Sabtu, 17 Oktober 2015

Beratnya Beban Pelajaran Anak Kelas 1 SD

Susah ya pelajaran anak kelas 1 SD sekarang,” keluh salah seorang ibu yang putrnya kelas 1 SD. Tak lama ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya pulang sekolah saling bercerita beratnya pelajaran kelas I SD.

Rata-rata mereka terkejut, heran dan tidak habis pikir kenapa anak kelas I SD sudah diberikan pelajaran dengan materi yang berat. Ya, saya juga mengamini, meskipun tidak terkejut lagi karena pernah mengalami hal itu saat anak pertama dan kedua kelas 1 SD. 

Kami  lantas memperbincangkan hal tersebut. Di sela-sela pembicaraan, seorang ibu sempat berkomentar, ”Bagaimana mungkin anak sempat bermain kalau pelajaran saja sesulit itu.”

Deg, tepat sekali. Melihat materi pelajaran di buku-buku tebal dan LKS yang ‘bikin pusing’ saat melihatnya, kesempatan anak untuk bersantai dan bermain sepuasnya selayaknya usia mereka yang rata-rata 6 tahun-7 tahun terancam hilang. Bagaimana mau bermain, lha wong pelajaran yang mereka terima cukup mengagetkan di masa peralihan dari TK ke jenjang SD. Pelajaran di awal semester ini, sudah cukup berat, apalagi kalau dilihat materi di semester kedua.


Misalnya untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), pelajaran awal sudah belajar tentang berbagai agama, suku di Indonesia. Di salah satu tugas ada pertanyaan “Lagu ayam de lapeh dari daerah mana?“. “Tari Payung berasal dari daerah mana?“ Woalah, apa ya nggak bingung anak-anak yang seusia itu menghafal berbagai suku di Indonesia dengan baju adat, tarian, lagu daerahnya?


Kemudian untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ada sejumlah pertanyaan tentang keluarga, misalnya pertanyaan “Siapa yang dimaksud dengan kerabat?” “Orang yang tidak dapat berbicara disebut?” Masih dipelajaran yang sama, di lembar latihan anak diajak untuk belajar penalaran misalnya dengan menceritakan gambar di beberapa orang berdiri. Pertanyaannya adalah “apa yang terjadi jika kalian naik bus yang penuh dengan penumpang?”


Pelajaran lainnya tak kalah sulit, misalnya di Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenalkan dengan bagian tubuh, kegunaanya dan kebutuhan tubuh kita. Nah ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijelaskan dengan sabar, misalnya “apakah yang dimaksud dengan makanan bergizi?” “Apakah manfaat dari kulit itu?”
Bahasa Indonesia, dalam salah satu materi yang diberikan, anak-anak diminta untuk bisa membedakan suku kata, misalnya pertanyaan “sepeda baru, bagaimana dengan suku katanya?”


Belum pelajaran yang lainnya, rata-rata sama beratnya untuk anak seusia 6-7 tahun. Bahkan anak saya yang kelas 9, sempat berkomentar saat adiknya membaca pelajaran muatan lokal bahasa Jawa, ”Lho kok pelajarannya sama denganku Dik.” Ternyata adiknya yang kelas 1 SD sudah diajari bahasa kromo inggil, ngoko alus dan ngoko, yang menjadi salah satu materi pelajaran kelas 9.

Dengan materi pelajaran yang cukup berat tersebut, tak heran jika orangtua merasa kesulitan (beragam alasan, karena materi berat, sibuk dll) saat anak bertanya sehingga pilihannya adalah memberikan les kepada putra-putrinya. Sudah biasa lho, anak-anak kelas 1 SD sudah dileskan. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kasihan dengan anak sekecil itu harus ‘serius’ belajar. Saya bisa membayangkan beban berat mereka kelak saat kelas 6 yang bersiap mengikuti UN. Lha kelas 1 saja sudah dileskan, apalagi kalau kelas 6?

Mestinya saat-saat peralihan dari pendidikan Taman Kanak-kanak ke SD ini, materi yang diberikan tidak memberatkan. Menerima pelajaran saja banyak yang tergagap-gagap, karena sebagian besar cara guru SD memberikan pelajaran sangat berbeda dengan guru di TK. Guru SD cenderung memperlakukan anak-anak kelas 1 SD seperti anak-anak kelas 3, 4, 5, 6 yang memang sudah lebih matang. Nah, secara bertahap, mulai kelas 2 SD anak-anak diperkenalkan dengan materi yang lebih berat dan seterusnya. Tidak saat kelas 1 sudah ‘dipaksa’ memahami banyak materi yang pastinya ‘mengejutkan’ bagi mereka. Ini kan masih masa peralihan dari belajar di TK yang lebih banyak bermain dan bersenang-senang.

Menurut saya,mestinya guru perlu mempersiapan mental anak secara bertahap agar maksimal dalam menyerap pelajaran. Semoga. ***

_Solo, 6 September 2015_

Tidak ada komentar: