Katanya kenaikan tarif listrik, Katanya kenaikan harga BBM, kenaikan biaya urus STNK sampai kenaikan harga cabai.
Geger kenaikan memang lagi booming dan agaknya menjadi ‘alat’ bagi yang suka gegeran dan bikin rakyat tidak tenang untuk terus berkeluh kesah.
Seolah-olah memprihatinkan rakyat kurang mampu yang terus tertekan dengan banyaknya kebijakan Jokowi yang katanya menyengsarakan rakyatnya.
Bahkan dedek-dedek gemes yang kali ini gak bikin gemes tapi bikin eneg, ikut-ikutan protes , turun jalan.
Padahal sudah dijelaskan oleh pemerintah tentang kenaikan listrik 900 VA yang sesungguhnya pengurangan subsidi bagi rakyat yang mampu saja, kenaikan BBM hanya berlaku untuk pertamax, pertamax dex , Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertalite. Naiknya nggak seberapa hanya Rp. 300. Itu BBM yang biasanya memang tidak dibeli oleh rakyat yang kurang mampu. Kenaikan biaya administrasi untuk pengurusan surat kendaraan hanya berlaku 5 tahun sekali.
Selain tiga hal, kenaikan harga cabai juga di bikin geger.
Saya gagal paham dengan cabai yang ikut ‘di goreng’ setiap hari seakan-akan cabai ini komoditas yang paling penting dan paling di cari.
Padahal, coba kita pikirkan bersama. Cabai itu bukan makanan pokok, bukan seperti beras, jagung, sagu yang memang hampir semua rakyat membutuhkanya. Lantas cabai? Bagi saya, cabai itu sepereti bumbu lainnya macam bawang putih, bawang merah, merica, dll. Saya bukan bermaksud untuk mengecilkan kenaikan harga cabai , tetapi rasanya juga tidak terlalu pas jika di ributkan seolah-olah cabai itu makanan yang harus ada dan ketika harganya tidak terjangkau rakyat akan kekurangan makanan.
Saya, ibu rumah tangga, yang menyediakan masakan untuk keluarga saya, yang kebetulan semua pecinta makanan pedas saja tidak pusing dan ribut dengan kenaikan harga cabai.
Lagipula, ingat ya , yang naik itu cabai rawit merah saja, tetapi cabai rawit putih masih di harga terjangkau, cabai merah besar, cabai hijau besar harganya terjangkau banget . Kalau hari ini harga cabai rawit merah Rp 100.000 , harga cabai rawit putih masih Rp 45 ribu, cabai merah besar Rp 22 ribu.
Bagi pecinta cabai, kalau memang keberatan beli cabai rawit merah, ya beli saja cabai rawit putih, atau cabai merah besar. Meskipun kurang puas (karena puas itu hanya soal rasa saja), ya gak usah terlalu di pikirkan.
Jadi, kenapa masih meributkan harga cabai rawit merah yang naik? Mbokyao nggak terlalu baperan, dan usilan apalagi sampai gegeran. Sareh mawon, seperti pepatah , tak ada cabai merah, cabai putih pun jadi. Jadi beli saja cabai putih yang murah nggihhh….
Padahal sudah dijelaskan oleh pemerintah tentang kenaikan listrik 900 VA yang sesungguhnya pengurangan subsidi bagi rakyat yang mampu saja, kenaikan BBM hanya berlaku untuk pertamax, pertamax dex , Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertalite. Naiknya nggak seberapa hanya Rp. 300. Itu BBM yang biasanya memang tidak dibeli oleh rakyat yang kurang mampu. Kenaikan biaya administrasi untuk pengurusan surat kendaraan hanya berlaku 5 tahun sekali.
Selain tiga hal, kenaikan harga cabai juga di bikin geger.
Saya gagal paham dengan cabai yang ikut ‘di goreng’ setiap hari seakan-akan cabai ini komoditas yang paling penting dan paling di cari.
Padahal, coba kita pikirkan bersama. Cabai itu bukan makanan pokok, bukan seperti beras, jagung, sagu yang memang hampir semua rakyat membutuhkanya. Lantas cabai? Bagi saya, cabai itu sepereti bumbu lainnya macam bawang putih, bawang merah, merica, dll. Saya bukan bermaksud untuk mengecilkan kenaikan harga cabai , tetapi rasanya juga tidak terlalu pas jika di ributkan seolah-olah cabai itu makanan yang harus ada dan ketika harganya tidak terjangkau rakyat akan kekurangan makanan.
Saya, ibu rumah tangga, yang menyediakan masakan untuk keluarga saya, yang kebetulan semua pecinta makanan pedas saja tidak pusing dan ribut dengan kenaikan harga cabai.
Lagipula, ingat ya , yang naik itu cabai rawit merah saja, tetapi cabai rawit putih masih di harga terjangkau, cabai merah besar, cabai hijau besar harganya terjangkau banget . Kalau hari ini harga cabai rawit merah Rp 100.000 , harga cabai rawit putih masih Rp 45 ribu, cabai merah besar Rp 22 ribu.
Bagi pecinta cabai, kalau memang keberatan beli cabai rawit merah, ya beli saja cabai rawit putih, atau cabai merah besar. Meskipun kurang puas (karena puas itu hanya soal rasa saja), ya gak usah terlalu di pikirkan.
Jadi, kenapa masih meributkan harga cabai rawit merah yang naik? Mbokyao nggak terlalu baperan, dan usilan apalagi sampai gegeran. Sareh mawon, seperti pepatah , tak ada cabai merah, cabai putih pun jadi. Jadi beli saja cabai putih yang murah nggihhh….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar