Jumat, 26 Juni 2015

Ini Tubuhku, Mana Rupiahmu

Puisi


Bukan berita baru,
Bukan pula isu yang baru berhembus,
Juga bukan hanya sekedar pengalihan isu. 
 
Dari bertahun-tahun yang lalu,
Sambilan seperti itu sudah bukan  barang baru,
Terus ada, sulit di lihat seakan bagai hembusan angin lalu.

Mereka hidup bergelimang kemewahan,
Takut kekurangan dan tidak punya teman,
Tak berdaya dikuasai nafsu angkara.

Mencari jalan pintas yang mudah, cepat dan asoi,
Hanya demi gengsi dan agar tak terlempar dari komunitas selebiriti,
Mengadaikan harga diri dan menghindari prestasi.

Tak perlu dedikasi dan prestasi,
Tak butuh kerja keras dan apresiasi,
Hanya perlu wajah cantik dan bodi seksi.

Hanya dengan bahasa  isyarat dan lirikan sendu,
Manja menawarkan bibir merah bergincu,
Seakan berkata, "Ini tubuhku, mana rupiahmu".

Menguar  tubuh  dari satu bodi ke bodi lainnya,
Mendesah palsu dari satu tangan ke tangan ,
Menikmati setiap rupiah yang tercetak  di rekening bank satu dan satunya.

Semua kebahagiaan gemilang harta adalah palsu,
Senyum terkembang bagaikan tertusuk sembilu,
Saat usia tak bisa dimanipulasi dan tubuh tak lagi laku,
Hanya tersisa tangisan pilu dan  sang waktu yang mengerogoti sisa nafsumu. ***

(Solo, 15 Mei 2015)

Tidak ada komentar: