Kamis, 06 April 2017

Gegara Anies Terpancing Emosi, Eh Kedok Sendiri Terbongkar

Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang terkejut  dengan seorang Anies Baswedan. Teman-teman  mungkin sama seperti saya yang sangat  terkejut  melihat  sikap Anies Baswedan saat  tampil dalam  acara Mata Najwa  debat” Babak Final Pilkada Jakarta” Senin malam kemarin.
Bagi saya, sejak mencalonkan diri menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, sosok  mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud) ini sudah jauh dari simpatik. Nah, ditambah lagi pada acara Mata Najwa, sosok Anies  seperti ketahuan aslinya.  Tentu saja orang yang melihat acara tersebut dan masih dalam kondisi berpikir jernih akan setuju jika Anies Baswedan tampak emosional, garang, marah dan lupa dengan image santun, lembut , murah senyum  yang selama ini melekat pada dirinya.
Entah karena Anies terlalu  capek karena berbulan-bulan berusaha merebut hati rakyat Jakarta, atau capek dan was-was  karena terlalu takut jika kelak pada putaran kedua tidak bisa mengungguli Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot, yang jelas Anies benar-benar ‘memuakkan’ atau tepatnya  membuat perut eneg.
Salah satunya  saat Anies  mengungkit  soal Al Maidah 51. Dan  sepertinya  di jadikan senjata  pamungkas oleh Anies untuk menyerang habis-habisan. Anies terlihat sekali menjadikan senjata sara ini sebagai senjata andalan yang akan membangkitkan semangat dan emosi dari kelompok titik-titik yang selama ini getol menyerang Ahok.

foto : infomenia


Masihkah ada yang menilai Anies Baswedan itu santun?
Anies Baswedan mungkin terlalu jumawa dan merasa momentum  tampil di acara Mata Najwa sebagai  kesempatan untuk memblejeti Ahok.  Dengan kegarangan dan pernyataan-pernyataannya yang teramat emosional, Anies mungkin merasa telah men-skak mati Ahok . Seperti banyak di katakan  oleh pendukung Anies atau kelompok titik-titik yang menilai junjungan mereka malam itu   telah membantai Ahok.
Anies sepertinya terlalu nyakin bahwa itulah kemenangan timnya terhadap Ahok karena selain memblejeti Ahok juga telah berhasil membuat Ahok tidak berkutik.
Padahal kenyataannya kalau pikiran kita jernih dan menyimak dengan hati bersih, tentunya tahu kalau Ahok sangat brilian dalam menata emosinya dan menjawab semua ‘serangan’ Anies dengan tepat, telak, jos gandhos. Bahkan Ahok telah membalikkan serangan Anies dengan sangat manis, kalem dan santun.

Setelah tampil dalam debat tersebut, jika saja pikiran kita jernih maka akan dengan mudah melihat dan memberikan penilaian jika Anies ternyata jauh dari kata santun, lembut  yang selama ini melekat pada dirinya. Padahal salah satu jualan Anies adalah kesantunan dan kelembutan  yang dibenturkan dengan image Ahok yang kasar, keras, kurang sopan dll. Inilah yang  selama ini menjadi andalan untuk mendulang suara warga Jakarta agar terbuai memilihnya.
Padahal, sekali lagi,  dari tampilan di Mata Najwa itu, jelas-jelas Anies bukan orang yang santun dan lembut seperti yang selama ini digembar-gemborkan orang.

Bagaimana di bilang santun jika Anies  bermain kata-kata, memanfaatkan lidahnya untuk memainkan kata-kata  keras, sinis saat ia di cecar  terus menerus untuk program  perumahan yang  hanya membuai warga Jakarta? Yang jawabannya bikin orang tambah pusing dan muak tentang rumah seharga 350 juta di Jakarta?
Bagaimana Anies di bilang santun jika  dengan  percaya diri akan memberhentikan Gubernur DKI Jakarta yang syah?  Kalimat “Sekarang saja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari jabatan Gubernur. Jangankan anak buah, gubernurnya saja mau saya ganti,” sungguh kepedean dan kalau orang Jawa bilang itu benar-benar gemblung, edan tenan. Jika dipikir dengan  akal sehat , tentunya apa yang dikatakan Anies hanya bikin tertawa makin lebar dan respek terhadapnya semakin berkurang bahkan nyaris hilang. Lho memangnya Anies itu siapa , kok akan memberhentikan seorang Gubernur itu? Edan tenan iki.
Bagaimana Anies dikatakan santun jika selama ini menari diatas ketidakwarasan kelompok titik-titik yang menolak mensholatkan jenasah hanya karena memilih mendukung Ahok yang dikatakan kafir itu?
Bagaimana menilai seorang Anies itu santun  jika selama ini membiarkan kampanye  provokatif dan isu sara terus digulirkan di Jakarta hanya untuk memojokkan seorang Ahok?
Bagaimana Anies dianggap masih santun jika selama ini justru terkesan membiarkan banyak pihak memojokkan dan menyerang Ahok karena  lawannya tersebut bukan seorang muslim?

Kesantunan , kelembutan seorang Anies Baswedan saya rasa sudah mulai memudar bahkan sudah tergerus oleh sikap dan perilaku serta ambisinya untuk mengejar kekuasaan. Image kesantunan yang selama ini melekat pada dirinya tanpa sadar telah ia hancurkan , luluh lantakkan sendiri manakala ia terpancing untuk ‘membantai’ Ahok.
Siapa Anies yang sesungguhnya sudah terkuak sendiri, membuat warga Jakarta khususnya akan mudah menilai siapa yang layak menjadi  Gubernur mereka untuk lima tahun mendatang. Sayangnya, bukan orang lain yang menyingkap siapa  Anies yang sesungguhnya tersebut, tetapi Anies sendiri yang telah membuka jati dirinya.

Semoga pak Anies Baswedan tidak menyesal telah membuka ‘aib’nya sendiri dan membuat ‘jualannya’ mungkin tidak laku di jual lagi. Semoga tidak  menyesal dan mengerutu “celaka..celaka…kedokku terbongkar.”

(29 Maret 2017)


Tidak ada komentar: