Kali ini, Kaesang kembali membuat vlog yang di unggah di You Tube dengan tema kritik
sosial yang cadas dan mantap.
Kaesang mengkritik praktik
nepotisme dan intoleransi dalam satu tayangan.
Video yang berdurasi
2.40 detik tersebut berjudul
#BapakMintaProyek, diunggah akun 'Kaesang' pada Sabtu (27/5/2017) kemarin. Dengan mengenakan topi bertuliskan ‘Kolektor
Kecebong’ , Kaesang yang kali ini tampil tanpa kacamata minusnya, melakukan
dialog monolog, berperan sebagai dirinya
sendiri dan pak Jokowi. Ia mengawali percakapan dengan adegan merayu pak
Jokowi. Dengan kocaknya ia minta kepada pak Jokowi agar memberinya proyek.
"Halo Bapak, Bapak! Mbok Kaesang minta proyek triliunan
yang ada di pemerintah," kata Kaesang.
Terdengar jawaban yang kira-kira dimaksudkan pak Jokowi,
"Opo toh, le? Mau sukses sama kaya, ya kerja keras toh.
Mosok pengin penake thok? Sana ngurusin Markobar sana (Apa sih nak? kalau mau
sukses dan kaya, ya kerja keras lah. Masa mau enaknya saja? Sana urus Markobar
sana)," tanggap si bapak.
Mendengar jawaban bapaknya, Kaesang menjawab dengan kocak bahwa Markobar bukanlah usaha kepunyaannya.
"Oh bukan to?" tanya si bapak memastikan. Dan
berpesan untuk diisikan pulsanya,” Bapak minta pulsa ya. Pulsa bapak
habis."
"Opo to Pak, Pak? Nggak cetho ," jawab Kaesang mendengar pesan bapaknya.
Adegan selanjutnya, kritik sosial meluncur dari bibir Kaesang,
yang intinya praktek nepotisme tidak
lagi boleh dilakukan di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa tidak boleh seorang anak yang sekolah tinggi-tinggi
hanya minta proyek pemerintahan kepada bapaknya.
"Malu dong sama embel-embel gelar dari kuliah yang kalian
dapat. Apalagi kuliahnya di luar negeri. Balik ke Indonesia bukannya membangun
lebih baik malah ngehancurin. Dasar ndeso!" kata Kaesang.
"Dasar ndeso!" adalah makiannya untuk orang-orang
yang dia kritik.
Dasar Ndeso merupakan ungkapan yang sudah biasa dalam
percakapan sehari-hari kami di Solo. Ungkapan ini memang kerap di sematkan untuk seseorang yang cenderung menjengkelkan, tidak tahu
aturan, kampungan, yang tidak sopan ,
melakukan hal yang bertentangan dengan norma .Kira-kira seperti itulah.
"Katanya mau berbakti buat nusa dan bangsa, tapi yang
ada apa? Malah ngehancurin semuanya. Bukan begini caranya untuk membangun
Indonesia yang lebih baik," kata Kaesang lagi.
Kaesang juga mengkritik soal intoleransi yang akhir-akhir
ini marak dan semakin tidak terkendali. Cupilkan video pawai obor anak-anak
sambil berteriak untuk membunuh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
sempat diperlihatkan.
Ia dengan serius mengatakan prihatin karena anak kecil sudah
belajar menebarkan kebencian. Kaesang juga menjelasakan bahwa ia tidak bermaksud membela (Ahok). Tetapi ia teramat prihatin karena
anak seusia mereka bersikap dan berucap demikian. Dia juga
mempertannyakan siapa yang mengajari mereka bertindak demikian.
"Sangat disayangkan kenapa anak kecil seperti mereka
itu sudah belajar untuk menyebarkan kebencian. Apaan coba itu? Dasar ndeso! Ini
ajaranya siapa coba? Dasar ndeso. Ndak jelas banget," ungkapnya.
Kaesng protes terhadap orang yang telah mengajari anak-anak
generasi penerus bangsa sampai bisa
melakukan intimidasi dan teror kepada
orang lain.
"Untuk membangun Indonesia yang lebih baik, kita itu
harus kerja sama, ya, kerja sama (sambil memegang jempol tangan kirinya dengan
tangan kanan), bukan malah saling menjelek-jelekkan, mengadu domba,
mengkafir-kafirkan orang lain. Bukan malah tadi ada kemarin tuh, yang nggak mau
mensalatkan padahal sesama muslim karena cuma perbedaan dalam memilih pemimpin.
Apaan coba? Dasar ndeso!"
Dalam akhir tayangan Kaesang juga berpesan, "Kita itu
Indonesia, kita itu hidup dalam perbedaan."
Pentingnya melawan , tidak lagi bungkam
Kritik sosial yang disampaikan Kaesang sangat menarik dan
menjadi penting untuk terus memberikan semangat ‘perlawanan’ bagi orang-orang yang masih waras ini untuk
melawan intoleransi dan radikalisme. Jelas sekali Kaesang memilih untuk bersuara menyampaikan kebenaran tanpa takut
intimidasi.
Apa yang disampaikan Kaesang, saya rasa untuk menyemangati kita yang akhir-akhir ini sudah mulai mengurangi intensitas melakukan
kritik di media sosial karena takut
dengan intimidasi yang massif dari kelompok
garis keras. Tentunya semangat dari putra bungsu Pak Jokowi ini juga
diharapkan mampu mendorong kita untuk
berani bersuara lagi tanpa ada rasa takut di intimidasi. Perlawanan terhadap derasnya sikap
intoleransi dan intimidasi tidak harus dilakukan dengan melawan dengan senjata
tetapi dengan bahasa kritikan yang santun, tidak penuh caci maki dan kebencian.
Ini menjadi hal yang penting dilakukan karena para kaum intoleran selama ini
mengunakan media sosial untuk terus mendapatkan
simpati dan dukungan. Semoga kita tidak akan bungkam lagi, tidak menyerah
sampai kapanpun.
Terimakasih mas Kaesang , telah mengingatkan kita semua.
Salam
https://news.detik.com/berita/3513509/kritik-kaesang-terhadap-nepotisme-dan-intoleransi-dasar-ndeso