Sumur bagi orang Jawa tidak hanya sekedar tempat untuk mengambil air.
Sumur tidak hanya sekadar fasiltas sumber air yang akan memenuhi
kebutuhan air untuk keseharian seluruh keluarga.
Tetapi sumur bagi
orang Jawa, sumur diibaratkan lambang sumber kehidupan. Dari sumurlah
kebutuhan yang sangat penting, yaitu air bisa terpenuhi.
Pengalian sumur yang berbentuk lingkaran dengan diameter 1-1,5 meter, bagi orang Jawa diibartkan mengali sumber kehidupan.
Maka
tak heran jika orang Jawa, saat akan membangun rumah tempat tinggal,
biasanya mereka justru membangun sumur terlebih dahulu. Selain untuk
memenuhi kebutuhan pambangunan rumah, air dari sumur tersebut juga
menandakan ada sumber kehidupan yang menjanjikan bagi keluarga yang akan
mendiami rumah itu kelak.
Pembuatan sumur juga tidak dilakukan
dengan asal-asalan, biasanya orang Jawa akan mencari orang pintar, orang
yang dianggap sebagai pawang sumur untuk menentukan dan mencari sumber
mata air yang bagus. Setelah itulah, akan ditentukan hari baik (menurut
perhitungan Jawa) untuk mulai mengali sumur.
Menentukan letak
sumur juga tidak sembarangan, tidak asal melihat sumber air yang bagus.
Tetapi juga mempertimbangkan arah rumah menghadap kearah mana. Karena
pemilihan letak sumur diyakini juga akan mempengaruhi peruntungan dan
kebahagiaan keluarga pemilik sumur.
Bagi masyarakat di Jawa,
sulit sekali menemukan rumah (lama) yang tidak kelihatan sumurnya.
Hampir semua rumah di Jawa membangun sumurnya di samping rumah bagian
depan. Sehingga dari depan/jalan sumur tersebut bisa dilihat oleh orang
lain. Mereka memang sengaja membangun sumur biar kelihatan dari
jalan/kelihatan orang lain. Menurut penuturan orangtua saya, peletakan
sumur dari jaman nenek moyangnya dulu memang selalu di depan, biasanya
samping rumah bisa samping kanan atau kiri. Bagi yang rumahnya
berhalaman luas, bisa diletakkan di samping dekat rumah atau terkadang
justru di samping pojok yang dekat jalan. Intinya setiap orang yang
lewat bisa tahu ada sumur di situ. Jadi tidak diletakkan di tempat yang
tersembunyi/ atau di dalam rumah.
Makna yang terkandung di dalam
penentuan letak sumur ini amat dalam. Para leluhur sudah
mempertimbangkan bahwa sumur sebagai sumber penghidupan bagi keluarga
tidaklah elok jika hanya di nikmati oleh anggota keluarga pemilik sumur
itu saja. Tetapi sumur juga difungsikan sebagai sarana sosial, untuk
menyediakan bagi siapapun yang membutuhkan air. Maka tak heran jika
sumur diletakkan di luar rumah, di pinggir jalan, di tempat yang mudah
diketahui orang lain. Tidak hanya untuk tetangga yang membutuhkan air
saja, tetapi untuk orang yang tidak dikenalpun yang saat melintas
membutuhkan air bisa mengambilnya sesuak hati.
Para
leluhur sudah mengajarkan konsep berbagi kepada sesama yang sangat
sederhana dan mungkin tidak terlalu disadari oleh anak cucunya. Maka
tidaklah heran jika sumur di desa (waktu itu, dan saya juga merasakan
sendiri saat masih kecil) sering dikunjungi orang yang lewat hanya untuk
sekedar numpang cucimuka, atau petani untuk cuci tangan dan kaki
setelah bergelut dengan lumpur, pengembala ternak untuk mengambilkan air
minum ternaknya dan tetangga yang sumurnya kering saat kemarau panjang
seperti saat ini.
Mereka memaknai sumur tidak ada bedanya dengan
mata air, sendang, pancuran, belik, sungai yang disediakan Tuhan untuk
seluruh makluk hidup di dunia ini.
Selain itu, bagi orang Jawa
juga, berkumpul di sumur saat mengambil air, dijadikan sarana untuk
bertemu, berbincang, mengakrabkan diri sekaligus membicarakan hal-hal
keseharian yang terjadi di sekitar mereka (bahasannya bisa beragam dari
hal sehari-hari, pendidikan, sosial, sampai soal politik).
Saat
ini, kalau ke desa, saya masih banyak menemumukan sumur-sumur yang
terlihat di jalanan. Meskipun sebagian sudah diberikan dinding penutup
setinggi 1,5 meter untuk sekedar tidak terlalu mencolok terlihat di
jalanan.
Seiring dengan perkembangan jaman, orang yang tinggal
di desa dan membangun rumah baru, sudah hampir tidak terlihat sumur di
halaman/pekarangan rumah mereka. Kebanyakan sudah meletakkan sumur di
dalam rumah/belakang rumah, yang intinya agar tidak terlihat dari
jalan/luar. Seperti yang saya tanyakan kepada mereka, alasannya adalah
sumur untuk kegiatan yang bersifat pribadi, sehingga kalau tampak dari
luar apalagi jalanan ya malu. Oleh karena itu mereka meletakkan sumur di
tempat yang tidak terlihat orang luar.
_Solo, 25 September 2015_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar