Takada yang istimewa karena terompet selalu ada setiap
akhir tahun dan dijajakan baik ditoko-toko maupun di pedagang kaki lima.
Hanya saja, tahun ini lain karena keberadaan terompet sempat
menimbulkan kehebohan tersendiri dan membuat orang penasaran.
Beberapa hari yang lalu saat kami sekeluarga sedang berlibur
di rumah orangtua di Pekalongan, sempat beredar kabar dari media sosial adanya terompet berbahan
baku kertas sampul Al Qur’an. Terompet tersebut dijual di gerai ‘A….mart’ (A) di sepanjang pantura, seperti
Pekalongan, Kendal, Batang. Dan juga
beredar di sejumlah kabupaten lainnya.
Penasaran, saya mencoba untuk melihat langsung ke toko
A yang ada di Pekalongan, tetapi
sayangnya saya terlambat. Terompet tersebut sudah tidak ada, sudah ditarik
pengelola A setelah beredar kabar yang
berembus secara cepat. Alhasil saya tidak bisa melihat langsung terompet
tersebut.
Berdasarkan informasi, terbongkarnya penjualan terompet berbahan kertas sampul Al Quran yang biasa
dijual belikan saat menjelang tahun baru tersebut setelah tokoh agama di Kendal Jawa Tengah
melihat tulisan lafaz Alquran pada
terompet dengan tulisan “Kementrian
Agama RI tahun 2013” . Terompet tresebut di jual di Alfamart di Kendal.
Dari informasi di sejumlah media, setelah ditelusuri, terompet tersebut
dibuat sentra industry terompet rumahan
di Desa Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, polisi sudah menyita
lebih dari 2 ton kertas bertuliskan ayat Alquran yang belum diproduksi menjadi
terompet. Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Jawa
Tengah juga menyita 2,3 ton sampul
Alquran yang digunakan untuk terompet tahun baru yang sempat beredar di Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah.
Sejumlah desa di kecamatan Bulukerto memang menjadi sentra
pembuatan terompet. Tidak hanya Desa Nadi, Desa
Ngaglik juga dikenal sebagai sentra pengrajin terompet. Desa-desa
tersebut dikenal menjadi Kampung Terompet karena hampir semua warga desa bekerja sebagai pengrajin
terompet. Mereka biasa membuat terompet saat menjelang lebaran
dan tahun baru, selebihnya bekerja sebagai petani. Meskipun omset penjualan
tidak sebagus beberapa tahun yang lalu lantaran kalah bersaing dengan terompet asal Tingkok yang lebih murah dan
kwalitasnya lebih bagus. Terompet asal Tingkok mengunakan bahan baku plastik sehingga
leboh awet sementara terompet buatan Wonogiri mengunakan bahana baku kertas
yang mudah rusak jika terkena air. Biasanya ratusan pengrajin yang setipa
pengrajinnya beromset puluhan juta rupiah ini membuat terompet bulan September-Oktober,
dan mulai mendistribusikan terompet di bulan November ke sejumlah kota di
Indonesia.
Terkait terompet berbahan kertas lafal Alquran, sempat ada
berbagai pendapat seperti adanya unsur
kesegajaan yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk menyakiti hati kaum muslim
di Indonesia. Seperti yang tertera dalam
Peraturan Menteri Agama No 01 Tahun 1957 tentang Pengawasan terhadap Penerbitan
dan Pemasukan Alquran, sisa bahan-bahan Alquran yang tidak dipergunakan lagi
harus dimusnahkan agar tidak disalahgunakan.
Bagi saya, kemungkinan
pengunaan kertas tersebut tidak disegaja, karena factor ketidaktahuan pengrajin
bahwa ada larangan pengunaan sisa bahan
Alquran untuk hal lain. Nah, regulasi semacam itu tidak banyak
diketahui oleh warga, apalagi para pengrajin mengaku mendapatkan kertas
tersebut dari pengepul. Karena jujur saja, terkadang saat membeli makanan atau
bahan makanan , ada juga kertas yang digunakan berlafal Alquran.Misalnya untuk
pembungkus tempe. Saya melihatnya lebih pada karena ketidaktahuan masyarakat
saja, bukan karena disegaja mengunakan kertas berlafal Alquran tersebut.
Beredarnya terompet
berbahan ayat Alquran tersebut sempat menguncang publik, untungnya pihak
kepolisian bertindak cepat untuk menarik dan mengamankan terompet tersebut.
Sehingga tidak meluas dan menjadi keresahan dan kecurigaan publik yang muaranya
bisa menimbulkan ketegangan antar sesama
umat beragama. Kejadian tersebut menjadi pembelajaran penting bagi pengrajin terompet kedepannya lebih berhati-hati lagi. Semoga ‘kehebohan’
ini tidak mematikan peluang pengrajin terompet local tersebut . Jangan sampai justru
menguntungkan terompet asal Negara tetangga.
_Solo, 31 Desember 2015_