Lonjong, berkulit kasar, bentuknya tidak terlalu besar dengan warna
hijau selagi masih muda dan saat matang akan berwarna kuning merah
kehitaman. Sekilas seperti buah langsa dari Maluku atau pijetan kalau
orang Jawa menyebutnya, tetapi setelah diperhatikan bentuknya lain.
Soal
rasa, ehm, manis. Rasanya seperti campuran antara kelengkeng dan
rambutan yang segar dan enak. Daging buahnya juga hampir sama , putih,
dengan isinya hitam.
Buah Matoa, buah khas dari Papua tetapi
sudah banyak ditemukan di mana-mana. Aslinya pohon Matoa ini tingginya
rata-rata sampai 18 meteran, dengan diameter yang cukup besar, mencapai
hampir satu meter.
Saat
ditanam di Jawa, buah Matoa bisa hidup dan terus berbuah meskipun baru
mencapai tak lebih dari sepuluh meter. Di kampung sekitar perumahan
saya, rata-rata pohon matoa setinggi 10 meter sudah berbuah lebat dengan
dahan-dahannya yang menyebar di seantero pohon. Bahkan di sebelah rumah
saya, tak lebih dari 5 meter sudah berbuah dan tak kalah manisnya
dengan buah matoa lainnya.
Di balik rasa manisnya itu, ternyata
buah matoa mengandung banyak manfaat. Kaya dengan vitamin C dan E, buah
ini baik untuk kesehatan tubuh. Kandungan vitamin C bisa bermanfaat
sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang mampu
menyerang sistim kekebalan tubuh manusia. Selain itu, sebagaimana
vitamin C yang terkandung di buah lainnya, buah matoa juga mampu
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga lebih tahan terhadap serangan
berbagai macam penyakit.
Sementara untuk vitamin E yang ada di
dalam buah matoa, dapat membantu meringankan stress, meningkatkan
kesburuan, meminimalkan resiko terserang kanker dan jantung koroner,
juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Jangan lupa manfaat vitamin E
lainnya untk menjaga kesehatan kulit dan kelembaban kulit. Apalagi saat
musim kemarau seperti saat ini, kelembaban kulit terasa berkurang karena
panas yang menyengat.
Selain bermanfaat dari sisi kesehatan,
buah matoa juga mampu membantu memberikan tambahan pemasukan buat
keluarga. Betapa tidak, tetangga kampung saya memiliki 5 pohon matoa,
sekali panen dengan harga satu kilogramnya mencapai Rp 40.000,00 dan
hasil sekali panen bisa mencapai 50-100 kilogram, pemiliknya bisa
tersenyum lebar. Karena pohon ini tidak butuh perawatan ekstra,
didiamkan saja akan tumbuh besar dan saatnya nanti berbuah.
Harga
jualnya jauh lebih bagus dibandingkan harga jual buah yang rasanya
mirip seperti kelengkeng, langsa atau rambutan. Matoa memimpin ketiganya
dari sisi harga.
Saat ini masa panen buah matoa, kita bisa
mendapatkannya di pasar, meskipun tidak semua pasar ada. Tetapi ya mesti
merogok kocek yang lebih tinggi. Oya, jangan terlalu banyak
mengkonsumsinya karena buah matoa ini banyak sekali mengandung glukosa
jenuh. Jadi makan terlalu banyak bisa menyebabkan teler alias mabuk.
Secukupnya saja ya.***
_Solo, 9 September 2015_
foto. dok pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar