Beberapa saat setelah ledakan, ia membuat status di Facebook yang intinya justru meragukan kinerja polisi yang cepat dan treginas dalam mengatasi peledakan dan penembakan.
Tidak ada kalimat yang mengucapkan duka mendalam,
kesedihan apalagi mengutuk keras tindakan anarkis para pelaku. Ia justru
seperti menyesal dan menyayangkan sikap polisi yang begitu cepat menghabisi
para teroris.
Entah apa yang ada di pikirannya atau pertanyaan
saya justru apakah Jonru itu sehat jiwanya?
Status Jonru diunggah hari Kamis, jam 1.23 dan
seperti biasa dengan cepat di baca, dilike puluhan ribu orang dan di share ribuan orang. Parahnya karena ia berteman dengan ribuan orang dan statusnya dibaca puluhan
ribu orang, maka tak heran jika komentar langsung bermunculan yang sebagian
besar orang-orang yang sepikiran dengannya yang mudah diracuni dengan status
dan analisa ngawur nya.
Seperti inilah tulisan Jonru:
Kamis jam
1.23
Bomnya baru terjadi beberapa menit lalu, tiba-tiba
polisi "sudah tahu" siapa pelakunya: ISIS.
Bisa ditebak, setelah ini ISIS akan diperangi dengan
membabi-buta.
Saya bukan dalam posisi membela atau menentang ISIS
(tentu ada di antara Anda yang masih ingat, beberapa waktu lalu saya bikin
posting yang isinya justru membuat saya dibully oleh orang-orang ISIS).
Saya bukan dalam posisi mengatakan "ISIS
Islam" atau "ISIS bukan Islam".
Terlepas siapapun ISIS, yang jelas selama ini mereka
diidentikkan oleh banyak orang dengan Islam. Menuduh ISIS sebagai teroris,
sedikit banyaknya akan membuat Islam kena getahnya.
Saya menyayangkan sikap aparat dan pemerintah kita
ini, yang demikian 'SIGAP" dalam menindak para teroris yang "berbau"
Islam.
Namun jika pelakunya nonmuslim, berita-beritanya pun
segera berhenti, bahkan diundang makan di instana.
Begitulah...
NB: Terserah jika Anda menuduh opini saya ini rasis.
Saya hanya berusaha meluapkan RASA PRIHATIN. Sebab sebagai umat Islam, saya
merasa agama saya diperlakukan secara tidak adil.
Setidak sukanya ia dengan pemerintah sekarang,
mestinya untuk soal-soal seperti ini, ia bisa mikir dan terketuk hatinya.
Melihat orang-orang tak berdosa yang menjadi korban sesat pikir,kedangkalan dan
sesat ideology sekelompok orang yang mengatasnamakan jihat yang teriming-imingi surga, mestinya sebagai
orang waras, muncul simpati dan empathy. Tetapi nyatanya?
Coba bayangkan kalau tindakan polisi tidak cepat,
berapa korban jiwa yang akan berjatuhan, trauma para korban dan masyarakat yang
menyaksikan. Juga korban harta benda?
Kembali ke pertanyaan saya tadi, apakah kira-kira Jonru itu sehat
Jiwanya? Silahkan jawab sendiri. Yang jelas, bagi Saya ia tidak mempunyai rasa empathy sama sekali.
Rupanya Jonru belum benar-benar kapok dan tobat setelah hampir
dilaporkan fotografer Presiden
setelah analisis ngawurnya mengenai foto
Presiden di Rajaampat awal tahun kemarin, yang melecehkan integritas sang
fotografer presiden. Ia tidak pernah belajar dari pengalaman yang sudah-sudah
sehingga memperbaiki sikap , tindakan dan statusnya yang seringkali asal jeplak
dan menyudutkan presiden .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar