Bola kecil jatuh dari langit, perlahan membesar dengan diselimuti asap putih. Tak sampai sepukuh menit, besarnya sudah mencapi dua meter. Samar-samar asap putihnya memudar dan perlahan hilang tertiup angin.
Alma memandang takjub, matanya tidak berkedip. Ia melihat semua keajaiban di depan matanya.
Dari bola
kecil menjadi bola raksasa dan sekarang yang tampak didepan matanya sebuah
benda yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Bola raksasa itu berwarna perak ,
mempunyai tiang penyangga dan diujungnya ada antena kecil. Belum hilang rasa
takjubnya, tiba-tiba benda aneh itu mengeluarkan sinar menyilaukan dan perlahan
ada sebuah pintu yang terbuka secara tiba-tiba. Dari dalam bola aneh itu
munculkan seorang anak perempuan cantik.
Ia memakai baju setelan warna perak dan sepatu warna senada. Rambutnya yang
panjang di kucir tinggi dengan mengunakan
kucir warna perak. Tinggi anak
perempuan itu tidak terlalu berbeda jauh dengan Alma. Kemungkinan usia mereka
juga sebaya.
Alma
menatap heran dan lagi-lagi takjub. Siapakah gerangan anak perempuan ini?
Darimana asalnya? Pasti ini anak dari
planet lain yang dikirim ke bumi untuk membantu manusia, batin Alma senang.
“Hei,
kamu, sini. Jangan sembunyi di balik pohon,” suara anak itu cukup keras
sehingga membuat Alma kaget.
Tidak
ada siapa-siapa. Anak itu bicara dengan siapa?” tanya Alma dalam hati.
“Hei,
kamu. Anak yang berbaju merah. Kenapa tidak segera keluar?”
Alma
terkesiap memandang bajunya yang berwarna merah. Tidak salah lagi, anak perempuan itu
memanggilnya. Rupanya ia tahu kalau aku
sembunyi di sini, batin Alma sambil keluar dengan ragu-ragu.
Alma
terbelalak, persis dihadapannya Si Anak Perempuan itu tersenyum sambil mengulurkan tangan.
“Namaku
Zoya. Siapa namamu?”
“Alma,”
jawab Alma masih diliputi rasa terkejut.
“Hai,
Alma. Kenapa dari tadi sembunyi di sini? Kamu takut melihatku?”
Alma
mengelengkan kepala.
“Tidak.
Tapi aku terkejut melihat kedatanganmu. Ehm, Zoya, kamu dari mana?”
Zoya
tersenyum. Tanpa berkata apa-apa ditariknya tangan Alma. Meskipun badan Zoya
sebesar dirinya, tetapi tarikan tangannya sangat kuat. Alma hanya bisa
mengikuti langkah kaki Zoya dengan pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa
selain mengikuti kaki teman yang baru dikenalnya.
Mereka masuk ke dalam bola
perak aneh yang tadi digunakan Zoya
untuk keluar. Berulangkali Alma berdecak kagum melihat isi bola perak milik Zoya. Ada dua ruangan besar, satu berisi
alat-alat kemudi semacam ruang kemudi pesawat yang sangat canggih . Satu ruangan
lagi berisi perlengkapan bermain yang dilengkapi dengan sebuah layar monitor
besar. Zoya mengajak Alma duduk di kursi sofa yang sangat lembut. Hanya dengan menjentikkan jari, muncullah
robot kecil yang mengantarkan minuman dingin dan makanan kecil. Sambil minum, Zoya menyentuh sebuah tombol
yang membuka layar monitor besar. Banyak sekali kejadian di bumi yang bisa
dilihat dari layar monitor. Bahkan Alma bisa melihat ayah dan ibunya sedang
mencari kayu bakar di ladang. Selain itu orang-orang di kampung dan diberbagai
belahan bumi tampak terlihat semua dengan jelasnya. Zoya memencet sebuah tombol dan terlihat kegiatan Alma yang
tadi dilakukannya. Semua teraekam jelas.
Ehm, pantas saja Zoya tahu kalau
aku sembunyi di balik pohon, kata Alma dalam hati.
“Aku
berasal dari planet Venus. Aku datang ke bumi
karena mendengar bumi sedang mengalami kekeringan. “
“Planet
Venus?”
Zoya
mengangguk.
“Apakah
kamu bisa membantu kami?” tanya Alma penuh harapan.
Hahahaha.
Zoya tertawa sambil memperlihatkan gigi-giginya yang rapi dan putih. “Dengan
alat ini, aku bisa membantu manusia di bumi. Aku sedih melihat kalian
kekeringan dan bahkan banyak yang kelaparan. Percayalah, aku akan membantu
kalian untuk mengatasi kekeringan.”
Alma
tertawa girang. Ia senang ada makluk dari planet lain yang peduli dengan
manusia di bumi. Tanpa banyak pertimbangan, Alma mengikuti Zoya terbang tinggi
di awan dan membantu Zoya mengumpulkan bulir-bulir awan biru.
Beberapa saat kemudian
Zoya menebarkan awan biru dari langit
dan disusul tebaran biji-biji berbagai tanaman. Zoya mengajak Alma duduk
melihat hasil kerja mereka dari layar
monitor. Betapa takjubnya Alma ketika melihat hujan turun di seluruh bumi
dengan derasnya. Saat titik air hujan membasahi bumi, disusul dengan ribuan
pohon, bunga, benih tanaman padi, jagung, ketela, kacang, sagu dan tanaman
pangan lainnya yang tumbuh dengan cepat
dan sarat dengan bunga dan buah. Alma melihat semua penduduk bumi
bersuka ria, tertawa bersama sambil memanen biji-biji yang ranum dan segar. Wajah
mereka berseri-seri penuh rasa syukur. Kekeringan yang melanda selama
hampir dua tahun dan telah menghilangkan
banyak nyawa karena kelaparan sudah menjauh dari mereka. Tidak ada lagi pohon
yang mengering dan tumbang. Tanah gersang dan debu-debu yang selalu menyelimuti
hari demi hari hilang sudah. Wajah-wajah pucat dan tak bersemangat sudah
berganti dengan wajah segar, ceria dan penuh gairah kehidupan.
“Terima…….ka…sih…”ucapan
Alma tertahan ditenggorokan. Zoya melambaikan tangan didepan pintu bola perak-nya
yang terus membumbung tinggi. Entah sejak kapan Alma berada di bumi, ia tidak
tahu. Setahunya ia masih didalam bola perak Zoya setelah melihat bumi seisinya
kembali berseri. Alma membalas lambaian tangan Zoya dengan penuh rasa syukur.
Terimakasih sahabat, katanya lirih. Dan bola perak Zoya-pun hilang tak
berbekas. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar