Sabtu, 17 Oktober 2015

Matoa, Si Lonjong dari Papua dengan Beragam Manfaat

Lonjong, berkulit kasar, bentuknya tidak terlalu besar dengan warna hijau selagi masih muda dan saat matang akan berwarna kuning merah kehitaman. Sekilas seperti buah langsa dari Maluku atau pijetan kalau orang Jawa menyebutnya, tetapi setelah diperhatikan bentuknya lain.

Soal rasa, ehm, manis. Rasanya seperti campuran antara kelengkeng dan rambutan yang segar dan enak. Daging buahnya juga hampir sama , putih, dengan isinya hitam.

Buah Matoa, buah khas dari Papua tetapi sudah banyak ditemukan di mana-mana. Aslinya pohon Matoa ini tingginya rata-rata sampai 18 meteran, dengan diameter yang cukup besar, mencapai hampir satu meter.

Saat ditanam di Jawa, buah Matoa bisa hidup dan terus berbuah meskipun baru mencapai tak lebih dari sepuluh meter. Di kampung sekitar perumahan saya, rata-rata pohon matoa setinggi 10 meter sudah berbuah lebat dengan dahan-dahannya yang menyebar di seantero pohon. Bahkan di sebelah rumah saya, tak lebih dari 5 meter sudah berbuah dan tak kalah manisnya dengan buah matoa lainnya.

Di balik rasa manisnya itu, ternyata buah matoa mengandung banyak manfaat. Kaya dengan vitamin C dan E, buah ini baik untuk kesehatan tubuh. Kandungan vitamin C bisa bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang mampu menyerang sistim kekebalan tubuh manusia. Selain itu, sebagaimana vitamin C yang terkandung di buah lainnya, buah matoa juga mampu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga lebih tahan terhadap serangan berbagai macam penyakit.

Sementara untuk vitamin E yang ada di dalam buah matoa, dapat membantu meringankan stress, meningkatkan kesburuan, meminimalkan resiko terserang kanker dan jantung koroner, juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Jangan lupa manfaat vitamin E lainnya untk menjaga kesehatan kulit dan kelembaban kulit. Apalagi saat musim kemarau seperti saat ini, kelembaban kulit terasa berkurang karena panas yang menyengat.

Selain bermanfaat dari sisi kesehatan, buah matoa juga mampu membantu memberikan tambahan pemasukan buat keluarga. Betapa tidak, tetangga kampung saya memiliki 5 pohon matoa, sekali panen dengan harga satu kilogramnya mencapai Rp 40.000,00 dan hasil sekali panen bisa mencapai 50-100 kilogram, pemiliknya bisa tersenyum lebar. Karena pohon ini tidak butuh perawatan ekstra, didiamkan saja akan tumbuh besar dan saatnya nanti berbuah.

Harga jualnya jauh lebih bagus dibandingkan harga jual buah yang rasanya mirip seperti kelengkeng, langsa atau rambutan. Matoa memimpin ketiganya dari sisi harga.

Saat ini masa panen buah matoa, kita bisa mendapatkannya di pasar, meskipun tidak semua pasar ada. Tetapi ya mesti merogok kocek yang lebih tinggi. Oya, jangan terlalu banyak mengkonsumsinya karena buah matoa ini banyak sekali mengandung glukosa jenuh. Jadi makan terlalu banyak bisa menyebabkan teler alias mabuk. Secukupnya saja ya.***



_Solo, 9 September 2015_
foto. dok pribadi

Tidak ada komentar: