuk menjadi pengisi ceramah dan  lebih dari  seratus juta untuk diundang menghadiri acara tertentu/ off air.

Televisi sebagai media massa yang berfungsi juga sebagai sarana hiburan, edukasi, informasi rupanya kurang memperhatikan ‘nilai’ dari seseorang yang layak dan diundang sebagai narasumber untuk melengkapi acaranya. Penghargaan yang terkesan hanya cukup untuk bayar ongkos taxi di Jakarta p/p itu, tidak sebanding dengan nilai jual dan pundi-pundi uang yang mengalir deras dari tayangan iklan, sponsor yang menjadi tambang uang mereka.

Kalaupun artis lebih besar honornya dengan pertimbangan acara yang dihadiri artis biasanya banyak iklannya sehingga banyak uangnya, apakah itu menjadi alasan narasumber sekelas  intelektual/cendikiawan dihargai sangat-sangat murah?

Menurut saya, tayangan ‘ ringan’ dengan menghadirkan artis (infotaiment, musik dll) saling melengkapi dengan tayangan berat seperti berita, talkshow dll. Kalaupun yang lebih banyak iklannya saat acara ringan ( infotaiment, musik )itu karena televisi menilai acara tersebut mempunyai rating tinggi. Tetapi harap diingat, kalau saja televisi hanya mempunyai acara ringan/hiburan , tanpa mengemas acara berat misalnya berita, talkshow yg menghadirkan narasumber dengan kemampuan intelektual tertentu, belum tentu televisi tersebut diminati pemirsa. Siapa sih yang hanya butuh tayangan infotaiment, hiburan, musik? Pasti pemirsa juga butuh acara penyeimbang lainnya yang lebih berbobot, berkualitas, memberikan informasi aktual dan sukur2 banyak acara yang mendidik.

Alangkah sedihnya saat kapasitas intelektual orang-orang top di negri ini hanya dihargai sebegitu rendahnya.***


Solo, 27 Juni 2015

Tidak ada komentar: