Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang
terkejut dengan seorang Anies Baswedan. Teman-teman mungkin sama
seperti saya yang sangat terkejut melihat sikap Anies Baswedan saat
tampil dalam acara Mata Najwa debat” Babak Final Pilkada Jakarta”
Senin malam kemarin.
Bagi saya, sejak mencalonkan diri menjadi
calon Gubernur DKI Jakarta, sosok mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan(Mendikbud) ini sudah jauh dari simpatik. Nah, ditambah lagi
pada acara Mata Najwa, sosok Anies seperti ketahuan aslinya. Tentu
saja orang yang melihat acara tersebut dan masih dalam kondisi berpikir
jernih akan setuju jika Anies Baswedan tampak emosional, garang, marah
dan lupa dengan image santun, lembut , murah senyum yang selama ini melekat pada dirinya.
Entah karena Anies terlalu capek karena
berbulan-bulan berusaha merebut hati rakyat Jakarta, atau capek dan
was-was karena terlalu takut jika kelak pada putaran kedua tidak bisa
mengungguli Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot, yang jelas Anies
benar-benar ‘memuakkan’ atau tepatnya membuat perut eneg.
Salah satunya saat Anies mengungkit
soal Al Maidah 51. Dan sepertinya di jadikan senjata pamungkas oleh
Anies untuk menyerang habis-habisan. Anies terlihat sekali menjadikan
senjata sara ini sebagai senjata andalan yang akan membangkitkan
semangat dan emosi dari kelompok titik-titik yang selama ini getol
menyerang Ahok.
foto : infomenia |
Masihkah ada yang menilai Anies Baswedan itu santun?
Anies Baswedan mungkin terlalu jumawa dan
merasa momentum tampil di acara Mata Najwa sebagai kesempatan untuk
memblejeti Ahok. Dengan kegarangan dan pernyataan-pernyataannya yang
teramat emosional, Anies mungkin merasa telah men-skak mati Ahok .
Seperti banyak di katakan oleh pendukung Anies atau kelompok
titik-titik yang menilai junjungan mereka malam itu telah membantai
Ahok.
Anies sepertinya terlalu nyakin bahwa
itulah kemenangan timnya terhadap Ahok karena selain memblejeti Ahok
juga telah berhasil membuat Ahok tidak berkutik.
Padahal kenyataannya kalau pikiran kita
jernih dan menyimak dengan hati bersih, tentunya tahu kalau Ahok sangat
brilian dalam menata emosinya dan menjawab semua ‘serangan’ Anies dengan
tepat, telak, jos gandhos. Bahkan Ahok telah membalikkan serangan Anies dengan sangat manis, kalem dan santun.
Setelah tampil dalam debat tersebut, jika saja pikiran kita jernih maka akan dengan mudah melihat dan memberikan penilaian jika Anies ternyata jauh dari kata santun, lembut yang selama ini melekat pada dirinya. Padahal salah satu jualan Anies adalah kesantunan dan kelembutan yang dibenturkan dengan image Ahok yang kasar, keras, kurang sopan dll. Inilah yang selama ini menjadi andalan untuk mendulang suara warga Jakarta agar terbuai memilihnya.
Padahal, sekali lagi, dari tampilan di
Mata Najwa itu, jelas-jelas Anies bukan orang yang santun dan lembut
seperti yang selama ini digembar-gemborkan orang.
Bagaimana di bilang santun jika Anies
bermain kata-kata, memanfaatkan lidahnya untuk memainkan kata-kata
keras, sinis saat ia di cecar terus menerus untuk program perumahan
yang hanya membuai warga Jakarta? Yang jawabannya bikin orang tambah
pusing dan muak tentang rumah seharga 350 juta di Jakarta?
Bagaimana Anies di bilang santun jika
dengan percaya diri akan memberhentikan Gubernur DKI Jakarta yang
syah? Kalimat “Sekarang saja saya sedang berusaha memberhentikan Pak
Basuki dari jabatan Gubernur. Jangankan anak buah, gubernurnya saja mau
saya ganti,” sungguh kepedean dan kalau orang Jawa bilang itu
benar-benar gemblung, edan tenan. Jika dipikir dengan akal
sehat , tentunya apa yang dikatakan Anies hanya bikin tertawa makin
lebar dan respek terhadapnya semakin berkurang bahkan nyaris hilang. Lho
memangnya Anies itu siapa , kok akan memberhentikan seorang Gubernur
itu? Edan tenan iki.
Bagaimana Anies dikatakan santun jika
selama ini menari diatas ketidakwarasan kelompok titik-titik yang
menolak mensholatkan jenasah hanya karena memilih mendukung Ahok yang
dikatakan kafir itu?
Bagaimana menilai seorang Anies itu santun
jika selama ini membiarkan kampanye provokatif dan isu sara terus
digulirkan di Jakarta hanya untuk memojokkan seorang Ahok?
Bagaimana Anies dianggap masih santun jika
selama ini justru terkesan membiarkan banyak pihak memojokkan dan
menyerang Ahok karena lawannya tersebut bukan seorang muslim?
Kesantunan , kelembutan seorang Anies
Baswedan saya rasa sudah mulai memudar bahkan sudah tergerus oleh sikap
dan perilaku serta ambisinya untuk mengejar kekuasaan. Image
kesantunan yang selama ini melekat pada dirinya tanpa sadar telah ia
hancurkan , luluh lantakkan sendiri manakala ia terpancing untuk
‘membantai’ Ahok.
Siapa Anies yang sesungguhnya sudah
terkuak sendiri, membuat warga Jakarta khususnya akan mudah menilai
siapa yang layak menjadi Gubernur mereka untuk lima tahun mendatang.
Sayangnya, bukan orang lain yang menyingkap siapa Anies yang
sesungguhnya tersebut, tetapi Anies sendiri yang telah membuka jati
dirinya.
Semoga pak Anies Baswedan tidak menyesal
telah membuka ‘aib’nya sendiri dan membuat ‘jualannya’ mungkin tidak
laku di jual lagi. Semoga tidak menyesal dan mengerutu
“celaka..celaka…kedokku terbongkar.”
(29 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar