Jumat, 11 Maret 2016

Ahmad Dhani dan Wanita Emas Mulai Tabuh Genderang Perang, Umbar Kata Pedas untuk Ahok

Ahok sedang naik daun, menjadi pembicaraan di mana-mana. Pun, dimedia sosial ia menjadi bahan pembicaraan dan bahan tulisan yang tidak ada habis-habisnya.


Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada ) DKI Jakarta tinggal tahun depan, 2017, tak heran tokoh yang berminat untuk menjadi DKI Jakarta 1 sudah jauh hari menyusun strategi mencari perhatian masyarakat DKI Jakarta.
Bagi Ahok, tak perlu berkoar-koar, warganya sudah tahu sepak terjangnya, baik yang tahu dan ‘menilai’ positif maupun yang menilainya tidak terlalu baik. Tetapi, pada dasarnya ia tidak perlu mengumbar kata-kata tetapi terus saja bekerja seperti biasanya.

Lain bagi para calon penantang Ahok yang harus bekerja keras agar warga Jakarta lebih mengenalnya , lebih tahu sehingga berharap akan mempermudah meraih simpati.  Seperti kata pepatah, tidak kenal maka tidak akan sayang, jadi mereka terus berupaya agar moncer .

Untuk mencuri perhatian publik, tidak selalu hal positif yang dilakukan. Bagi penantang Ahok, akan lebih mudah mencari perhatian public sekaligus menurunkan kredibilitas Ahok melalui kritikan tajam mengenai sepak terjang Ahok dalam memimpin DKI Jakarta.

Salah satunya, bakal calon Gubernur yang  kabarnya akan maju didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ahmad Dhani, musisi , pentolan band MahaDewa, dan pemilik Republik Cinta Manajemen ini, sudah mulai unjuk gigi. Setelah mengambangi warga di Kalijodo , ia juga mengelar  sosialisasi yang dikemas dengan acara Kasidah Cinta, Minggu (6/2/2016). Seperti dilangsir Kompas.com, musisi asal Surabaya ini beserta timnya  mengambangi warga Muara Kapuk.  Selain sosialisasi ia ingin mendengar curhatan warga Jakarta Utara, dengan jargon "Jakarta bertanya, Ahmad Dhani menjawab," . Dan rencannya akan dilakukan di lima wilayah lainnya di Jakarta supaya Dhani bisa mendengar dan menjawab keluhan warga.

Upaya perang di media massa, dilakukan Dhani dengan mengumbar kata-kata pedas mengkritik Ahok.  Dhani menyakini bahwa Ahok akan memamerkan kesuksesan memimpin DKI Jakarta  dan opini masyarakat akan digiring untuk menilainya. “Saya preketek sebagai warga asal Surabaya”.  Preketek alias prek atau tidak peduli atau bisa diartikan ia tidak menganggap apa yang akan dilakukan Ahok alias menganggap remeh prestasi Ahok. Ia menilai apa yang akan dilakukan Ahok tidak  berpengaruh bagi calon pemilihnya kelak.

Sementara itu, bakal calon yang beberapa hari ini nyaring terdengar suaranya yaitu  Hasnaeni Moein atau lebih dikenal dengan julukan “Wanita Emas” , mulai unjuk gigi dengan bersuara miring tentang Ahok. Penilaian buruk disematkan kepada Ahok karena Gubernur DKI Jakarta dinilai merupakan sosok temperamental  saat menjabat Gubernur. Selain itu, Ahok juga dinilai emosional dan jarang blusukan. 
Menurut wanita emas tersebut, Ahok lebih sering datang ke acara resepsi  pernikahan warga.  Sehingga itu bukan konsep blusukan karena tidak secara langsung menyelesaikan masalah warga.
Kader Partai Demokrat ini melihat Ahok  tidak  tegas tetapi  sikapnya selama ini lebih karena arogan. Dan ia melihat Ahok telah membuat warga Jakarta merasa diteror karena kebijakan pengusuran yang sering ia  lakukan .

Perang kata-kata lewat media yang di lontarkan Ahmad Dhani dan Hasnaeni Moein tak lain adalah ingin mencuri perhatian publik.  Hal biasa yang dilakukan menjelang pilkada, saling menjatuhkan dan saling mencari titik lemah lawan politiknya.

Hal ini akan berlangsung sampai mendekati hari H pemilihan Gubernur DKI Jakarta.  Para penantang Ahok akan terus mencari kelemahan dan sisi kurangnya Ahok, tetapi akan melupakan untuk mengangkat kelebihan dan prestasi Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. 

Meskipun begitu, warga Jakarta sudah sangat cerdas untuk menilai dan tidak mudah terprovokasi  dengan perang kata-kata di media.  Perkiraan saya, apa yang dilakukan penantang Ahok tidak akan berpengaruh signifikan .  

Tetapi kelihatannya Ahok tidak  terpancing dan tetap bekerja seperti biasa. Akan lebih baik ke depannya Ahok masih seperti itu,  meneruskan programnya sampai berakhir masa jabatan tahun 2017 nanti. Biarkan warga Jakarta yang menilai  dan memilih yang terbaik karena tahu perubahan yang mereka rasakan di Jakarta.

_Solo, 7 Maret 2016_


Tidak ada komentar: