Senin, 06 Juli 2015

Bola Perak Zola

              Wusssssssssssssssssssss......
               Bola kecil jatuh dari langit, perlahan membesar dengan diselimuti asap putih. Tak sampai sepukuh menit, besarnya sudah mencapi dua meter. Samar-samar asap putihnya memudar dan perlahan hilang tertiup angin.
           Alma memandang takjub, matanya tidak berkedip.  Ia melihat semua keajaiban di depan matanya.


Dari bola kecil menjadi bola raksasa dan sekarang yang tampak didepan matanya sebuah benda yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Bola raksasa itu berwarna perak , mempunyai tiang penyangga dan diujungnya ada antena kecil. Belum hilang rasa takjubnya, tiba-tiba benda aneh itu mengeluarkan sinar menyilaukan dan perlahan ada sebuah pintu yang terbuka secara tiba-tiba. Dari dalam bola aneh itu munculkan seorang  anak perempuan cantik. Ia memakai baju setelan warna perak dan sepatu warna senada. Rambutnya yang panjang di kucir tinggi dengan mengunakan  kucir warna perak.  Tinggi anak perempuan itu tidak terlalu  berbeda jauh dengan Alma. Kemungkinan usia mereka juga sebaya.
            
Gambar :https://www.google.co.id/search?q=Gambar+makhluk+luar+angkasa+kartun&biw
               Alma menatap heran dan lagi-lagi takjub. Siapakah gerangan anak perempuan ini? Darimana asalnya? Pasti ini anak dari planet lain yang dikirim ke bumi untuk membantu manusia, batin Alma senang.
            “Hei, kamu, sini. Jangan sembunyi di balik pohon,” suara anak itu cukup keras sehingga membuat Alma kaget.
            Tidak ada siapa-siapa. Anak itu bicara dengan siapa?” tanya Alma dalam hati.
            “Hei, kamu. Anak yang berbaju merah. Kenapa tidak segera keluar?”
            Alma terkesiap memandang bajunya yang berwarna merah.  Tidak salah lagi, anak perempuan itu memanggilnya. Rupanya ia tahu kalau aku sembunyi di sini, batin Alma sambil keluar dengan ragu-ragu.
            Alma terbelalak, persis dihadapannya Si Anak Perempuan itu tersenyum  sambil mengulurkan tangan.
            “Namaku Zoya. Siapa namamu?”
            “Alma,” jawab Alma masih diliputi  rasa terkejut.
            “Hai, Alma. Kenapa dari tadi sembunyi di sini? Kamu takut melihatku?”
            Alma mengelengkan kepala.
            “Tidak. Tapi aku terkejut melihat kedatanganmu. Ehm, Zoya, kamu dari mana?”
            Zoya tersenyum. Tanpa berkata apa-apa ditariknya tangan Alma. Meskipun badan Zoya sebesar dirinya, tetapi tarikan tangannya sangat kuat. Alma hanya bisa mengikuti langkah kaki Zoya dengan pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa selain mengikuti kaki teman yang baru dikenalnya.
Mereka masuk ke dalam bola perak aneh  yang tadi digunakan Zoya untuk keluar. Berulangkali Alma berdecak kagum  melihat isi bola perak  milik Zoya. Ada dua ruangan besar, satu berisi alat-alat kemudi semacam ruang kemudi pesawat yang sangat canggih . Satu ruangan lagi berisi perlengkapan bermain yang dilengkapi dengan sebuah layar monitor besar. Zoya mengajak Alma duduk di kursi sofa yang sangat lembut.  Hanya dengan menjentikkan jari, muncullah robot kecil yang mengantarkan minuman dingin dan makanan kecil.  Sambil minum, Zoya menyentuh sebuah tombol yang membuka layar monitor besar. Banyak sekali kejadian di bumi yang bisa dilihat dari layar monitor. Bahkan Alma bisa melihat ayah dan ibunya sedang mencari kayu bakar di ladang. Selain itu orang-orang di kampung dan diberbagai belahan bumi tampak terlihat semua dengan jelasnya. Zoya memencet  sebuah tombol dan terlihat kegiatan Alma yang tadi dilakukannya. Semua teraekam jelas.  Ehm, pantas saja Zoya tahu kalau aku sembunyi di balik pohon, kata Alma dalam hati.
            “Aku berasal dari planet Venus. Aku datang ke bumi  karena mendengar bumi sedang mengalami kekeringan. “
            “Planet Venus?”
            Zoya mengangguk.
            “Apakah kamu bisa membantu kami?” tanya Alma penuh harapan.
            Hahahaha. Zoya tertawa sambil memperlihatkan gigi-giginya yang rapi dan putih. “Dengan alat ini, aku bisa membantu manusia di bumi. Aku sedih melihat kalian kekeringan dan bahkan banyak yang kelaparan. Percayalah, aku akan membantu kalian untuk mengatasi kekeringan.”
            Alma tertawa girang. Ia senang ada makluk dari planet lain yang peduli dengan manusia di bumi. Tanpa banyak pertimbangan, Alma mengikuti Zoya terbang tinggi di awan dan membantu Zoya mengumpulkan bulir-bulir awan biru.
Beberapa saat kemudian Zoya menebarkan awan biru  dari langit dan disusul tebaran biji-biji berbagai tanaman. Zoya mengajak Alma duduk melihat hasil kerja  mereka dari layar monitor. Betapa takjubnya Alma ketika melihat hujan turun di seluruh bumi dengan derasnya. Saat titik air hujan membasahi bumi, disusul dengan ribuan pohon, bunga, benih tanaman padi, jagung, ketela, kacang, sagu dan tanaman pangan lainnya yang tumbuh dengan cepat  dan sarat dengan bunga dan buah. Alma melihat semua penduduk bumi bersuka ria, tertawa bersama sambil memanen biji-biji yang ranum dan segar. Wajah mereka berseri-seri penuh rasa syukur. Kekeringan yang melanda selama hampir  dua tahun dan telah menghilangkan banyak nyawa karena kelaparan sudah menjauh dari mereka. Tidak ada lagi pohon yang mengering dan tumbang. Tanah gersang dan debu-debu yang selalu menyelimuti hari demi hari hilang sudah. Wajah-wajah pucat dan tak bersemangat sudah berganti dengan wajah segar, ceria dan penuh gairah kehidupan.
            “Terima…….ka…sih…”ucapan Alma tertahan ditenggorokan. Zoya melambaikan tangan didepan pintu bola perak-nya yang terus membumbung tinggi. Entah sejak kapan Alma berada di bumi, ia tidak tahu. Setahunya ia masih didalam bola perak Zoya setelah melihat bumi seisinya kembali berseri. Alma membalas lambaian tangan Zoya dengan penuh rasa syukur. Terimakasih sahabat, katanya lirih. Dan bola perak Zoya-pun hilang tak berbekas. ***

Tidak ada komentar: