Membicarakan Sandiaga Uno memang tidak akan ada habisnya. Pasangan Anies Baswedan ini cukup bekerja keras dan tampak terlalu ngoyo
berupaya untuk terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dari
getolnya kampanye program OK OYE eh OK OCE sampai beragam cara
dilakukan. Pokoknya all out, dari harta benda sampai tenaga,
jiwa, pikiran tercurahkan. Dari cara yang OK OCE sampai cara yang
titik-titik. Yang jelas satu tujuannya, agar warga bersimpati dan
memilihnya dalam Pilkada putaran kedua bulan depan.
Hal mengelitik lainnya dari Sandiaga Uno
adalah ketika ia mengajukan ‘tawar menawar’ untuk minta kasus hukumnya
di proses setelah Pilkada. Pasangan Anies Baswedan tersebut minta
polisi menunda pengusutan kasusnya hingga Pilkada DKI Jakarta 2017
selesai di gelar. Ia memohon keringanan polisi agar bisa penuhi
panggilan polisi terkait kasus penggelapan tanah yang dilaporkan oleh
Edward S Soeryadjaya. Hal itu kembali disampaikan setelah menjadi
pembicara dalam seminar tentang Ekonomi Islam yang digelar di STIE
Rawamangun, Jakarta Timur (26/3/2017).
“Kami mohon keringanan kepolisian, Kapolda, agar (bisa) berikan klarifikasinya setelah tanggal 15 April,” kata Sandiaga. (Sumber :http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/27/sandiaga-uno-minta-keringan-dari-kepolisian)
Sandiaga menganggap laporan itu tidak ada
urgensinya sama sekali. Kasus yang sangat tidak berbasis, seakan-akan
dibuat-buat, konstruksi hukum timing-nya juga dipertanyakan. Ia juga
mengaku sangat sibuk , mempunyai jadwal padat sampai 15 April 2017
ini untuk melakukan sederat aktivitas di Pilkada putaran kedua.
Bukan kali ini saja, Sandiaga meminta
kasusnya di tunda. Sebelumnya ia juga minta ada penundaan terhadap kasus
sedang menerpanya.
Yang mengelikan, dulu ia beralasan,
pertama supaya kasusnya tidak dipolitisasi karena ia sedang
mengikuti Pilkada DKI Jakarta. Kedua, karena kasusnya adalah kasus dua
orang yang berseteru , tidak ada hubungan dengan warga Jakarta.
“Satu supaya tidak dipolitisasi. Kedua, ini kasus dua orang berseteru. Enggak ada hubungan dengan warga Jakarta,” kata Sandiaga.
Sandiaga juga minta agar Polda Metro Jaya
memberikan kesempatan masyarakat mengenal dan berinteraksi dengannya
sebagai salah satu calon pemimpin di Jakarta.
Sandiaga Lembek, Belajarlah dari Ahok
Meskipun pengusaha besar yang kaya raya
dan saat ini mencalonkan diri sebagai DKI 2, tetapi nyatanya Sandiaga
tidak cukup tegar, jantan, berani. Bahkan terkesan lembek dan minta
dikasihani. Padahal kasus yang menghadangnya tidaklah terlalu berat
jika dibandingkan dengan kasus yang saat ini dihadapi Ahok. Tidak ada
seujung kukunya, begitu kalau di istilahkan. Kenapa? Ya, karena Sandi
hanya berhadapan dengan satu orang saja , bukan ratusan, ribuan orang (
kelompok titik-titik). Kasus Sandiaga jelas ..las..gamblang..blang!
Calon lawan ‘tanding’ Sandiaga jelas orangnya, jelas pula dia untuk
menghadapinya. Apalagi kalau tidak benar ia seperti yang dilaporkan.
Tinggal enteng saja, sambil mikir emang gue pikirin gitu.
Sandiaga juga terlalu baperan
jika minta penundaan kasusnya dengan alasan kasusnya di politisasi. Apa
? rasanya pingin geleng-geleng kepala sambil tepok jidat agak keras.
Duh, Kak Emma……………..
Padahal jelas-jelas kasus Ahok lah yang
kental nuasa politiknya. Selama ini Ahoklah yang di tendang kesana
kemari dengan kasus sara, tetapi hebatnya Ahok tetap tegar dan berani
menghadapi berkali-kali sidang yang di gelar. Ciamik nya lagi meskipun
menjadi bulan-bulanan kelompok Rizieq cs tetapi Ahok tidak pernah
sekalipun merengek –rengek minta kasusnya dihentikan, ditunda.
Alasan agar masyarakat mengenal dan
berinteraksi dengannya sebagai salah satu calon pemimpin di Jakarta juga
terlalu mengelikan. Lho memangnya kalau kasusnya tetap di proses ia
langsung di tahan sehingga tidak bisa berinteraksi dengan masyarakat?
Duh, saya pusing Kak Emma……
Kalau Sandiaga memang benar-benar bersih,
saya kira tidak perlu mengajukan permintaan untuk ada penundaan terhadap
kasusnya tersebut. Ia tidak usah malu-malu untuk belajar dari Ahok
yang selama ini tegar, jantan, tak mengeluh mengikuti semua proses
hukumnya di saat ia juga tengah kerja dan kerja serta berkampanye dan
yang pasti jadwalnya padat, tidak kalah dengan jadwal Sandiaga.
Atau jangan-jangan Sandiaga merasa kalau
kasusnya itu berat dan titik-titik sehingga ia harus minta penundaan
karena takut kalau titik-titik, ya? Ia tahu kalau bersalah dalam kasus
tersebut?
Satu yang mengelitik dari ungkapan Pak Djarot yang boleh di renungkan dan dijawab Sandiaga,
“Apa berat banget (sampai) minta
keringanan? Ya enggak tahulah itu (urusan) yang bersangkutan. Saya cuma
sampaikan negara kita itu negara hukum,” ujar Djarot di kawasan Pasar Rebo, Senin (27/3/2017).
Gimana Sandi? OK OCE saja kalau begitu…
(27 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar