Selasa, 27 Maret 2012

Bergabung dengan bisnis AVAIL hanya dengan Rp 60.000


 AVAIL, pembalut Herbal
Keuntungan Menjadi Member/Distributor AVAIL

1. Anda berhak mendapatkan harga distributor yang tentu saja lebih ekonomis untuk setiap pembelanjaan barang di Center-Center Avail di seluruh Indonesia.

2. Anda sendiri yang menentukan seberapa besar omzet yang dapat Anda raih dalam menjalankan bisnis ini. Keanggotaan berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan, dengan ketentuan belanja minimal 2 paket ...dalam 1 tahun.

3. Anda berhak mendapatkan keuntungan tambahan berupa bonus pencapaian / passive income bila melakukan pembelanjaan pribadi dalam 1 bulan sebanyak minimal 2 paket produk Avail.

4. Anda berkesempatan mendapatkan bonus-bonus istimewa dari Avail, antara lain bonus uang tunai, motor, mobil, wisata, profit sharing dari omzet Internasional (sesuali kualifikasi), dll.

5. Hanya dengan Rp.60.000 untuk bergabung sebagai member Avail, Anda bisa memulai bisnis dengan peluang keberhasilan yang besar. Dengan modal yang kecil, bisnis ini mudah dijalankan oleh siapa saja dan tidak memerlukan waktu mengikat
 
Data yang harus di isi:
Nama :___________________________

2. No KTP :___________________________(fotocopy/scan/ & kirim via email atau MMS)

3.Alamat :____________________________

4.Tgl Lahir:____________________________

5. Status :_____________________________

6. No Tlp/HP :___________________________

7. No rek Bank :__________________________(nama bank, cabang, kota)

8. Nama ahli waris :_______________________

9. Hubungan dengan member:_________________

10. No KTP/ akte lahir :______Optional/bisa kosong_________________

11. Membayar biaya pendaftaran Rp.60.000,00 (bisa transfer via bank)

Berminat menjadi member, hubungi  081578103006
 

AVAIL Pembalut Herbal


AVAIL pembalut herbal

AVAIL @FC Bio sanitary PAD merupakan pilihan terbaik untuk pembalut wanita, diproses dengan menggunakan technology modern, mengandung bahan herbal pilihan dan antiseptic alami, bebas dari bahan kimia yang berbahaya serta bermanfaat bagi kesehatan kewanitaan.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa zat dioxin yang terkandung dalam pembalut wanita akan menyebabkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan wanita, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Pembalut wanita yang terbuat dari bahan dasar bubur kertas bekas dan atau bubur kayu diyakini dalam proses produksinya akan menjalani proses yang dinamakan proses bleaching (pemutihan) dengan menggunakan bahan kimia, yang mana hasil samping dari proses tersebut akan menghasilkan zat dioxin.
Para ahli kanker internasional, serta badan kesehatan dunia menyatakan bahwa zat dioxin dapat menyebabkan penyakit kanker.
Kondisi inilah menyebabkan sebagian masyarakat indonesia menjadi risau, produk pembalut manakah yang  sekiranya aman bagi kesehatan. Bahkan tidak hanya pembalut wanita yang menjadi perhatian, produk seperti pampers bayi, kertas tisu juga jangan kita kesampingkan. Masalah kesehatan yang besar bermula dari sikap kita yang menyepelekan hal-hal yang kecil.
Mungkin satu pertanyaan yang bisa jadi sama dibenak kita..kalau kita flashback ke era yang dahulu, kenapa jaman nenek atau ibu kita yang sekarang sudah berumur, jarang ditemui penyakit kanker pada wanita, kenapa diera sekarang ini yang notabene ilmu kesehatan sudah maju justru muncul  bermacam penyakit kewanitaan yang membuat kita merinding mendengarkannya.......
Untuk itulah disini produk pembalut AVAIL diperkenalkan kemasyarakat indonesia, dengan harapan dapat meningkatan taraf kesehatan pada wanita melalui penggunaan pembalut herbal AVAIL yang sehat

BAHAN  PEMBALUT  AVAIL
1.BING PIAN (BORNEOL)
Berfungsi atau berkhasiat, membersihkan darah beku didalam rahim dan membunuh kuman pada vagina (antiseptik), dengan bahan ini membuat avail memiliki khasiat nyata bagi kesehatan kewanitaan
2.PEPPERMINT (Menthae Herb)
Berfungsi atau berkhasiat, menghilangkan rasa gatal dan memberikan rasa nyaman dipakai serta sejuk, itulah kenapa avail banyak dipakai para wanita
3.KUAI MU YOU (ILIGNUM)

Berfungsi atau berkhasiat, untuk menghilangkan rasa sakit saat haid dan menghilangkan nyeri pinggang
4. Mai Fang Stone (Talcum)
Berfungsi atau berkhasiat, membersihkan darah beku didalam rahim dan membunuh kuman-kuman diarea vagina (antiseptik)
5. MING FANG (ALUMEN)
 Berfungsi atau berkhasiat,
menghilangkan bau, serta membunuh bakteri dan mencegah infeksi oleh penyakit, bahan ini merupakan salah satu bahan herbal pembalut AVAIL

Khasiat Pembalut AVAIL FC Bio Sanitary Pad:
Dapat mengatasi/mengurangi masalah kewanitaan:
  • Rasa sakit saat haid/senggugut
  • Keputihan
  • Gatal-gatal
  • Sakit sendi-sendi semasa haid
  • Bau busuk
  • Membuang angin
  • Membasmi kuman/bakteri
  • Bawasir (hemorrhoids)
  • Gerah/panas
  • Haid tidak teratur
  • Infeksi usus besar dan bawah usus oleh  bakteri
  • Infeksi kandung kemih oleh bakteri
  • Infeksi vagina oleh bakteri
  • Membuang gumpalan darah dalam uterus
  • Mencegah kanker rahim, dan kanker payudara
  • Mencegah Myom
  • Mencegah kista
  • Menghilangkan rasa sakit saat bisulan
  • Pembalut luka, serta pembalut luka pada orang yang mengidap sakit gula
  • Baik bagi wanita yang habis melahirkan
  • Mempercepat keluarnya darah kotor, serta mempercepat penyembuhan bekas jahitan


Hanya mendaftar Rp 39.900 , bisa dapat tambahan uang hingga jutaan

 

Ayo bergabung dengan ORIFLAME
 
 Hanya Rp 39.900. Bisa Dapat Tambahan Uang Tanpa Meninggalkan Kerjaan Utama

Silahkan isi data di bawah ini.
DATA-DATA CALON MEMBER  ADALAH   :

Nama                  :
Status                             : 
Pria / Wanita                   :
email                              : 

Tanggal Lahir      :
Nomor KTP                     :
Alamat                            :
   
Kota                             :
Propinsi                        :
Kode Pos           :
Nomor Telpon   :
Nomor HP                     :
NPWP              :          

Data Bank

Bank                             : 
Nama pemilik                :
Kota                             : 

No Rek

PT ORINDO ALAM AYU
CIMB Niaga cab LIPPO PLAZA
A/C 440-01-00229-00-7

Bank Mandiri cab Melawai
A/C 126-0005016562

BCA cab Wisma GKBI
A/C 006-300189-6

(ini alamt URL Saya/Suci)

Usaha sampingan yang menghasilkan uang dengan ORIFLAME


Sekilas mengenai Oriflame, kosmetik organik

Oriflame merupakan sebuah perusahaan kosmetika terkemuka dari Swedia, dengan sistem penjualan langsung, Oriflame mempunyai pertumbuhan tercepat dari seluruh perusahaan network marketing lainnya, bahkan Oriflame merupakan satu-satunya perusahaan yang dapat menyaingi omset Microsoft didekade awal. Kini oriflame telah tersebar di 5 benua dan kantor cabang oriflame hampir merata diseluruh negara-negara Eropa dan Asia. dari moskow sampai Jakarta.
Di Indonesia Oriflame  mulai beroperasi sejak tahun 1987 dan terbukti bisa melewati berbagai masa sulit, seperti krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997, dimana bisnis lain bertumbangan, bisnis Oriflame dapat bertahan, karena ditopang oleh jaringan yang kuat. Dibawah bendera PT. Orindo Alam Ayu, Oriflame merupakan pelopor perusahaan Network Marketing yang terpercaya di Indonesia.

Produk Oriflame                 
Oriflame menentang tes produk kepada hewan untuk dijadikan percobaan. Satu produk skin scare yang akan diluncurkan dapat memakan waktu tes hingga 3-4 tahun guna menghasilkan hasil yang tepat dan aman untuk konsumennya. Produk-produk Oriflame adalah produk import dan sudah diuji coba sesuai dengan iklim Indonesia.
Hingga saat ini, Oriflame menawarkan 600 produk per katalognya. Oriflame memproduksi sendiri produk-produk tersebut di pabriknya yang berada di Dublin. Semua produk bermutu ini dibuat hanya dari tumbuh-tumbuhan dan tidak ada unsur kimiawi, sehingga aman untuk mereka yang berkulit mudah alergi dan halal bagi mereka yang muslim. Kandungan hewani yang terdapat pada produk-produk Oriflame hanyalah madu dan telur.
Oriflame adalah perusahaan Direct Selling / MLM kosmetik dengan pertumbuhan tercepat dan terbesar dari seluruh perusahaan kosmetik dunia. Oriflame juga satu-satunya penerima award dalam konferensi Direct Selling seluruh dunia di Singapura pada November 2008 yang lalu. Hal ini karena pertumbuhan Oriflame mencapai 41%, jauh di atas perusahaan Direct Selling atau MLM lainnya.

Inilah Keuntungan Bisnis Oriflame yang anda akan dapatkan :
  • Sebagai member Oriflame, anda akan mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
  • Sebagai consultant Oriflame, anda akan mendapatkan penghasilan tak terbatas dengan jenjang karir yang mudah dicapai.
  • Untuk menjadi consultant Oriflame, tidak diperlukan keahlian khusus dan semua orang bisa melaksanakannya.
  • Dari segi financial, anda akan mendapatkan keyuntungan 20 – 30 % dari hasil penjualan.
  • Anda akan mendapatkan Bonus sebesar 4 % dari hasil penjualan downline anda, bonus anda bisa mencapai Rp 1.520.000/kaki/bulan.
  • Anda akan mendapatkan Cash Award sebesar Rp 1.000.000 – 1,05 M yang diberikan pada saat anda mencapai level tertentu.
  • Anda akan mendapatkan Leaders Club Bonus sebesar Rp 500.000 – 2.800.000 / bulan.
  • Anda akan mendapatkan Director Bonus sebesar 1% dari downline yang berperingkat 21% pada generasi kedua sampai kebawah.
  • Anda akan mendapatkan Bonus Mobil  …. Wow …… pada saat anda mencapai posisi Diamond, mobil New CRV akan anda dapatkan langsung atas nama sendiri, wow …… luar biasa.
  • Anda juga akan mendapatkan Bonus Jalan-jalan ke Luar Negeri Gratis ….. luar biasa


Intinya gini. Di Oriflame, selain kita mengunakan produk untuk diri sendiri, ada 2 cara untuk sukses :

1. Menjual
(ada keuntungan 23% nett , juga ada keuntungan-keuntungan seperti WP dan BC).

2. Merekrut
Mengembangkan jaringan.
Kenapa merekrut justru sangat penting?
Karena sistem yang diterapkan oleh Oriflame berikut ini:
setiap produk di katalog ada poinnya=BP(1 BP=rp 5.300)

Nah, ini ya harus kita  kenali.
Setiap tanggal 1 sampai tanggal berakhirnya bulan tersebut, Oriflame
akan menghitung jumlah pengumpulan poin kita pada bulan tersebut.
Kita = Anda + semua dow*nline yang ada di bawah Anda.

http://www.oriflame.co.id
==================

Minggu, 25 Maret 2012

BBM Naik, Ibu di Desa Resah


BBM Naik, ibu di desa resah

 Hari Jum’at kemarin, libur nasional hari raya Nyepi, saya bersama suami dan anak saya yang terkecil pulang ke desa  silaturhmi dengan bapak dan ibu. Sudah sebulan lebih, kami belum pulang dan kerinduan sudah mulai muncul, kerinduan untuk bertemu dengan ibu bapak kami yang sudah sepuh , kerinduan akan bau sawah dan semilir udara desa yang selama 17 tahun saya hidup, tumbuh dan belajar dari alam dan lingkungan. Sebuah desa  di kecamatan Cawas kabupaten Klaten.  Belakang rumah kami terbentang sawah berpetak-petak yang di sisinya terdapat  sungai kecil dan di sebelah utara terbenatang sungai yang cukup besar. Dari sungai tersebut, biasanya air di pergunakan untuk mengaliri  sawah petani di  desa kami.
Ketiga anak saya di salah satu sudut desa tempat saya dilahirkan

Sepanjang perjalanan, hampir di setiap jalan desa yang kami lalui, nampak para ibu-ibu dan bapak sedang sibuk menanam padi di sawah. Memang, bulan-bulan ini setelah panen pada bulan yang lalu, petani  kembali sibuk dengan bibit padi yang di semai dan setelah mencapai ketinggian tertentu siap di tanam di sawah mereka. Ehm.... luar biasa menyaksikan para petani yang sibuk, giat dan nampak sangat menikmati aktivitas menanam padi, menyediakan pangan lokal yang sangat di butuhkan oleh warga di desa maupun di kota. Dua minggu yang lalu, ibu juga mengirimkan hasil panennya ke rumah, sebanyak satu sak (sekitar 30 kilo) untuk bahan makanan kami, setelah selama setahun yang lalu ibu tak bisa mengirimkan beras kepada anak-anaknya karena tidak panen. Tahun yang lalu memang masa suram bagi petani karena banyak hama wereng yang  tidak bisa terasi oleh petani. Hampir di banyak tempat , petani sama sekali tidak panen. Begitu juga dengan  3 petak sawah milik ibu/bapak dan sawah tetangga yang lain di daerah Klaten.  Mau tidak mau, ibu tidak bisa mengirimkan beras kepada anak-anaknya (setiap bulan ibu rutin mengirimkan beras kepada anak-anaknya di Cilacap, Semin, Yogja, Solo, sementara yang di Jakarta hanya sesekali kalau pas ibu tilik cucu dan anaknya. Mas di Kalsel tidak di kirimi). Alhamdullilah, tahun ini hasil panennya bagus sehingga membuat para  petani senang.
Saya dan ibu tersayang

Sekitar satu jam, kami sampai di rumah sederhana kami. Bapak dan ibu nampak sehat seperti biasanya. Bapak yang sekarang menginjak usia  80 tahun, masih sangat sehat, kuat tetap bersemangat, hanya kali ini pipinya nampak  bengkak  karena  kemarin pasang gigi palsu tetapi karena tukang giginya  bukan langganan yang biasanya, gigi  jadi bengkak. Bapak memang luar biasa, meski sudah pensiun tetapi tidak mau istrirahat dan diam saja di rumah.  Banyak sekali kegiatannya yang dilakukan, dari rapat PWRI, rapat RT, rapat kelurahan, pengajian, dll. Walah kadang kami sampai capek sendiri kalau melihat kesibukan bapak. Ibu, dengan usianya yang 75 tahun juga nampak selalu sehat dan tetap tetap semangat ketika menceritakan perkembangan situasi di desa dan ketika menanyakan kabar cucu-cucunya.

Kabar di desa, dari cerita ibu, saat ini masyarakat terutama ibu-ibu sibuk  rasan-rasan tentang rencana kenaikan BBM bulan April nanti. Ibu-ibu  di desa meski belum merasakan sekali dampak rencana kenaikan BBM(kemungkinan karena di desa biasanya menanam sayur sendiri untuk diolah menjadi bahan makanan, sehingga belum terasa kenaikan BBM) tetapi sudah merasakan dampak kenaikan BBM yang di alami oleh buruh pabrik dan orang-orang di kota.  Informasi di TV ternyata sangat berpengaruh bagi ibu-ibu. Mereka merasakan simpati  yang luar biasa terhadap kesusahan yang akan di alami para buruh yang bergaji pas-pasan. Kalau di desa barangkali dengan sikap gotong royong dan solidaritas yang tinggi antar tetangga, jika tidak punya uang untuk makan, masih ada tetangga yang peduli. Tetapi kalau di kota , butuh dengan gaji yang tidak terlalu besar, akan kesulitan untuk makan, dan sulit untuk minta ke tetangga.
“Ada yang bunuh diri karena tidak bisa makan itu sangat mengerikan dan kasihan sekali. Ternyata hidup mereka sangat susah sampai putus asa ,” komentar ibu menganggapi berita di TV yang seringkali menanyangkan berita dari seantero nusantara. Ibu dan para tetangga resah dan gelisah ,ikut merasakan penderitaaan dan kesusahan yang pasti akan dialami masyarakat terutama di kota pasca kenaikan BBM bulan depan. Dalam bincang-bincangnya, tak lupa ibu selalu berpesan agar saya tak pernah lupa untuk bersedekah dan berbagi rejeki dengan oarang yang kurang beruntung di sekitar tempat tinggal saya. “ Kalau ada beras juga jangan lupa membagi kepada yang butuh ya nduk, mereka lebih butuh.” Ibu selalu wanti-wanti kepada saya.(  25.3.12)

Kamis, 22 Maret 2012

Jokowi, Ada Apa Denganmu...?????




                                          Jokowi, Ada Apa Denganmu.................???????

Beberapa hari terakhir ini, banyak yang memperbincangkan Jokowi, walikota Solo, yang saat ini nyalon jadi Gubernur DKI. Saya sendiri juga masih penasaran dan nggak habis pikir, sampai-sampai tiap  gobrol dengan suami, tetap saja saya gobrolin soal pencalonan Jokowi. Saya terheran-heran, sekitar 2 bulan yang lalu ketika kami(kantor) ada pertemuan dengan Jokowi di Loji Gandrung dan sempat menanyakan tentang calon gubernur, beliaunya kekeuh nggak berminat dan nggak mau. Mau nya hanya di Solo saja dan tetap mengabdi di Solo sampai habis masa tugasnya. Di media massa pun Jokowi juga menyatakan tidak berminat menjadi gubernur DKI, ketika media massa banyak mengulas tentang survey di DKI yang berpeluang besar untuk menjadi Gubernur DKI.
Tetapi di pertengahan bulan Maret ini, kenapa tiba-tiba Jokowi jadi bersemangat untuk menjadi DKI 1 ya? Apa gerangan yang mendorongnya untuk tiba-tiba berbalik pemikiran dan bersemangat sekali untuk maju?

Keberhasilan Jokowi menata PKL
Jokowi, sosok walikota Solo yang namanya sudah ‘moncer’ baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional sebagai walikota yang mampu dan sukses memimpin kota Solo. Kemonceran Jokowi salah satunya di picu dengan kesuksesan merelokasi PKL Banjarsari yang berjumlah 989 orang PKL pada tahun 2006. Ini memang sukses yang luar biasa, karena sejak 2 orang walikota terdahulu tidak mampu merelokasi PKL yang sejak tahun 1997 merebak dan memenuhi ruang publik/ taman/ tempat bersejarah di kota Solo. Latar belakang rencana relokasi ini adalah Pemanfaatan ruang kota tidak sesuai peruntukannya, tidak berfungsinya ruang hijau dan ruang terbuka kota, tidak berfungsinya Monumen Perjuangan Bangsa, kesemrawutan lalu lintas. ,degradasi kualitas lingkungan, permasalahan sosial,  dukungan kuat masyarakat

Banjarsari, tepatnya disekitar monumen “perjuangan 45” salah satu tempat yang menjadi sentra pasar barang bekas atau masyarakat Solo lebih mengenalnya dengan pasar klithikan. Disebut sebagai pasar klithikan karena dilokasi inilah dijajakan berbagai barang bekas dengan cara yang sangat sederhana, pedagang cukup menggelar dagangannya di kios-kios kecil yang rata-rata hanya terbuat dari kayu atau seng atau bahkan hanya dengan menggelar terpal sebagai alas barang dagangan, yang kemudian dijajakan di pinggir-pinggir jalan, dan disitu pula berkumpul orang-orang dari penjuru Surakarta dan sekitarnya untuk menjual dan membeli barang yang dibutuhkannya. Pasar klithikan Banjarsari, muncul sekitar tahun 1997  ketika saat itu kondisii krisis ekonomi mulai melanda Indonesia, karena tuntutan ekonomi menyebabkan beberapa orang berinisiatif untuk memulai usaha dengan menggelar dagangan disekitar monumen perjuangan 45 Banjarsari yang menjadi salah satu simbol keheroikan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.

Seiring dengan terus berkembangnya pasar klithikan Banjarsari, mulai muncul pula berbagai permasalahan yang seringkali dikatakan sebagai permasalahan kota. Permasalahan yang muncul tersebut adalah adanya anggapan bahwa pasar itu “tidak resmi”, selain itu posisi monumen perjuangan sebagai taman/ paru-paru kota juga dijadikan alasan untuk mencoba “menyingkirkan” para pedagang ini karena dianggap mengotori lokasi yang seharusnya dapat menjadi taman kota dimana bisa dimanfaatkan oleh penduduk kota Solo untuk berekreasi.
Hal yang mendorong para pedagang untuk terus bertahan dilokasi tersebut karena memang usaha yng di lakukan tersebut  mampu memberikan kontribusi dan menjadi harapan  untuk terus ‘mengepulnya asap tungku dapur’ keluarga mereka, karena rata-rata para pedagang yang mangkal dilokasi tersebut disamping merupakan masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan hingga masyarakat korban PHK akibat krisis ekonomi di Indonesia.
Masalah klasik yang selalu menghantui para pedagang di seputar monumen  perjuangan 45 adalah ketika setiap  saat mereka harus berhubungan dengan pihak pemerintah melalui aparatnya, baik itu terkait dengan taman kota ataupun terkait dengan permasalahan tata ruang kota.

Jokowi mempunyai komitmen untuk menata kota, mengembalikan fungsi taman Banjarsari sebagai ruang publik seperti semula, sehingga menyusun konsep relokasi yang bisa di terima para PKL. Meskipun Walikota menyatakan masih melakukan inventarisasi , opinii yang berkembang tidak surut. Justru dukungan dari DPRD , masyarakat  kelurahan Setabelan bahkan ketua LPMK kelurahan Setabelan menyatakan  dukungan untuk merelokasi PKL Banjarsari di dukung oleh seluruh warga kelurahan yang terdiri dari 31 Rt dan 9 RW, dan dukungan dari 13 sekolah yang berada di lingkungan kelurahan  tersebut.Sekolah mendukung dengan alasan  dahulu Monumen 45 bisa digunakan untuk olahraga tetapi setelah PKL Banjarasari ada ,olahraga harus ke stadion Manahan. Bahkan dukungan itu di wujudkan dengan tandatangan sejumlah 2000 an tandatangan . Dukungan untuk relokasi juga di sampaikan warga melalui SMS ke walikota dan wakil walikota yang menghendaki pada tanggal 17 Agustus 2006 lokasi Monumen 45 Banjarsari bisa di pergunakan untuk melakukan upacara bendera 17 agustusan.  Dari dukungan  tersebut Pemkot tetap berencana untuk melakukan relokasi terhadap PKL  Monumen 45 Banjarsari .

Saya , yang saat itu mendampingi PKL Banjarsari sejak sebelum isu relokasi dilakukan, tahu persis betapa alotnya pendirian PKL untuk menolak relokasi. Mereka sangat kuatir tidak mampu bertahan hidup ketika pindah dari lokasi yang sangat startegis dan bertahun-tehaun sudah menghidupi keluarga mereka. Meskipun sosialisasi berulang kali di lakukan kantor PPKL untuk mengajak PKL bersedia di relokasi, tetapi PKL tetap alot dengan penderian untuk menolak.  Saya (melalui berbagai diskusi dengan teman-teman LSM) sebagai pendamping dari LSM mencoba berpikir jernih tentang areal Banjarsari yang sebenarnya memang bukan areal untuk berjualan dan keberadan PKL juga cukup tidak membuat nyaman penduduk yang tinggal di sekitar Banjarsari (depan/belakang rumah penduduk di penuhi PKL, untuk masuk ke halaman rumah mereka sering kesulitan, belum suasana yang ribet, kotor terkesan kumuh dll), sesekali mengajak PKL berpikir tentang tata ruang, tentang kegiatan mereka yang merugikan penduduk sekitar, dll. Saya juga tidak mau muna, mentang-mentang pendamping LSM trus mau seenaknya sendiri, hanya memikirkan kepentingan PKL tetapi menutup mata pada persoalan lainnya. Pada proses selanjutnya(  dugaan saya banyak faktor yang mempengaruhi hal ini: pendekatan secara personal dari Pemkot/ walikota dengan undangan makan-makan, kesadaran PKL, proses diskusi dll) PKL akhirnya bisa menurunkan tensinya dengan berbagai syarat yang diajukan jika relokasi akan dilaksanakan. Persyaratan  yang disampaikan yaitu
1. Bangunan di calon lokasi harus sesuai dengan  kebutuhan masing-masing pedagang
2. Transportasi mudah dan bisa dijangkau oleh warga,
3. Keamanan dilokasi terjamin,
4. Disediakan  MCK dan tempat ibadah,
5. Pemkot mampu memberikan jaminan kepada pedagang dengan alasan jika pasar tidak laku masih ada subsidi ,
6.PKL di relokasi secara bersamaam ,
7. Membangun Image lokasi (SEmanggi)  yang baik sehingga  bisa membentuk opini public yang positif

Secara umum, tuntutan PKL di penuhi oleh Pemkot, seperti model kios pasar mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan saran dari PKL, rekayasa lalulintas dengan pengalihan jalur dan pengadaan jalur angkutan umum di lakukan untuk memberikan akses transportasi ke pasar yang baru, lokasi baru (Pasar Klithikan Notoharjo) disediakan MCK, tempat ibadah, PKL di relokasi bersama-sama, Ada  pemberian subsidi yaitu selama 3 bulan pedagang tidak di tarik retribusi, kemudian pemkot juga mengadakan event-event sebagai bagian dari srtagei pemasaran/ sosialisasi lokasi PKL yang baru. Yang akhirnya tanggal 27 Juni 2006 PKL Banjarsari direlokasi ke pasar Klithikan Notoharjo Semanggi.
Keberhasilan menata, merelokasi PKL menjadi acuan dan pembelajaran yang menarik banyak pemda dari Jawa, luar Jawa bahkan dari luar negri , yang rela datang ke Solo untuk mendiskusikan dan belajar dari pengalaman Jokowi.
Keberhasilan lainnya, Solo mengalami perubahan yang pesat di bawah pemerintahan Jokowi. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan “Solo The Spirit of Java. Jokowi juga memberikan kemudahan investasi, dengan memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik. Jokowi juga suka melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka dengan masyarakat, salah satunya dengan mider projo/berkeliling ke rumah penduduk setiap hari Jumat pagi.  Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.
Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Prestasi lainnya terkait dengan event-event bertaraf internasional yang rutin di adakan di Solo. Atas prestasinay tersebut, bahkan Jokowi terpilih menjadi salah satu 10 tokoh 2008 oleh majalah Tempo.
Prestasi lainnya dengan program di bidang kesehatan dengan PKMS nya(Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo)  kemudian di bidang pendidikan dengan  BPMKS (Beasiswa Pendidikan Masyarakat Solo).
Oke, patut acungan jempol untuk prestasi Jokowi, meskipun ada juga kegagalan yang menurut saya masih harus menjadi PR bagi Jokowi. Salah satunya dengan target penurunan angka kemiskinan yang belum terjadi di Solo. Selain itu, pada pemerintahan Jokowi , lebih banyak alokasi anggaran yang di hamburkan untuk program fisik, seperti penataan ruang kota dengan memperbanyak taman kota.

Akankah berhasil di DKI ?
Keberhasilan di Solo, belum tentu akan di ikuti dengan keberhasilan menjadi DKI1. Meski dalam Pilkada tahun 2010 yang lalu , Jokowi menang mutlak 90%,  tetapi di Jakarta  sulit untuk memprediksikan. Solo merupakan basis PDIP secara ideologis, yang mempermudah Jokowi naik kembali untuk kedua kalinya. Orang Solo yang sebagian besar pendukung PDIP, menjadi pemilih setia dan tak diragukan lagi untuk memilih duet Jokowi-Rudy.
Lain Solo lain Jakarta, perolehan suara PDIP bukan mayoritas. Slain itu, Jakarta sebagai ibukota propinsi dengan luas wilayah yang luas dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus 2011, populasi penduduk Jakarta sudah mencapai 9,6 juta jiwa, ditambah warga luar yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari sebanyak 2,5 juta. Dengan penduduk yang heterogen, tentunya banyak juga permasalahan yang ada di Jakarta. Masalah kemacetan, banjir, pengangguran dll.  Solo  hanya mempunyai jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa dengan permasalahan tidak sekompleks Jakarta.
PDIP dan Gerindra sebagai parpol yang mengusung Jokowi tidak akan mudah untuk mengol-kan Jokowi sebagai DKI 1. Apalagi PDIP hanya mempunyai 11 kursi , meski ada dukungan dari Gerindra dan partai kecil lainnya.
Tidak bermaksud mendahuluiNya, tetapi saya berpikir akan sulit sekali bagi Jokowi untuk mencapai kursi Gubernur. Kepopuleran dan kesantunan dia rasanya tak cukup menjadi modal untuk bertarung di DKI.
Yang membuat saya juga bertanya-tanya, apakah benar Jokowi sosok yang santun, sederhana, jawani, lugu ini sekarang gila kekuasaan?????(mudah-mudahan tidak), Apa yang di cari di Jakarta????? Jokowi, ada apa denganmu????
Terlepas dari rasa pesimis saya, jika Jokowi ingin merebut kursi DKI 1, diperlukan kerja keras dan tidak hanya mengandalkan mesin parpol saja. Barangkali beberapa strategi yang di lakukan di Solo (ketika Pilkada) bisa diterapkan. Dan yang lebih penting lagi, tidak mudah terprovokasi dengan komentar kandidat lainnya.
Sumonggo pak........

(22.3.2012)

Senin, 19 Maret 2012

Setidaknya saya pernah berkarya....

Tadi sore waktu saya membenahi koran bekas dan buku-buku di almari, tanpa segaja saya menemukan map kuning plastik yang ketika saya buka berisi arsip puisi, cerpen, guntingan artikel saya yang di muat di media massa. Olala ternyata banyak juga karya saya, puisi lebih dari 30 judul, cerpen lebih dari 10 judul (beberapa di muat di koran lokal), artikel lumayan banyak baik yang sudah di muat di koran lokal maupun yang sudah saya print tetapi di tolak koran.

Saya tersenyum mengingat dahulu rajin berkarya menulis fiksi maupun non fiksi, tetapi bertahun -tahun ini saya tidak lagi berkarya. Saya teringat , dengan karya saya dulu bisa membuat saya kreatif dan belajar terus untuk berpikir dan mengaktualisasikan diri selain bisa mendapatkan sejumlah uang sebagai honor dari tulisn saya. Saya baru menyadari (gubrak.....terlambat ya...) ternnyata begitu banyak kehilangan waktu dan begitu banyak membuang waktu tanpa berkarya. Betapa bodohnya saya karena lama tak menulis, lama tak berkarya. Tulisan terakhir saya dengan menulis buku bersama teman-teman pada tahun lalu (buku Mozaik demokrasi, Kaukus 17++), tetapi jauh bertahun-tahun sejak menulis buku tahun 2006, ternyata saya tak berkarya lagi. Saya malu juga, karena sejak sekitar 3 tahun lalu, suami sudah mendorong saya nulis lagi, tapi saya alasan saja (paling tidak ngisi blog keluarga kami di tigacinta.blogspot.com , tetapi saya malas sekali. hanya suami dan anak-anak yang rajin ngisi. Saya hanya suka baca saja, juga baca blog suami di ninohistiraludin.blogspot.com). Hiks...hiks......malu saya.....

Waduh, sayang sekali file-filesoftcopy  tulisan saya dulu yang tersimpan di map kuning ini , tak ada lagi. tentu saja sudah hilang karena dulu saya ngetik di komputer kantor yang sudah lama komputer rusak, dan celakanya dulu file saya tersimpan di disket (blom ada flasdisk) yang disketnya nggak tahu di mana(tapi kalaupun ada, apakah masih ada komputer yg pake disket?). Untung saja masih ada arsip yg saya simpan, lumayan untuk pengingat kalau saya pernah berkarya.

Mudah-mudahan, saya sekarang mulai mau berkarya lagi, meski hanya sekedar rangkaian kata-kata yang bisa  saya simpan di Blog saya. Paling tidak untuk pengingat saya sendiri mengenai pengalaman dan hal-hal yang mungkin suatu saat akan bermanfaat bagi saya, juga kelak bagi anak-anak.

Afin, Alma dan Adhan

 Afin, Alma dan Adhan kami.....................

Dalam pernikahan kami selama hampir 13 tahun, alhamdulillah kami mempunyai amanah 3 anak (2 laki dan 1 perempuan) yang lucu, sehat dan tentunya menjadi permata hati bagi kami. Tak terasa, mas Afin, anak sulung kami sudah kelas VI dan beberapa bulan lagi berusia 12 tahun. Mbak Alma, putri kami yang kedua telah duduk di kelas V dan akhir tahun ini berusia 11 tahun. Sementara si bungsu, dik Adhan saat ini berusia 2,5 tahun.
Tiga permata hati kami

Putra putri kami sangat istimewa bagi kami dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Mas Afin, sejak kelas 5 terpaksa sudah mengunakan kacamata minus sebagai alat bantu penglihatan dia. Meskipun gemar sekali makan terutama makan masakan saya yaitu soto ayam, sop makroni (dia paling suka kalau saya masak soto dan sop) dan sehari bisa makan makanan besar 4 kali (sarapan, makan siang di sekolah, makan sore pulang sekolah dan makan malam) dan suka ngemil, tetapi badannya tetap saja kurus. Semakin hari bertambah usia semakin kelihatan tinggi saja (sekarang sudah setinggi saya, 156cm) tetapi tetap saja kurus. Meskipun kurus tetapi hobi main sepak bola dan naik sepeda. Mbak Alma, dengan rambut lurus  panjang yang agak kemerahan, badannya juga kurus , tinggi langsing, cenderung cungkring(kurus banget). Gemar sekali bersepeda. Kedua kakak beradik itu suka sekali membaca, sampai nggak ingat waktu. Kalau mas suka baca koran , saking sukanya sampai mau sekolah kalau koran harian kami sudahdatang, akan langsung dia baca dulu meskipun sudah siang, atau begitu pulang dari sekolah jam 15.00 langsung ambil koran tanpa buka seragam. Mas juga suka baca novel anak saat ini. Sejak kecil (belum sekolah) sukanya baca komik , sampai kelas 3 SD suka baca Doraemon, Spongbob, Donald Mickey, Franklin dan komik lainnya.

Mbak Alma juga hobi banget baca. Awalnya komik juga seperti mas-nya, tetapi semenjak kelas 4, lebih suka  baca novel anak seperti Lima Sekawan, PCPK, KKPK, dll. Kalau baca nggak ingat waktu, dimana saja , sambil apa saja (makan, nonton TV, di WC) selalu saja baca. Alhamdulillah, kecintaan terhadap bacaan mendorong mbak Alma berkarya , dia punya hobi menulis cerita. Bl Feb 2012 buku kumpulan cerpen sudah di terbitkan oleh Tiga Ananda Tiga Serangkai Solo. Sementara novel pertamanya sudah di ACC penerbit buku dari Bandung. Meski kirim sejak Juli 2011 dan di acc bl Nov 2011, tetapi jadwal terbit masih smt 2 tahun ini. Kumcer keduanya juga sudah di acc oleh penerbit Bandung tetapi jadwal terbit akhir 2012 atau awal 2013. Lama bangettttttttttttttttt, tapi alhamdulillah. Saat ini , saya juga sudah mengirimkan 2 novel mbak Alma ke penerbit yang berbeda tetapi belum ada kabar.

Kedua anak kami gila baca, sehingga sekarang ayahnya membatasi jadwal baca buku fiksi, yaitu hanya Sabtu dan Minggu dan kalau liburan saja. Tetapi koran boleh tiap hari. Meski sempat protes, akhirnya mereka mau ngerti alasan kami, agar tetap konsentrasi untuk belajar dan agar mata mereka juga bisa istirahat.

Anak bungsu kami, dek Adhan, sedang lucu-lucunya. Meski dalam usia 2 tahun lebih baru bisa jalan dan saat ini masih kami bawa terapi terus agar jalannya lebih kuat, tetapi dia lucu sekali dan menjadi hiburan tersendiri bai keluarga kami. Celoteh-celotehnya yang lucu dan suka menirukan kata-kata, sering membuat kami tertawa terbahak-bahak. Alangkah riang gembira dan penuh dengan keceriaan.

Alhamdulillah, mereka semua tumbuh dengan baik, sehat dan penuh keceriaan. Mereka permata kami, lilin penerang keluarga kami. yang membawa pancaran cinta kasih.
Kami bangga dan sayang sekali dengan kalian nak..................

Pengalaman Perpanjangan STNK Motor


Hari ini, saya mengurus perpanjangan STNK motor tua kami (motor tahun 2002) ke Samsat Klaten. Karena biaasanya bayar pajak tahunan ke Samsat Solo, kali ini karena perpanjangan STNK, mau tidak mau ya harus ke Klaten (sesuai KTP). Baru kali ini ngurus sendiri (biasanya minta tolong teman), jadi perlu tanya-tanya juga meskipun sudah melihat  bagan alur mekanisme pengurusan STNK yang terpampang di salah satu dinding di kantor Samsat. 

Dari Solo pukul 08.30, sekitar pukul 09.30 sudah tiba di Samsat.  Setelah motor di parkir, suami mencari  pengumuman mekanisme pengurusan STNK, sementara saya langsung ke koperasi untuk fotocopy BPKB, STNK dan KTP(saluuutttttttttt ada koperasinya sehingga lebih mudah, nggak ribet dan cepat). Nggak sampai 5 menit foto copy sudah ditangan dengan membayar Rp 2.000 (memang lebih mahal kalau di banding fotocopy di luar, karena Cuma 2 lmbr BPKB, 2 lmbr STNK, KTP bayar segitu... tapi memang lebih cepat dan sudah di staples rapi oleh karyawannya).
Dengan berkas yang sudah di tangan, saya langsung ke loket untuk cek fisik (suami sudah kasih tahu urutan urusnya). Di sana menyerahkan berkas tadi, kemudian saya diberikan 2 lembar kertas untuk  mengambil/ ngeblat no mesin dan no rangka. Cling, saya diminta membayar Rp 20.000 untuk kertas yang lebarnya tak lebih dari 10 cm (hehehehehe..mahal ya,  5 tahun lalu kalau nggak salah cumah 9 rbu).  Nggak ada kuitansinya broer.....Kemudian saya mestinya mengesek no mesin dan no rangka  motor saya, tetapi karena banyak  orang yang menawarkan jasa di situ, saya pilih minta bantuan mereka dengan imbalan Rp 3.000. Saya ikut-ikutan orang-orang yang meminta jasa untuk mengesek, karena nggak paham juga di mana bagian no mesin. Memang nggak sampe 5 menit dengan jasa Rp 3000 ribu no rangka dan mesin sudah terpampang di kertas bersegel yang saya bayar Rp 20.000 tadi.


Selanjutnya saya ke bagian loket pengambilan formulir, saya menyerahkan berkas-berkas dan diberikan kertas formulir yang diganti dengan uang Rp 5.000 (nggak ada kuitansinya). Formulir tsb harus di isi, ya macam-macam tentang detail data motor. Saya seperti orang lainnya, minta calo seorang ibu-ibu yang menarawkan jasanya untuk mengisi formulir dengan imbalan Rp 2.000. Saya pikir semua data akan di isi, sehingga pikir saya butuh waktu lama untuk mengisi, eh ternyata hanya sekitar 2 menit sudah di serahkan lagi ke saya. Olala yang di isi hanya sekitar 3 baris saja, itupun nggak kebaca. Hanya kebaca jenis motor dan tahun motor saja. Oh rupanya,( menurut saya) memang dengan tulisan semacam itu, petugas yang akan memproses sudah akan tahu dan mengetahui kalau itu di isi oleh ‘pemberi jasa’ (barangkali tidak akan di cek, hanya formalitas saja).

Kemudian saya ke lantai 2 , menyerahkan berkas ke bagian penerimaan berkas. Sekitar 20 menit, saya baru di panggil untuk mengambil berkas dengan membayar Rp 5.000 (lagilagi nggak pake kwitansi). Kemudian saya ke loket (nggak ada no loketnya) yang tulisannya tempat perpanjangan STNk, dll  untuk menyerahkan berkas. Sekitar 30 menit saya baru dipanggil untuk diberikan no urutan (dapat no 240) untuk membayar ke kasir. Di sini, BKPB dan KTP saya di berikan kembali , sementara berkas lainnya masih di petugas. Sekitar 10-15 menit saya dipanggil untuk ke kasir dan ternyata saya membayar Rp 239.500 (tetapi dibulatkan menjadi 240.000). Ehm,,,mahal  juga ternyata, padahal tahu lalu saya bayar pajak motor (tanpa ganti plat/perpanjangan STNK hanya Rp 168.000). Saya mesti  menunggu antrian lagi untuk mengambil STNK yang sudah di cetak . Untuk kali ini , tidak terlalu lama, hanya sekitar 10 menit saya sudah di panggil dan menerima STNK baru dengan membayar Rp 2.000 (tanpa kuitansi). Kemudian saya diminta ke bagian BPKB dan bagian plat nomer di lantai 1.

Dengan agak binggung, saya ke bagian BPKB. Di suruh apa ya? Tadi lupa saya tanyakan. Tapi kenapa juga mesti ke bagian BPKB? Ya, sudahlah, ke loket BPKB saja. Di loket itu, BPKB saya di minta dan saya di berikan no resi yang berisi nama dan no BPKB motor saya dan tanggal pengambilan BPKB yaitu tanggal 26 Maret 2012 dengan membayar Rp 20.000. Dengan binggung saya tanyakan ke polisi yang bertugas di loket itu, kok BPKB di tinggal buat apa? Dia jawab dengan galak dan nggak ramah ,”Lho khan ganti nomor motor, ya di tinggal dong”.  Saya masih binggung,” Kok ganti nomor, khan saya hanya perpanjangan STNK, nggak ganti nomor?” . Polisinya makin galak dan nggak sabar, “Mbak mau ganti plat motor khan? Ya BPKB di tinggal. Nnati diambil tanggal 26 Maret,”jawabnya tegas, galak dan seperti nggak mau lagi melayani pertanyaan. Padahal nggak ada antrian sama sekali alias hanya ada saya yang  tanya. Dengan kesal dan binggung saya tinggalkan loket dan berjalan  ke bagian plat nomer untuk mengambil plat nomer. Saya tanya ke beberapa orang yang mengurus STNK, dan di jawab memang sejak beberapa tahun  yang lalu ada pergantian no kendaraan  untuk semua motor .  Orang yang saya tanya, tahun  lalu waktu ngurus STNK ya di ganti nomernya. Pergantian  dilakukan pada saat mengurus perpanjangan STNK. Olllalala, saya  agak plong, tetapi masih penasaran juga. Kok ngga di beritahu ya? Saya sebagai warga biasa yang belum paham ada aturan seperti itu, sama sekali nggak tahu. Apalagi saya nggak melihat  ada pemberitahuan yang di tempel di dinding Samsat. Atau saya nggak lihat?
Setelah dapat plat nomer baru, yang memang nomernya jadi nomer kendaraan yang lain dari yang lama, saya mendiskusikan soal pergantian plat nomer  dengan suami.  Saya ceritakan jawaban polisi tadi. Suami tidak tahu karena tadi dia ngambil foto-foto suasana di Samsat dan mengamati Samsat  (suamiku rajin mengambil dokumentasi dalam berbagai hal untuk  dok tulisan di Blog nya. Jadi suasana di samsat juga menjadi pengamatan dan ketertarikan untuk menjadi bahan tulisannya).Ya sama-sama heran karena tidak ada pemberitahuan. 

Ups, karena masih penasaran, saya tanya saja kepada polisi yang jaga di loket cek fisik. Saya dipersilahkan masuk ke ruangan loket dan di sana ditanya apa yang akan saya tanyakan. Dengan singkat saya tanyakan perihal pergantian plat nomer yang beda dengan nomer yang lama. Pak polisi yang satu ini, minta STNK saya dan dia menjelaskan kalau sudah agak lama (nggak mau nyebut sejak tahun kapan) ada penyesuaian nomer kendaraan. Jadi kalau pas perpanjangan STNK akan di ganti nomer kendaraan, disesuaiakn dengan wilayah daerah asal/tinggal. Di Klaten ada 3 Samsat yaitu di Klaten kota, Prambanan dan Delanggu. Nah, sesuai dengan wilayahnya tinggal , maka nomer  kendaraan juga akan di sesuaikan. Gitu menurut pak polisi. Oke dech, saya cukup paham dan mengerti.  Cuma yang masih jadi pertanyaan di kepala saya adalah, mengapa kalau ada penyesuaian seperti itu, biaya di bebankan kepada pemilik kendaraan ya? Bukannya harusnya menjadi tanggungan Samsat?Polda? Yang jelas, karena saya nggak minta perubahan nomer, mestinya saya nggak dibebani biaya tho???? ............(masih belum terima nich.......)   19.3.2012

Sabtu, 17 Maret 2012

Memahami Pelaku Sektor Informal Perkotaan : Penataan Pedagang Kaki Lima Tanpa Kekerasan


MEMAHAMI  PELAKU SEKTOR INFORMAL PERKOTAAN   
:PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA TANPA KEKERASAN

Suci  Handayani*


Abstract
Profesi alternatif sebagai Pedagang Kaki Lima(PKL)  telah mampu menjawab persoalan ekonomi informal perkotaan sejak krisis tahun 1997 dibuktikan juga dengan perkembangan jumlah  PKL yang semakin sulit terkontrol dari tahun ke tahun. Kompleksitas masalah yang ditimbulkan dari perkembangan PKL ini mulai terpecahkan setelah hampir 9 tahun menjadi persoalan tersendiri di kota Solo. Konsep penataan  dengan pola pendekatan partisipatif, tanpa kekerasan efektif diterapkan  dan mampu menjawab masalah penataan PKL meskipun masih menimbulkan dampak pasca penataannya.

Pendahuluan

Tulisan ini lebih banyak bersumber dari catatan  harian penulis sebagai Commnunity Organizer sejak tahun 2004 selama  mendampingi komunitas marginal di kota Solo yang salah satunya komunitas Pedagang Kaki Lima(PKL). Untuk melihat dampak penataan PKL yang di lakukan oleh Pemkot Solo, penulis secara khusus ‘membaur’ kembali ke komunitas PKL  untuk melihat perkembangan di lapangan  selama kurang lebih 5 bulan (Februari – Agustus  2008). Strategi yang di lakukan dengan mengadakan pengamatan,wawancara dan langsung melibatkan diri dalam aktivitas transaksi yang di lakukan PKL di beberapa lokasi kantong PKL  di harapkan bisa  mendapatkan gambaran  sejauh mana konsep penataan PKL yang di lakukan oleh Pemkot Solo tepat, bermanfaat dan mampu mengembangkan potensi PKL  sebagai salah satu  aset perekonomian di kota Solo. Pada saat tulisan ini dibuat,penulis sedang menyusun tulisan secara khusus tentang penataan PKL di Solo terutama pasca relokasi PKL terbesar pada bulan Juli 2006 yang merupakan ‘tonggak penataan PKL’di kota Solo.

Gambaran Umum Sektor Informal  Kota Solo

Kota Solo atau juga dikenal dengan Surakarta (Hadiningrat) merupakan salah satu kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sekitar  44,04 km2  yang dihuni oleh 512.898 jiwa  dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,31 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Kota Solo terdiri dari 5 kecamatan  yaitu kecamatan Laweyan,Serengan,Pasar Kliwon,Jebres dan Banjarsari,51 kelurahan,595 RW,2.667 RT dengan jumlah KK sebesar 130.284 kk (kota Surakarta dalam angka 2006).Sebagian lahan di kota Solo digunakan sebagai tempat pemukiman sebesar 61,68%,sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga mengunakan tempat yang cukup besar sekitar 20% dari luas lahan yang ada. Kota Solo berada pada spectrum pengembangan cukup pesat memang mendorong berbagai perubahan karakternya. Letaknya yang strategis pada persimpangan jalur penting di darat mampu mendorong berbagai perubahan sosial yang ada. Dinamika sosial, ekonomi, politik, budaya cukup kuat dan menjadi salah satu kota penting di negeri ini. Meskipun berbagai gejolak  kerusuhan sosial pernah ada tetapi masyarakat menyakini bahwa kota ini sangat damai untuk ditinggali. Banyaknya peristiwa atau konflik yang terjadi bagi sebagian kalangan dianggap sejarah masa lalu yang telah terkubur dan mereka sudah siap menyongsong masa depannya. Hal tersebut misalnya dilihat dari  pertumbuhan ekonomi khususnya perdagangan dan telah menjadi salah satu kota yang mampu segera bangkit pasca kerusuhan medio Mei 1998.

Kemajuan yang ada juga menyebabkan berbagai tumbuh kembangnya sumber daya,potensi ekonomi,perdagangan dan sektor lain yang menjanjikan dan menjadikan magnet tersendiri bagi 6 kabupaten di bekas Karesidenan Surakarta yaitu Kabupaten Klaten,Kabupaten Sukoharjo,Kabupaten Boyolali,Kabupaten Karanganyar,Kabupaten Sragen dan Kabupaten Wonogiri. Hal ini terlihat pada jumlah penduduk Solo pada siang hari yang konon mencapai hampir tiga kali lipat dari jumlah penduduk di malam hari. Pada siang hari penduduk dari 6 kabupaten di karisidenan Solo menggantungkan mata pencaharian di kota Solo dalam berbagai jenis pekerjaan salah satunya di bidang perdagangan.

Proses perkembangan kota yang cukup pesat juga bisa dilihat dari maraknya pembangunan sentra-sentra perdagangan,jasa,industri kecil dan menengah. Pendirian hotel, pusat perbelanjaan bahkan apartement  dalam beberapa tahun ini  dan kemungkinan akan tetap berlanjut ke tahun –tahun berikutnya menjadi salah satu indikator pesatnya perkembangan kota Solo. Paling tidak pada dua tahun belakangan ini muncul pusat perbelanjaan seperti Solo Grand Mall,Solo Square dan Hotel Ibis,proses pembangunan apartement Solo Paragon,apartement Solo Center Poin, apartement Kusuma Mulia.
Seiring dengan itu juga muncul   para pelaku sektor informal yang cukup beragam didalamnya  ikut mewarnai pertumbuhan kota Solo yang  salah satu pelaku  sektor informal tersebut adalah Pedagang Kaki Lima (PKL).


Definisi Pedagang Kaki Lima (PKL)

Definisi Pedagang Kaki Lima  ada bemacam-macam  sehingga tidak ada definisi yang baku. Awalnya sekitar era tahun 1980an kita hanya mengenal istilah pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang makanan dan lain sebagainya. Inti pengertian pedagang pada saat itu hanya mengenai lokasi atau jenis barang dagangan. Pada awal tahun 1990-an kemudian berkembang mengenai Pedagang Kaki Lima yang identik dengan orang yang menjual dagangan dengan gerobak. Asumsinya gerobak itu ditopang dengan 4 kayu dan bila dihitung dengan orangnya maka menjadi lima kaki.

Ada pula pendefinisian bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang informal yang menempati kaki lima (trotoar – pedestrian) yang keberadaannya tidak boleh mengganggu fungsi publik, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, fisik visual, lingkungan dan pariwisata(Sidharta-2002)

Secara umum yang dianggap Pedagang Kaki Lima orang yang menjual dagangannya secara mobile atau berpindah-pindah dengan mengunakan sarana gerobak. Namun seiring berjalannya waktu kemudian, orang yang menjual dagangannya di suatu tempat umum  dengan permanen  tetap dimasukkan sebagai pedagang kaki lima. Pemkot Solo mendefinisikan PKL dengan definisi secara khusus sebagaimana dimuat dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima. Beberapa pasal terkait dengan definisi PKL, tempat usaha dan pembinaannya dapat diuraikan pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, (c) Pedagang Kaki Lima adalah orang yang melakukan usaha dagang dan atau jasa, di tempat umum baik menggunakan atau tidak menggunakan sesuatu, dalam melakukan kegiatan usaha. (d) Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima adalah tempat umum yaitu tepi-tepi jalan umum, trotoar dan lapangan serta tempat lain diatas tanah negara yang ditetapkan oleh Walikota Kepala Daerah.

Sementara pada Perda penganti Perda no 8  th 1995 yaitu Perda No 4 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan PKL disebutkan bahwa PKL adalah Pedagang yang menjalankan usaha dagang dan jasa non formal dalam jangka waktu tertentu dengan mempergunakan lahan fasilitas umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sebagai tempat usahanya baik dengan menggunakan sarana/perlengkapan yang mudah dipindahkan dan/atau dibongkar pasang
Jadi bisa di katakan juga bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL)  adalah pedagang yang menjalankan usaha dagang dan jasa yang bersifat non formal baik dengan gerobak dorong,   dengan selter yang mempergunakan lahan tertentu yang di telah di sediakan oleh Pemkot .Hal ini sesuai dengan konsep penataan PKL yang di lakukan oleh Pemkot Solo yang mengunakan konsep  kawasan PKL dan kantong-kantong PKL.

Penyebab munculnya  PKL

Pedagang  Kaki Lima (PKL) merupakan pekerja sektor informal yang turut mewarnai perekonomian kota Solo selama bertahun-tahun. Sejak kapan munculnya PKL  belum  ada data yang jelas tetapi sektor informal ini muncul dan berkembang mewarnai perekonomian di kota Solo paling tidak terlihat sejak krisis moneter tahun 1997/1998 yang lalu. Awalnya para PKL ini bermula dari pekerja di pabrik yang ada di berbagai wilayah di di karisidenan Surakarta maupun di kota –kota besar di seluruh Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan kota lainnya . Sejak krisis moneter melanda Indonesia berdampak kepada di tutupnya pabrik-pabrik yang selama ini menjadi gantungan hidup dari ribuan pegawainya. Dampak yang diakibatkan adalah banyaknya pegawai pabrik/perusahaan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sebagian dari buruh/pegawai  yang bekerja di kota besar tersebut  akhirnya kembali ke daerah asal masing-masing misalnya di wilayah karisidenan Surakarta untuk tetap mempertahankan perekonomian keluarga. Buruh/pegawai yang bekerja di karisidenen Surakarta juga melakukan hal yang sama berupaya untuk tetap mempertahankan perekonomian keluarganya. Dari situlah awal mulanya sebagian besar dari mereka  mencoba peruntungan nasibnya dengan berjualan .

“Sebelum krisis moneter tahun 1997 saya adalah pegawai di sebuah perusahaan swasta di kota Jakarta. Karena perusahaan bangkrut saya di PHK bersama ratusan karyawan lainnya. Dan mau tidak mau saya pulang kembali ke kota Solo. Saya harus tetap bekerja agar tetap bisa menghidupi  keluarga. Karena tidak punya modal,saya mulai coba-coba untuk menjual barang-barang yang saya punyai seperti baju dan alat rumah tangga. Sedikit demi sedikit dari barang yang saya jual itu,saya mulai mengumpulkan modal untuk kulakan barang dagangan. “seperti yang di ceritakan pak Joko  salah satu PKL di kawasan Monumen 45 Banjarsari.

Pak Joko ini hanya salah satu dari PKL yang mengawali berjualan  dari menjual barang-barang yang dipunyai misalnya pakaian, elektronik, maupun berjualan makanan dan minuman. Semula usaha dagang mereka masih kecil dan beromset tidak terlalu besar, tetapi lama kelamaan seiring berkembangnya dagangang mereka dan secara umum mulai pulihnya sektor ekonomi, barang dagangan  semakin membesar. Masyarakat umum mulai menyebut mereka sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Sebagian dari pedagang Kaki Lima ini menempati jalan protokol di Kota Solo dan sebagian lagi menempati jalan-jalan non protokol lainnya , juga menempati tempat-tempat publik seperti taman kota (Manahan, Monumen 45 Banjarsari,dll).

 Para pelaku sektor informal dari Pedagang Kaki Lima saat krisis melanda negara ini pada th 1997, terbukti mampu menunjukan ketangguhan dan mampu menjadi peredam gejolak di pasar kerja perkotaan dengan menampung limpahan dari korban pemutusan hubungan tenaga kerja. Dan pasca krisis sektor informal ini kembali menjadi katup pengaman di tengah ketidakmampuan pemerintah kota Solo menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Bahkan keberadaan PKL ini juga mampu memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Solo meskipun tidak terlalu signifikan. Tercatat pada tahun 2002 retribusi dari PKL  sebesar Rp 120.120.900 ,pada tahun 2003 naik  cukup besar sekitar  25,13% menjadi Rp 150.306.400. Setahun berikutnya kenaikan hanya 1,70% menjadi Rp 150.449.200 ,setahun berikutnya  prosentase kenaikan 1,31% menjadi Rp 153.000.000, tahun 2006  dan 2007 sebesar Rp 155.000.000(lihat tabel 1)

Tabel 1
Data Retribusi Pedagang Kaki Lima(PKL) Kota Solo
(2002-2007)

Tahun
Jumlah Retribusi (Rp)
2002
120.120.900
2003
150.306.400
2004
150.449.200
2005
153.000.000
2006
155.000.000
2007
155.000.000

Sumber : APBD kota Solo tahun 2002-2007

Dari penelitian Seturahman, 1995; Azis, 1997 dan CBS; 2001, dalam Mucthar, 2004 seperti yang di kutip dari survey dan pemetaan  PKL di kota Surakarta tahun 2007 menyebutkan bahwa PKL menyumbangkan sekitar 60% dari total tenaga kerja. Di Jakarta, jumlah mereka yang terserap mencapai 360.000 orang, sedangkan di Jabotabek bisa mencapai 1.800.000 orang pada saat menjelang lebaran .

Dengan fakta tersebut tidak salah jika Pemkot Solo menganggap para pelaku sektor informal  ini  merupakan aset yang penting  untuk diperhatikan.

Perkembangan PKL  di kota Solo

Sebagaimana kota-kota lainnya, di Solo profesi Pedagang Kaki Lima terbukti cukup menarik dan menjadi alternatif pekerjaan yang dilakukan masyarakat. Dari  tahun ke tahun pertumbuhan PKL di kota Solo berkembang cukup pesat, dari tahun 2001 tercatat ada 1.115 PKL  menjadi 3.390 pada tahun 2002 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2005 terdapat 5.320 orang serta tahun 2006 tercatat ada 5.817 PKL di seluruh Solo(Handayani,2006).Tetapi pada tahun 2007 jumlah PKL mengalami penurunan menjadi 3.917 PKL yang tersebar di 5 kecamatan di kota Solo(lihat tabel 2).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan secara sensus oleh kantor PPKL dapat diketahui jumlah dan penyebaran PKL. Jumlah PKL yang berada di jalan-jalan arteri dan kolektor di Kota Surakarta  pada tahun 2007 sebanyak 3.917 PKL, tersebar di 5 wilayah kecamatan. Sebagian besar PKL berada di di wilayah Kecamatan Jebres dan Banjarsari. Di Kecamatan Banjarsari terdapat 1.050 PKL (26,81%) dan di Kecamatan Jebres 1.172 PKL (29,92%) sementara di kecamatan Laweyan ada 697 PKL (17,79%) ,kecamatan Serengan terdapat 381 orang PKL  (9,73% ) dan kecamatan Pasar Kliwon ada 617 orang PKL( 15,75%).

Menurunnya jumlah PKL  dari 5.817 orang menjadi hanya 3.917 orang PKL pada tahun 2007 ini merupakan keberhasilan Pemkot Solo dalam menata PKL  yang di lakukan sejak tahun 2006. Keberhasilan terbesar ketika melakukan penataan PKL sejumlah 898 PKL  yang berada di monumen 45 Banjarsari dengan konsep relokasi  ke pasar Klitikan Notoharjo Semanggi. PKL ini segaja di buatkan pasar  baru dan di tempatkan di pasar khusus barang klitikan .

Tabel 2
Data Jumlah  PKL di Kota Solo
(2001 – 2007)

Tahun
Jumlah PKL
2001
1.038
2002
1.115
2003
3.390
2004
3.834
2005
4.290
2006
5.817
2007
3.917

Sumber : Suci Handayani ,2006


Karakteristik Pedagang Kaki Lima  di kota Solo

Pedagang Kaki Lima sebagai pelaku usaha informal perkotaan yang  saat ini   tersebar di lima kecamatan di kota Solo mempunyai paling tidak enam   karakteristik. Jika di lihat dari karakteristik PKL di Kota Solo, bisa di lihat dari berbagai hal antara lain adalah sebagai berikut .

Pertama,tidak semua berasal dari penduduk asli Solo, berdagang jenis dagangan yang beragam, menempati jalan protokol, jalan  non protokol dan menempati  kantong-kantong PKL yang di sediakan oleh Pemkot.
Berdasarkan survey  yang dilakukan  Kantor PPKL, tidak semua PKL yang menjajakan dagangan di Solo merupakan warga asli Solo. Setidaknya pada tahun 2007 ternyata terdapat 21,96 persen (860) pedagang merupakan pendatang  yang berasal dari Sukoharjo,Wonogiri,Sragen,Klaten,Boyolali dan Karanganyar sedangkan 78,04 % atau 3.057  merupakan warga yang ber KTP Solo. PKL yang bukan berasal dari kota Solo  tidak hanya untuk keperluan dagang saja mereka hadir namun  banyak pula yang tinggal menetap di kota Solo dengan  sekedar kos, memiliki kontrakan bahkan bertempat tinggal di Solo dengan membeli rumah meski masih berKTP diluar Solo.


 ................................ (tulisan lanjutan, jika ada yg membutuhkan bisa hub saya)
Artikel ini sudah diterbitkan Jurnal AKATIGA BAndung bln Oktober 2008...